Bagaimana Iblis yang terusir dari Surga menggoda Nabi Adam yang berada di Surga?
Pertanyaan tersebut tiba-tiba mendarat di dalam pikiran saya ketika mendengarkan kajian selepas zhuhur yang diadakan di masjid kantor tempat saya bekerja. Saat itu, materi yang disampaikan adalah tentang ciri khas surat-surat di dalam Al-quran. Surat yang saat itu dibahas adalah Surat Al-A’raf.
Nama Al-A’raf diambil dari kata di dalam salah satu ayat di dalam surat tersebut. Al-A’raf berarti tempat tertinggi atau tempat yang dikenal. Dari tempat yang tinggi, akan banyak hal atau benda yang bisa dilihat. Tempat yang tinggi, bisa menjadi tempat yang mudah untuk dikenal.
Saya berniat untuk menyampaikan pertanyaan tersebut langsung kepada Pak Ustadz yang menyampaikan materi tersebut. Namun ketika Pak Ustadz sampai di ujung materi dan memberi kesmepatan kepada jama’ah yang ingin bertanya, saya tidak mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan. Hingga akhirnya, Pak Ustadz menutup materinya.
Satu per satu jama’ah meninggalkan masjid untuk melanjutkan pekerjaan. Saya bimbang antara langsung kembali ke ruangan atau mendekati Pak Ustadz untuk mengajukan pertanyaan yang terus berdengung di benak saya.
Akhirnya, saya bangkit dan mendekati Pak Ustadz. Selepas mengucapkan salam dan bersalaman, saya duduk dan memulai pembicaraan yang kurang lebih seperti berikut.
“Ada yang ingin saya tanyakan Pak Ustadz.”
“Silahkan!”
“Begini, Pak Ustadz. Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan para malaikat serta Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam, Iblis tidak melakukannya. Akibatnya, Iblis diusir dari surga.”
“Betul!”
“Jika Iblis sudah terusir dan keluar dari surga, lantas bagaimana ia bisa menggoda Nabi Adam dan Hawa?”
Pak Ustadz menjawab bahwa ada dua pendapat mengenai bagaimana cara Iblis menggoda Nabi Adam di Surga. Pertama, melalui bisikan-bisikan ke dalam dada Nabi Adam. Kedua, Iblis menggoda Nabi Adam dengan kata-kata langsung.
Dari dialog singkat tersebut, saya lebih cenderung mengikuti pendapat yang yang menyatakan bahwa Iblis menggoda melalui bisikan, tanpa tatap muka langsung. Saya mengaitkannya dengan surat An-Naas sebagai berikut :
Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.
Dalam pemikiran saya, di situ disebutkan bahwa bisikan kejahatan masuk ke dalam dada manusia. Tanpa perlu jin atau Iblis berhadapan langsung dengan manusia. Saya pun kembali ke ruang kerja dengan memegang jawab tersebut. Karena memang jawaban itulah yang ditegaskan oleh Pak Ustadz.
Ketika saya ingin menuliskan hal di atas di dalam blog ini, saya sempatkan dahulu untuk melakukan googling tentang masalah serupa. Dari pencarian tersebut, saya mendapatkan sebuah tulisan berupa tanya jawab di konsultasisyariah.com yang memberikan jawaban yang lebih jelas bagi saya. Saya kutipkan isi tanya jawab tersebut sesuai dengan sumbernya di bawah ini. Semoga memberikan manfaat.
******
Bagaimana Iblis Menggoda Adam
Assalamualaikum ustad, saya mau tanya tentang kisah Nabi Adam dan Syetan dalam Surah Al A’raaf. Pertanyaan saya adalah waktu itu Syetan sudah diusir Allah SWT dari surga namun mereka masih bisa menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah kuldi, apakah waktu menggoda Adam dan Hawa, Syetan ada di surga atau tidak? kalau di waktu itu kejadiaanya ada di surga, bukankah Syetan sudah diusir Allah SWT dari surga. Kenapa Syetan laknatullah bisa kembali lagi ke surga? atau memang kejadiaan saat setan menghasut Adam dan Hawa ada di luar surga. Tolong beri penjelasan dengan literatur dan dalil yang akurat. Terima kasih tolong beri pencerahannya. Wassalamualaikum.
Jawaban:
Wa ‘alaikumus salam Wa rahmatullah
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat beberapa ayat yang menyebutkan bagaimana cara iblis menggoda Adam. Diantaranya adalah firman Allah,
Syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya… (QS. al-A’raf: 20 – 22)
Ada beberapa catatan yang bisa disimpulkan dari ayat ini,
Pertama, ulama sepakat bahwa yang menggoda Adam untuk memakan buah larangan adalah Iblis.
Al-Qurthubi mengatakan, Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tafsir dan yang lainnya, bahwa Iblislah pelaku yang menggoda Adam.
