Ketika berbicara tentang mukena dan gamis, maka yang terlintas di dalam benak pikiran saya adalah perempuan. Mengapa? Karena sebagai kaum hawa, merekalah yang mengenakan kedua jenis pakaian tersebut. Meskipun ada juga model gamis yang diperuntukkan untuk kamu adam. Meskipun saya lelaki, apalagi lelaki yang menyukai perempuan, kiranya tak ada salahnya menulis masalah mukena dan gamis. Sebab sebelumnya, saya pernah membuat coretan tentang pakaian perempuan. Salah duanya adalah coretan saya berjudul “Spandex” dan “Jangan Biarkan Angin Membuka Auratmu”.
Umumnya, model, warna, dan bahan pakaian wanita lebih bervariasi dibandingkan dengan pakaian pria. Termasuk di dalamnya adalah model, warna, dan bahan mukena atau gamis.
Mukena merupakan pakaian yang dikenakan oleh muslimah di Indonesia ketika melaksanakan shalat. Di Betawi, mukena menjadi salah satu benda yang wajib ada di dalam seserahan, bukan dijadikan mahar atau mas kawin, yang dibawa oleh calon pengantin laki-laki yang akan diberikan kepada calon pengantin perempuan.
Model dan warna mukena yang paling sering saya lihat adalah model atas bawah dan berwarna putih polos. Ibu, adik perempuan, dan istri saya memiliki mukena model tersebut.
Mengapa kebanyakan mukena berwarna putih? Mungkin untuk mengikuti apa yang termaktub dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Kenakanlah pakaian warna putih karena pakaian tersebut lebih bersih dan paling baik. Kafanilah pula orang yang mati di antara kalian dengan kain putih.” (HR. Tirmidzi no. 2810 dan Ibnu Majah no. 3567. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Seiring perkembangan zaman, model dan warna mukena tak lagi monoton. Tak melulu putih. Tak selalu atasan dan bawahan. Muncul mukena dengan model dan warna lain.
Senada dengan mukena, model dan warna gamis pun beragam. Begitu pula dengan bahannya.
Sebagai pengikut Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam, mungkin kita bisa mengikuti pilihan warna pakaian yang disukai beliau, termasuk bagi kaum perempuan dalam menentukan pilihan warna gamis yang akan dikenakan. Warna yang paling disukai oleh Rasulullah adalah putih kemudian hijau. Selain kedua warna tersebut, Rasulullah pernah mengenakan pakaian berwarna hitam, kelabu, dan bercorak.
Sebagai penutup, mungkin yang perlu diperhatikan ketika mengenakan mukena adalah jangan sampai menjadi pusat perhatian orang lain. Maksud saya, ketika seorang muslimah berada di suatu tempat yang masyarakatnya homogen, akan lebih bijak jika mengikuti kebiasaan yang berlaku. Jika kaum perempuannya terbiasa mengenakan mukena berwarna putih, maka sebaiknya tidak mengenakan model dan warna yang berbeda untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, semisal menjadi bahan omongan di belakang. Sementara jika seorang muslimah berada di suatu tempat yang masyarakatnya sudah mengenal model dan warna mukena yang beragam, maka mengenakan mukena dengan model dan warna yang beragam menjadi tidak masalah.
Sedangkan mengenai gamis, yang akhir-akhir ini memprihatinkan adalah hadirnya gamis berbahan spandex atau jersey yang jika dikenakan akan menampakkan lekuk tubuh pemakainya. Bahkan hingga menampakkan bentuk underwear yang dikenakannya. Ups! Maaf, keceplosan.
Tulisan Terkait Lainnya:
- Tentang Mukena dan Gamis
- Jangan Biarkan Angin Membuka Auratmu
- Fungsi dan Gengsi
- Nikahi Mereka dan Jangan Nikahi Mereka
- Aurat Laki-laki Boleh Dilihat Oleh Lebih Banyak Orang Dibanding Aurat Perempuan
- Surat Terbuka Untukmu [Iya, Untuk Kamu]
- Spandex
- Superhero dan Pakaian Ketat
- Brain Games : Battle of the Sexes
- Ketiga Perempuan Itu…
kalau sekarang sih sudah mulai warna-warni mukena yang dipakai ibu-ibu ke masjid. nggak melulu putih 🙂
kalau di sekitaran tempat saya tinggal masih dominan putih, mbak
Wah iya Bang. Saya juga sempat kagum dengan desain mukena yang beraneka rupa sekarang ini dan timbul pertanyaan seperti yang Bang Rifki tulis di sini. Semoga menang ya Bang. 🙂
iya, sudah banyak corak dan motifnya, mas. terima kasih
Owh saya kira gamisnya bisa sekalian jadi mukena. 😀
belum menutupi aurat kalau pakai gamis doank…. harus ditambah jilbab dan kaos kaki kalau mau shalat biar cukup syarat menutup auratnya 😛
Lah…. Keknya dah banyak yg kek gitu
ya kan tadi cuma nambahin… kalau gamis doank nggak bisa buat shalat 😀
Kalau sudah ada kaidah agama untuk suatu pakaian, mesti dituruti ya Mas, supaya jatuhnya tidak salah dan jadi dosa :hehe. Semoga berhasil buat giveawaynya ya Mas :)).
iya, gar. agama kan mengatur untuk kebaikan umatnya
Yep, setuju.
😀
Mukena mukagak kek biarin
#eh
😀
maksa itu mah
aku kalau dikampus suka liat cewek yang pake gamis gitu mas, biasanya aku manggilnya ‘ukhti’ :3
iyalah… masa manggilnya “akhi” …. 😛
Wkwkwkw aku kalau manggil cowok juga akhi mas, tapi tergantung cowoknya wkwkw 😀
Memang mengenakan pakaian jg harus disesuaikan dgn lingkungan sekitar ya? jadi ga jadi pusat perhatian. Nah, bagaimana dgn warna dan corak yg sesuai di negara minoritas muslim?
kalau berdasarkan hadits yang saya baca, yang dilarang adalah mengenakan pakaian yang mengundang perhatian…. entah pakaiannya itu terlalu bagus atau terlalu jelek. kalau soal warna, saya belum menemukan hadits yang melarang kaum perempuan mengenakan pakaian dengan warna tertentu…. jadi semua warna bisa dibilang boleh. sedangkan bagi kaum laki-laki, ada hadits yang melarang untuk mengenakan warna tertentu karena dicelup dengan pewarna dari bunga/tanaman tertentu.
Moga sukses GA ny.. oh ya, belakangan ini saya sering kali melihat remaja yang sering pakai musnah warna warni.. apa sekarang tren ny gitu kali y..
terima kasih, uda.
iya, sekarang sudah banyak mukena dengan warna dan corak yang beraneka ragam
Good luck for your giveaway ya mas!
terima kasih, mbak
Sama-sama mas
bener itu mas, kadang sih orang2 milih mukena dan jenis gamisnya hanya karena bagus saja, tanpa memperhatiikan jenis bahannya. hingga kadang2 terlihat lekuk2 tubuhnya
salam kenal ^_^
iya…. harus lebih hati-hati.
salam kenal juga