Kesan dan Pesan yang Terserak di Sabtu Bersama Bapak

sabiq dan buku sabtu bersama bapak

Dari sekian novel yang sudah pernah saya baca sampai dengan selesai, yang ternyata jumlahnya tidak begitu banyak, “Sabtu Bersama Bapak” yang ditulis oleh Adhitya Mulya adalah yang paling berkesan di dalam ingatan saya. Saya masih ingat nama tokoh utamanya, beberapa penggalan ceritanya, juga beberapa pesan positif yang bisa dijadikan sebuah pembelajaran.

Saya awali cerita tentang novel ini dengan bagaimana saya mendapatkannya.

Saya mendapatkan novel “Sabtu Bersama Bapak” secara gratis. Langsung dari penerbitnya, Gagas Media. Kok bisa? Bagaimana caranya?

Begini…

Suatu ketika, Gagas Media mengadakan lomba menulis bertemakan “Surat Untuk Bapak”. Saya pun membuat sebuah tulisan berjudul “Sepucuk Surat Untuk Ayah” untuk diikutkan lomba tersebut. Hitung-hitung untuk menambah koleksi tulisan di blog dan agar terlihat rajin update :D.

Ternyata, beberapa waktu kemudian, ketika pengumuman pemenang dipublikasikan, tulisan saya menjadi salah satu pemenang. Sebagai hadiah, saya mendapat sebuah novel “Sabtu Bersama Bapak”. Saya mendapatkan eksemplar yang tidak untuk diperjualbelikan. Sebab di halaman awal novel, terdapat stempel bertuliskan “BUKU INI TIDAK DIJUAL” dan “PERSEMBAHAN PENERBIT”.

Setelah beberapa lama di tangan, saya membaca pun mulai membaca novel tersebut. Alur ceritanya sangat mengalir. Emosi saya pun terbawa ke dalam suasana yang dialami para tokoh. Cerita di bagian tertentu membuat saya tertawa. Semisal ketika membaca julukan yang diberikan Satya kepada Cakra, adiknya yang masih jomblo dengan sebutan “Pria Tuna Asmara” dan “Gembel Cinta”. Atau ketika rekan kerja Cakra membuly dirinya karena statusnya tersebut. Sementara di bagian lain, saya merasa gemas dan terharu. Semuanya emosi tersebut berkumpul di dalam lembaran-lembarannya.

Hingga tak terasa, bacaan saya mulai berpindah dari satu halaman ke halaman berikutnya. Pada akhirnya, “Sabtu Bersama Bapak” bisa saya khatamkan dalam waktu singkat. Mungkin menjadi yang paling singkat di antara semua novel yang pernah saya baca sebelumnya.

Selain berhasil mencampuradukkan emosi, pesan yang tersimpan di dalam novel “Sabtu Bersama Bapak” juga sangat luar biasa, terutama dalam hal bagaimana membina sebuah keluarga. Kalau saya boleh mengaitkan pesan di novel ini dengan ayat Al-quran, mungkin salah satunya merupakan pengejawantahan dari ayat sembilan dari surat An-Nisa.

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Kata lemah di ayat tersebut mencakup keseluruhan aspek, bukan hanya ekonomi, tetapi juga ilmu, dan lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Pak Gunawan Garnida di dalam novel “Sabtu Bersama Bapak”.

Pak Gunawan telah menyiapkan banyak hal untuk istri dan kedua putranya setelah dirinya divonis sakit. Untuk ilmu dan pendidikan, Pak Gunawan telah mewariskan ratusan video rekaman dirinya yang bercerita sekaligus memberikan nasihat kehidupan kepada kedua putranya. Berbekal rekaman video tersebut, yang diputar dan ditonton setiap hari sabtu, Satya dan Cakra mampu menghadapai permasalahan dan persoalan hidup yang dialami.

Dalam hal ekonomi, Pak Gunawan telah meninggalkan bekal yang cukup kepada istrinya dan kedua putranya yang saat itu masih kecil. Asuransi, passive income, saham, dan properti, telah memberikan kemandirian ekonomi kepada keluarga yang ditinggalkannya.

Soal pernikahan yang nantinya akan dilalui oleh kedua putranya, sebuah nasihat Pak Gunawan kepada anaknya yang disampaikan melalui rekaman video sangat mengena.

“Bukan berarti seseorang harus kaya dahulu sebelum nikah. Tapi kalian harus punya rencana. Persiapan.” [Halaman 21]

Di bagian lain, di mana terjadi sebuah dialog antara Cakra dan Ayu, terselip sebuah quote dari Oprah Winfrey yang sangat bagus. Quote itu berbunyi, “Find someone complimentary, not supplementary.” [Halaman 217]

Sepertinya, ada seidikit kesalahan dalam quote tersebut. Salah satu huruf di kata “complimentary“. Sebab jika quote tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “menemukan seseorang gratis, tidak tambahan”. Aneh, kan?

Mungkin maksud dari quote tersebut adalah “complementary” yang artinya pelengkap. Setidaknya itu menurut saya. Sebab jijka quote tersebut berbunyi “find someone complementary, not supplementary”, maka akan memiliki arti “menemukan seseorang pelengkap, bukan tambahan.” Lebih bagus, kan?

Mungkin di cetakan berikutnya, kesalahan tersebut sudah diperbaiki. Atau mungkin juga, saya yang salah menafsirkan dan mengartikannya? Entahlah.