Kedua, ulama berbeda pendapat tentang tata cara Iblis dalam menggoda Adam ‘alaihis Salam. Al-Qurthubi menyebutkan adanya dua pendapat dalam hal ini.
Pendapat pertama, Iblis menggoda Adam secara lisan, dalam bentuk dialog dengan ucapan. Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhum, dan mayoritas ulama. Iblis tidak menggoda melalui bisikan hati.
Al-Qurthubi mengatakan, Ulama berbeda pendapat mengenai cara bagaimana Iblis menggoda Adam. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan mayoritas ulama berpendapat bahwa Iblis menggoda Adam dan Hawa dengan dialog secara lisan. Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya), “Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” Adanya sumpah menunjukkan bahwa itu dilakukan secara lisan (bukan bisikan). (Tafsir al-Qurthubi, 1/312).
Pendapat kedua, Iblis menggoda Adam melalui was-was dan bisikan hati. Dan bukan secara lisan.
Al-Qurthubi menukil keterangan ulama lainnya. Sebagian ulama mengatakan, bahwa Iblis tidak masuk surga untuk menemui Adam, setelah dia diusir dari surga. Namun Iblis menggoda Adam dengan kekuatan setannya dan was-wasnya kepada Adam, yang kemampuan itu Alah berikan kepadanya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setan mengalir di pembuluh darah bani Adam.”
Dan pendapat yang lebih kuat adalah pendapat mayoritas ulama, mengingat adanya ayat yang menegaskan sumpah Iblis di hadapan Adam.
Ketiga, Lalu bagaimana cara Iblis masuk ke surga?
Ada dua pendapat ulama dalam hal ini.
Pendapat pertama, Iblis masuk surga bersama ular
Al-Qurthubi menyebutkan keterangan dari Wahb bin Munabih – ulama tabiin –, yang diriwayatkan Ibnu Razaq, Iblis masuk ke dalam surga melalui mulut ular, sebagaimana onta Bukhtiyah, binatang tunggangan yang paling indah, yang Allah ciptakan. Setelah Iblis menawarkan diri ke semua binatang, namun tidak ada yang bersedia mengajaknya masuk surga.
Setelah ular itu masuk ke dalam surga bersama Iblis, keluarnya dia dari perut ular itu. Kemudian dia menuju pohon larangan bagi Adam dan Hawa itu. Pertama kali dia mempengaruhi Hawa. Di membawa pohon itu ke Hawa,
‘Lihatlah pohon ini, baunya harum, rasanya lezat, dan warnanya indah.’ Dia terus mempengaruhi Hawa, hingga Hawa-pun mengambil pohon itu dan memakannya.
Kemudian baru menggoda Adam.
Kata Hawa, ‘Makanlah, aku sudah makan, tidak ada masalah apa-apa.’
Adam pun makan dari pohon itu. Tiba-tiba pakaiannya terbuka dan terlihat kemaluan mereka. Mereka telah melakukan dosa.
Lalu Adam masuk ke pohon itu. Dan dipanggil oleh Allah.
“Di mana kamu?” tanya Allah dan (Dia Maha Mengetahui).
‘Saya di sini, Ya Allah’ jawab Adam.
“Mengapa kamu tidak keluar dari situ?” tanya Allah.
‘Saya malu kepada-Mu, Ya Allah.’ Jawab Adam.
Lalu Allah berfirman kepada Adam, “Turunlah ke bumi, asal penciptaanmu.”
Ular itupun dilaknat, dan kakinya dilenyapkan menjadi bagian perutnya, serta dijadikan permusuhan antara ular dengan manusia. Karena itulah, kita diperintahkan untuk membunuhnya. (Tafsir al-Qurthubi, 1/313).
Pendapat kedua, Iblis masih memungkinkan masuk surga, hanya saja tidak dimuliakan dan masuk dalam keadaan terhina.
Al-Baidhawi menyebutkan, ada yang mengatakan, dia tidak boleh masuk ke dalam surga dengan penghormatan, sebagaimana dulu dia masuk ke dalam surga bersama para Malaikat. Dan dia tidak dilarang untuk menggoda Adam sebagai ujian bagi Adam dan Hawa. (Tafsir al-Baidhawi, 1/72).
Keempat, Mengimani yang Global
Masalah semacam ini adalah ghaib. Tidak ada yang tahu kejadian aslinya, kecuali Allah dan para pelaku sejarah peristiwa itu. Sehingga tidak ada ruang untuk berijtihad atau menghayalkan bagaimana keadaan sejatinya.
Hanya saja yang penting untuk ditekankan di sini, bahwa kita wajib mengimani semua informasi yang Allah ceritakan dalam al-Quran. Meskipun bisa jadi informasi itu mengundang tanda tanya di benak kita.
