My Dearest Syaikhan : Sudah Besar

syaikhan - 01-10-2015 1 1 Oktober 2015

“Malu, Bi! Aku sudah kelas 2! Aku sudah besar!”

Begitu teriakmu sambil tertawa dan meronta ingin melepaskan diri dari gendongan. Namun apa yang kamu lakukan ketika berada di dalam gendongan Abi itu malah membuat Abi ingin berlama-lama menggendongmu. Ah, Syaikhan, kamu memang sudah besar sekarang.

Syaikhan, Abi senang kamu tidak menolak ketika Abi ingin mencium kening dan kedua pipimu. Abi ingin melakukannya. Abi tidak ingin menjadi orang yang berhati keras seperti yang disebutkan Rasulullah kepada salah seorang sahabat yang tidak pernah memeluk dan mencium anak-anaknya. Namun Abi menyadari bahwa hal tersebut tidak bisa Abi lakukan selamanya. Salah satu alasannya karena kamu sudah besar dan malu jika Abi melakukannya.

Pulsa

Akhirnya, Abi bisa mengajakmu lagi untuk membeli makanan di minimarket dekat rumahmu seperti yang kita lakukan dahulu. Yang membedakan adalah barang-barang yang kamu minta untuk dibelikan. Jika sebelumnya kamu hanya menginginkan makanan, minuman, atau mainan, kini kamu menambahkan satu jenis keinginan, yaitu pulsa. Sebab kamu sudah memegang sebuah handphone yang lebih canggih dan kerena daripada milik Abi.

Sayangnya, ketika Abi bermaksud membelikanmu pulsa dan kamu sudah menyebutkan nomor handphonemu kepada Mbak kasir, muncul pemberitahuan bahwa nomor tersebut tidak aktif lagi. Bahkan ketika Abi mencoba menghubungi nomor tersebut atau ketika kamu mencoba menghubungi nomor Abi, terdengar suara bahwa nomor tersebut tidak bisa dihubungi.

Syaikhan, mungkin nanti akan kita coba lagi untuk mengisi pulsa handphonemu.

Bermain Catur

syaikhan - 01-10-2015 main catur

“Abi bisa main catur nggak?” tanyamu sambil menikmati makanan yang baru saja kita beli.

“Bisa!” jawab Abi.

Setelah mendengar jawaban Abi, kamu langsung masuk ke dalam rumah dan mengambil papan catur yang mungkin sering kamu mainkan.

“Kayak handphone Abi nih rusaknya!” ucapmu sambil membawa papan catur dan memperlihatkan bagian papan catur yang rusak sehingga tidak bisa ditutup dengan rapat.

Ya, kondisinya memang sama seperti handphone Abi yang bagian belakangnya tidak bisa ditutup dengan rapat. Mungkin Abi harus mengganti dengan handphone yang baru. Apalagi ketika kamu bertanya apakah permainan mencari kata yang pernah kamu mainkan apakah masih ada di handphone Abi yang ternyata sudah tidak ada lagi. Abi terpaksa menghapusnya karena memori di handphone Abi sudah tidak lagi mencukupi.

Selanjutnya, kita bermain catur sebanyak satu kali. Kamu terlihat serius saat mengatur strategi untuk mengalahkan Abi. Namun di akhir permainan, Abi bisa mengalahkanmu. Mungkin di lain waktu, kita bisa bermain lagi dan kamu bisa mengalahkan Abi.

Buah Bunga Pletekan yang Bisa Meledak

buah bunga pletekan
Tuangkan sedikit air ke atasnya dan lihat apa yang akan terjadi

Sepulang dari masjid setelah menunaikan shalat Ashar, kita berjalan kaki menyusuri jalan yang salah satu sisinya berupa tanah kosong yang ditumbuhi banyak rumput. Salah satunya adalah Bunga Pletekan.

Syaikhan, Abi tidak tahu nama sebenarnya dari tanaman tersebut. Yang Abi tahu, buah dari tanaman tersebut bisa meledak dan mengeluarkan suara “pletek!” ketika terkena air. Abi suka mengumpulkan dan memainkan buah buang tersebut saat Abi masih kecil. Abi pun mengajakmu untuk memetik buah tanaman tersebut. Abi mengingatkanmu untuk memilih buah yang warnanya coklat.

Setelah masing-masing kita mendapatkan beberapa buah bunga pletekan tersebut, kita pulang untuk mencoba membasahi buah tersebut dan melihat reaksinya. Abi mencontohkan terlebih dahulu dengan menuangkan sedikit air dari kran untuk membasahi buah bunga pletekan tersebut yang berada di telapak tangan Abi.

Dengan pensaran, kamu menunggu apa yang akan terjadi. Ternyata di percobaan pertama kali ini, reaksi buah agak lama. Namun pada akhirnya, buah tersebut meledak juga. Kamu tertawa.