Pesan lain yang menurut saya sangat bagus di dalam novel “Sabtu Bersama Bapak” adalah bagaimana cara menjalin hubungan yang baik antara seorang perempuan dengan ibu mertua. Biasanya, yang umum terjadi, hubungan antara seorang istri dengan ibu mertuanya kurang berjalan dengan baik. Yang satu sepertinya ingin “mendominasi” sang anak, sementara yang lain ingin “menguasai“ sang suami. Di dalam novel ini ada satu bab yang menceritakan tentang bagaimana cara yang ditempuh oleh seorang istri (calon istri) untuk menjalin hubungan yang baik dengan ibu mertuanya (calon ibu mertuanya), yaitu dengan belajar memasak kepada dengan ibu mertuanya (calon ibu mertuanya). Itulah yang dilakukan oleh Ayu, calon istri Cakra.

Satu pesan lagi yang cukup mengena adalah tentang bagaimana mempertahakan daya tarik antara suami istri yang kadang menurun seiring dengan perjalanan usia pernikahan. Postur tubuh yang dulunya kencang dan ideal, bisanya akan berubah menjadi gemuk dan berlemak. Untuk mempertahankan penampilannya, Rissa, istri Satya, selalu melakukan senam dengan treadmillnya.

Ketika Satya melihat usaha yang dilakukan sang istri, dirinya pun tersadar dengan penampakan tubuhnya yang kurang ideal. Akhirnya, Satya bertekad untuk melakukan hal yang sama. Dia melakukan latihan secara rutin hingga pada akhirnya tubuhnya menjadi berbentuk. Dan ternyata, kondisi itu memberikan efek positif dalam rumah tangga keduanya.

Beberapa hal di atas itulah yang membuat saya terkesan dengan novel “Sabtu Bersama Bapak” ini. Jika Anda penasaran, silahkan membuktikannya sendiri! 😀


Tulisan Terkait Lainnya :

25 respons untuk ‘Kesan dan Pesan yang Terserak di Sabtu Bersama Bapak

  1. ndu.t.yke November 20, 2015 / 13:50

    Aku penggemar berat blog Adhitya Mulya. Tp blm berani baca bukunya krn kuatir mewek, hehehe. Suka baca blognya jg gak?

    • jampang November 20, 2015 / 13:52

      sepertinya baru sekali atau dua kali baca tulisan di blognya…. sebab ada yang share link di FB. kalau ngunjungi rutin seh enggak, mbak.

      yang terakhir itu yang tentang “membiarkan” anak susah agar dia kuat menghadapi tantangan

  2. eda November 20, 2015 / 14:07

    aku baca buku ini udah lamaaa.. trus masih aja mewek kalo baca ulang

    • jampang November 20, 2015 / 14:52

      nah…. kalau bagian gokilnya, ngakak nggak?

  3. ayanapunya November 20, 2015 / 14:40

    Hiyaa tulisannya bagus banget..

    • jampang November 20, 2015 / 14:51

      😀
      terima kasih, mbak

  4. AA. Muizz November 20, 2015 / 15:01

    Buku yang quotenya banyak banget. Punyaku dipinjam teman, belum balik-balik.

    • jampang November 20, 2015 / 15:33

      iya, mas.
      mudah2an bisa dimanfaatin sama yang pinjem 😀

  5. Orin November 20, 2015 / 15:03

    novel ini memang bagus ya bang, ga menggurui tapi pembaca bisa belajar banyak 🙂
    Gudlak GAnyaaaa

    • jampang November 20, 2015 / 15:34

      betul sekali, teh.

      terima kasih

  6. Sie-Thi Nurjanah November 20, 2015 / 15:18

    Buku ini pasti sangat inspiratif lantaran tersirat banyak pesan dan nilai-nilai kebaikan di dalamnya
    Terima kasih telah berpartisipasi dalam GA Buku Yang Menginspirasi

    • jampang November 20, 2015 / 15:34

      kurang lebih begitu, mbak.

      sama-sama, mbak

  7. zilko November 20, 2015 / 17:51

    Huaaa, menang kontes lagi 😀 .

    Novelnya sepertinya menarik ya 🙂 .

  8. Fadillaskrn November 20, 2015 / 18:03

    Aku suka buku ini. Fav bgt❤❤

  9. Akhmad Muhaimin Azzet November 20, 2015 / 22:30

    Saya belum membaca novel SBB ini, Bang. Sekarang jadi kepingin baca secara langsung. Makasih banyak atas sharenya ini ya, Bang!

  10. aqied November 21, 2015 / 08:22

    Di film in, kayanya ud syuting tp gatau kapan keluarnya. Suka banget jg sama buku ini. Entah kalo difilm in tar gmn

  11. Ria November 21, 2015 / 09:53

    Buku ini harus dibaca para calon bapak dan bapak-bapak lainnya, hehehehe
    *malahcurhat*

    • jampang November 23, 2015 / 08:06

      emang bukunya bagus seh yah.

  12. febridwicahya November 21, 2015 / 22:16

    Aku udah baca buku in 4 kali mas. dan nggak bosen gitu. aku suka komedinya. aku suka pesan moralnya :’) aku banyak belajar juga dari buku ini :3

    nggak sabar nunggu filmnya aku :3

    • jampang November 23, 2015 / 08:05

      komedinya gokil habis yah 😀

      apalagi yang ngerjain atasan pake attachment file dg extension 3gp 😀

      • febridwicahya November 25, 2015 / 20:18

        Iya mas 😀 parah kok bang adhitya mulya nulisnya 😀 wkwkwk keren
        wwkwkwk iyaa mas, si gunther yang malah nagih-nagih mulu itu wkwkw 😀

      • jampang November 26, 2015 / 07:28

        😀

  13. sulis November 24, 2015 / 23:23

    Bagus e mas seperti nya tu buku. Aku blm pernah mbaca. Versi e- booknya ada ndak ya.. Coba aku cari ah!

    • jampang November 25, 2015 / 07:47

      iya, bagus mbak.
      kalau soal itu saya kurang tahu

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s