Andai tidak ada keterangan ulama tentang bagaimana Iblis menyesatkan Adam, kita tetap wajib percaya bahwa Iblis adalah pelaku yang menyesatkan Adam ketika di surga.
Allahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah
ini agak salah fokus mas tp gambarnya bgus
ilustrasinya kurang tepat maksudnya, mbak?
akunya yg salah fokus komen maksudny mas
kenapa bisa begitu? 😀
judulnya kak tentang iblis tp aku malah fokus ke gambarnya 😀
ooo…. ceritanya itu mewakili sepersekian keindahan surga 😀
Iya yaa..
Saya baru kepikiran soal ini 😀
dan langsung dapat jawabannya…. jadi nggak usah dipikirin lagi 😀
Hehehe… iya yaa
😀
saya malah nggak kepikiran soal ini. heuheu
selama ini juga ngggak kepikiran, mbak. cuma tiba-tiba terlintas aja pas tidur2 ayam waktu dengerin ceramah 😀
Wkwkwk. Ngantuk juga ternyata 😀
Iya. Sering ngantuknya daripada nyimaknya 😀
aku juga gak kepikiran sampe ke sini.. hehehe.. taunya nabi adam digoda iblis utk makan buah khuldi. titik. gak banyak nanya ini itu 😀
begitu lebih aman, mbak. yang jelas, meyakini apa yang tercantum di dalam al-quran dan memang begitu
Nah, baru kepikiran bagi saya soal iblis menggoda Adam. Kalo sudah terusir berarti gak di sorga lagi. Atau bisa jadi juga begini bang Jampang, Adam digoda ketika lagi plesiran ke luar sorga 🙂
😀
seperti di akhir jawaban, kita tidak bisa mengandai-andai kondisi saat itu seperti apa…. jadi cukuplah dalil al-quran dan al-hadits yang shahih sebagai dasar pegangan yang harus diyakini sebagai ciri orang beriman
Masuk akal semuanya kok
iya, mas
baru kepikiran juga ttg pertanyaan ini. makasih ulasannya mas ^^
sama-sama, lok
Detil sekali.
Iya mbak. Jawaban di konsultasi syariah detil banget
More or less hampir sama kisahnya dalam kitab injil dalam buku Kejadian 2 tentang jatuhnya Adam dan Hawa dalam dosa…tentang buah terlarang dsb
Taurat, Zabur, Injil, dan Al-quran, sama-sama wahyu yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada para Rasul yang ditunjuk sesuai dengan zamannya. Jadi wajar jika ada kesamaan.
ada juga pendapat bahwa kejadiannya bukan di surga, tetapi di sebuah tempat di bumi yang mana tempat itu menyediakan semua kebutuhan Nabi Adam dan Hawa, hampir seperti surga. Wallahu a’lam bisshawaab…
mungkin ada pendapat seperti itu… tetapi jika demikian akan muncul pertanyaan…. jika kejadiannya di bumi…. lantas ketika Allah menghukum mereka untuk keluar atau turun…. mereka turun ke mana?
Assalamualaikum wr.wb,
Sebenarnya begini iya mas JAMPANG.
kita musti mengetahui dahulu arti kata iblis dan syeitan.
Iblis adalah nama jin sedangkan syeitan adalah kata sifat dari jin dan manusia yg zholim.
Iblis telah terusir dari surga dan tidak dapat lagi masuk kedalamnya karena Allah telah jelas berfirman mengenai kedudukan surga,
13. قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.(al araf ayat 13)
dia iblis telah menyombongkan diri (zholim).
Allah menyuruh adam dan hawa bertempat tinggal disurga.
19. وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim”.(al araf ayat 19)
ingatlah bahwa ayat ini tidak menerangkan bahwa adam dan hawa akan kekal tinggal di surga, tetapi hanya untuk sementara waktu.
Allah telah membolehkan adam dan hawa memakan buah-buahan dimana saja yg mereka sukai kecuali mendekati satu pohon saja.
Tetapi apa yg terjadi?
20. فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”.
Adam dan hawa telah terlena tinggal disurga dan ingin sekali tinggal selama-lamanya disana sehingga dengan sombong mengikuti hawa nafsu mereka terus melanggar perintah Tuhannya dengan mendekati pohon terlarang dan memakan buahnya.
Adam dan hawa berfikir dalam hati mereka apabila memakan buah ini ,mereka akan kekal di syurga.
kita lihat permohonan maaf adam dan hawa kepada Allah dibawah ini bahwa mereka mengakui kesalahan mereka tanpa ada hubungannya dengan godaan iblis.
23. قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.
jadi jagalah hati dan pikiran kita agar tetap ingat Allah.
wassalamualaikum wr.wb,
ustad sayyid.
Wa alaikunus salam wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Terima kasih atas pencerahannya