Akhirnya, kamu mencoba sendiri untuk melakukan seperti yang Abi contohkan. Setiap buah itu meledak, kamu tertawa. Bahkan kamu sempat kaget ketika buah tersebut bereaksi lebih cepat daripada sebelumnya. Kamu meledakkan semua buah bunga pletekan tersebut hingga habis.

Syaikhan, apa kamu mau mencobanya lagi di lain waktu?

Kotak Siapa yang Paling Banyak?

“Di dalam kelas mainanya cuma ini aja, Bi!” ucapmu sambil memainkan sebuah karet penghapus dan tempat pensil.

Karet penghapus tersebut kamu letakkan di salah satu titik tempat pensil lalu kamu menekan sebuah tombol yang berfungsi untuk membuka salah satu bagian kotak pensil tersebut. Ketika bagian kotak pensil tersebut terbuka dengan cukup keras, maka terlontarlah karet penghapus tersebut.

“Syaikhan mau main kotak-kotakan, nggak?” tanya Abi yang saat itu teringat dengan permainan yang menggunakan kertas dan pensil yang sering Abi mainkan dahulu di dalam kelas.

“Mainnya gimana, Bi?” tanyamu.

Abi mengambil sebuah kertas bekas dan kemudian membuat titik-titik sambil menjelaskan bagaimana cara memainkan permainan tersebut kepadamu.

Syaikhan, kamu memang cerdas. Setelah Abi memberikan penjelasan, kamu sudah bisa menangkapnya. Kita pun langsung bermain. Tiga ronde kita bermain. Abi senang sekali melihatmu serius memainkan permainan tersebut. Mungkin lain waktu kamu bisa mengalahkan Abi.

Syaikhan, apa kamu mau memainkan permainan yang sama? Atau mau memainkan permainan lagi bersama Abi? Nanti Abi akan mengajarkanmu sebuah permainan lagi di pertemuan selanjutnya. Insya Allah.

 


Baca Juga Seri My Dearest Syaikhan Lainnya :

24 respons untuk ‘My Dearest Syaikhan : Sudah Besar

  1. titintitan Oktober 2, 2015 / 11:55

    ponakan titin yg 5 tahun aja udah susah kalo mau dipeluk 😀
    waah, syaikhan gede banget yak, sekarang

    • jampang Oktober 2, 2015 / 15:38

      untungnya syaikhan masih mau 😀

      • titintitan Oktober 2, 2015 / 15:45

        etapi karena itu ponakan kali jadi ajah udh susah dipeluk 😀

    • jampang Oktober 2, 2015 / 15:37

      aamiin. terima kasih doanya

  2. ayanapunya Oktober 2, 2015 / 13:12

    Ternyata syaikhan udah kelas 2 ya. Benar-benar nggak terasa waktu berlalu. Kapan-kapan ajak syaikhan main sama sabiq juga mas 🙂

    • jampang Oktober 2, 2015 / 15:37

      iyah.
      insya Allah, bak

  3. Faris Oktober 2, 2015 / 13:27

    hahaha,,,
    Teman saya punya adek yang umurnya 6 tahun, pas saya kerumahnya dia, nempelnya minta ampun, minta di gendong, di peluk.. dll.. dua tahun setelah itu, semuanya berubah drastis.

    • jampang Oktober 2, 2015 / 15:37

      ternyata anak-anak emang seperti itu yah kalau usia mereka bertambah

  4. dianryan Oktober 2, 2015 / 14:33

    wow..udah gede juga yah syaikhan udah kelas 2 bentar lagi ABG 😀

    • jampang Oktober 2, 2015 / 15:36

      hiks…. waktu nggak terasa yah

  5. omnduut Oktober 2, 2015 / 15:57

    Tinggi beneeeer, udah lama gak liat syaikhan sudah setinggi 🙂

  6. itsmearni Oktober 2, 2015 / 19:35

    Wah gak terasa syaikhan udah gede aja nih. Inget ketemu pertamakali di danau UI masih imuuuut bener

    • jampang Oktober 5, 2015 / 08:16

      waktu itu masih malu2, mbak 😀

  7. zilko Oktober 2, 2015 / 19:53

    Hahaha, makin besar ya Syaikhan 😀

  8. Orin Oktober 3, 2015 / 11:25

    Kok aku terharu baca postingan ini ya Bang.. 🙂

    • jampang Oktober 5, 2015 / 08:15

      terharu kenapa, teh? 😀

  9. arip Oktober 4, 2015 / 12:48

    Serasa baru aja kemarin baca postingan pas dia masih balita. Sekarang udah gede gini.

    • jampang Oktober 5, 2015 / 08:15

      waktu cepat berlalu 😀

  10. Alris Oktober 7, 2015 / 16:06

    Terharus saya.

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan