“Zul, aku ingin beli penanak nasi,” ucapmu suatu hari. Aku tak langsung memberikan respon. Barangkali akan ada kalimat selanjutnya, begitu pikirku. Sebab di rumah kita, sudah ada penanak nasi yang masih berfungsi dengan baik yang kubeli beberapa bulan yang lalu.
“Buat Ibu, sebab penanak nasi milik Ibu sudah rusak,” sambungmu. Untunglah aku tidak langsung memotong kalimatmu, Sal. Rupanya kamu ingin membelikan penanak nasi itu untuk ibu.
“Boleh. Nanti kita beli di tempat aku membeli penanak nasi beberapa waktu yang lalu!” timpalku.
“Nggak usah, beli online aja. Aku sudah sempat melihat-lihat dan ada beberapa merek yang sedang discount . Nanti belinya pakai uangku saja.”
Sal, ketika kamu mengucapkan keinginan tersebut, sejujurnya, aku ingin mengatakan agar kamu menggunakan uangku saja. Sebab aku adalah kepala keluarga. Sebab dirimu tak lagi berpenghasilan semenjak kita menikah. Kamu memutuskan untuk berhenti bekerja dan menginfakkan seluruh waktu dan tenagamu untukku dan keluarga. Uang yang mungkin menjadi milikmu seutuhnya adalah uang bulanan yang kuberikan. Uang yang terpisah dari uang belanja bulanan yang kuberikan untuk kebutuhan rumah tangga kita. Mungkin kamu ingin memanfaatkan uang simpananmu itu kali ini. [Sila Baca : Sayap Penolong]
Sal, mungkin adakalanya diriku tak selalu menunjukkan kelebihanku kepadamu. Dengan keputusanmu itu, mungkin kamu ingin melakukan sesuatu dengan kemampuanmu sendiri. Kamu ingin melanjutkan baktimu kepada orang tuamu tanpa membebankan diriku. Kamu ingin bersedekah dengan uang yang benar-benar milikmu.
Sal, aku tak akan memaksamu menggunakan uangku untuk membelikan penanak nasi untuk ibu. Aku tidak boleh egois. Kusadari bahwa dirimu juga ingin mendapatkan pahala. Mungkin, dari pahala yang kelak kamu peroleh dengan bersedekah kepada ibumu, aku pun mendapatkan bagian. Sebab uang yang berada di tanganmu bersumber dariku.
Sal, aku bersyukur dengan apa yang kamu lakukan. Kamu bisa memanfaatkan uang yang kuberikan dengan untuk hal-hal yang berguna dan bermanfaat. Semoga dirimu tetap amanah.
Tulisan Terkait Lainnya :
Cerita baru ya, mas?
Yg INI iya, mbak.