Penjual Getuk Lindri dan Gula Pasir

gula pasir merek gulaku

Di masa kecil, saya sering melihat penjual getuk lindri melintas di depan rumah. Biasanya, getuk lindri dibawa oleh penjualnya di dalam sebuah kotak berangka kayu. Sisi-sisi kotak tersebut dipasangkan kaca bening sehingga orang-orang bisa melihat penampakkan getuk lindri dengan aneka warna di dalamnya. Seingat saya, mungkin sekali atau dua kali, saya pernah membeli getuk lindri tersebut. Yang jelas, tidak sesering interaksi saya dengan para pedagang kecil yang menjajakan jajanan lainnya semisal penjual roti, mie ayam pangsit, es campur, atau  bakso.

Setelah sekian lama saya tidak melihat penjual getuk lindri, kini, saya kembali bisa menemukannya. Hampir setiap hari, seorang penjual getul lindri lewat di depan rumah saya. Tentu saja dengan beberapa perbedaan dengan penjual getuk lindri di masa kecil saya.

Perbedaan pertama, penjual getuk lindri yang lewat di depan rumah saya tidak lagi memanggul kotak kayu berisi getuk lindri di pundaknya, melainkan menggunakan gerobak yang didorong. Asumsi saya, dengan menggunakan gerobak, isi dagangannya akan lebih banyak.

Perbedaan kedua, untuk menarik perhatian para pembeli, sang penjual tidak lagi meneriakkan dagangannya apalagi dengan menambahkan kata-kata yang mengundang senyum atau tawa seperti inovasinya si tukang roti berteriak “roti empuk!” atau “roti tanpa tulang!” melainkan dengan menyetel lagu dengan suara yang cukup keras. Biasanya, lagu yang disetel adalah lagu berbahasa Jawa. Akibatnya saya pernah salah kira ketika penjual getuk lindir tersebut akan melintas di depan rumah. Saya hampir mengira bahwa yang akan lewat adalah pengamen.

Hari Sabtu kemarin, saya memanggil penjual getuk lindri tersebut untuk membeli getuknya atas permintaan Minyu. Minyu ingin mencicipinya. Saya beli lima ribu dan dapat lima potong getuk lindri. Akhirnya, setelah sekian lama, saya bisa mencicipi lagi yang namanya getuk lindri dengan taburan parutan kelapa dan gula pasir.

Alhamdulillah. Enak!

Beberapa waktu sebelum membeli getuk lindri…

Saya tawarkan teh manis hangat kepada Minyu yang sedang kurang enak badan. Minyu mengangguk. Saya segera membuatkannya.

Saya menuju lemari tempat penyimpanan teh dan gula. Saya menemukan satu kotak teh celup yang sudah terbuka. Saya ambil satu. Sementara untuk gula pasir, saya menemukan tiga buah kantong gula pasir dengan merek “Gulaku” berukuran satu kilogram yang belum dibuka.

Sejak pindah rumah, saya dan Minyu jarang sekali minum teh manis. Kami biasanya minum air putih. Gula pasir yang kami beli biasanya diperuntukkan selain untuk membuat teh manis. Mungkin itu sebabnya, ketiga buah kantong gula pasir tersebut masih tertutup dengan sempurna.

Saya lalu mengecek tanggal kadaluarsa ketiga kantong tersebut. Dua kantong akan daluarsa di tahun 2017. Sedangkan satu kantong lagi akan daluarsa tanggal 14 Januari 2016. Itu artinya hari kamis di minggu ini. Akhirnya saya buka kantong gula pasir yang akan segera daluarsa tersebut untuk membuat  teh manis.

Menjelang siang atau sore hari, saya menceritakan perihal ketiga kantong gula pasir tersebut kepada Minyu. Atas permintaan Minyu, saya mengecek kembali. Kali ini saya membandingkan warna gula pasir di masing-masing kantong. Tanggalnya memang benar. Terlihat pula perbedaan warna antara yang akan daluarsa dalam beberapa hari dengan yang daluarsanya masih lama. Warana gula pasir yang akan daluarsa tidak seputih dua kantong lainnya.

Eh, ternyata, perbedaan warna itu bukan karena kantong yang pertama akan daluarsa, melainkan jenis gulanya yang berbeda. Hal terebut ditandai kemasannya. Di  kemasan dua kantong yang berwarna lebih putih tertulis keterangan “Premium” 😀

Karena kami jarang sekali minum teh manis, mustahil kami akan menghabiskan satu kilogram gula pasir tersebut dalam waktu beberapa hari. Saya pun teringat kepada penjual getuk lindri yang lewat rumah di pagi hari. Saya mengusulkan jika gula pasir tersebut diberikan kepada penjual getuk lindri. Minyu menyetujui sambil mengingatkan saya untuk memberitahukan mengenai tanggal daluarsa gula pasir tersebut kepada penjual getuk lindri.

Minggu pagi…

Suara musik dengan lirik lagu berbahasa jawa terdengar semakin kencang. Ini pasti berasal dari gerobak penjual getuk lindri. Saya segera menuju kulkas untuk mengambil gula pasir yang sebelumnya diniatkan untuk diberikan kepada penjual getuk lindri. Minyu juga mengingatkan bahwa penjual getuk lindri tersebut jalannya cepat. Bisa-bisa nanti sudah lewat jauh.

“Bang!” teriak saya ketika penjual getuk lindri itu hampir saja melewati depan rumah. “Getuknya pakai gula, kan?”

Penjual getuk lindri itu menganggung sebagai jawaban dari pertanyaan saya.

“Ini saya ada gula, masih banyak. Cuma tanggak daluarsanya tinggal beberapa hari lagi. Dipakai aja!”

“Berapa, Pak?” Penjual getuk itu menanyakan harga yang harus dibayar untuk sekantong gula tersebut.

“Nggak usah. Dipakai aja, tapi jangan sampai lewat tanggal 14 Januari yah!” pesan saya mengingatkan.

“Terima kasih, Pak!”

Sekantong gula pasir itu berpindah tangan. Ketika akan memasukkannya ke dalam gerobak, penjual getuk lindir tersebut bertanya kembali, “Bapak mau getuknya?”

“Nggak. Terima kasih.”

—o0o—

Sebenarnya, ketika memberikan sesuatu kepada orang lain adalah sesuatu yang kondisinya masih baik, masih sempurna. Bukan sekantong gula pasir yang akan daluarsa beberapa hari lagi. Namun, jika saya tidak memberikannya kepada penjual getuk lindri itu, sudah bisa dipastikan bahwa satu kilogram gula pasir tersebut akan terbuang sia-sia. Mubazir. Ah, sebuah pembelaan diri.


Tulisan Terkait Lainnya :

16 respons untuk ‘Penjual Getuk Lindri dan Gula Pasir

  1. naniknara Januari 11, 2016 / 15:19

    daripada dibuang sayang, lebih baik diberikan pada yang memang membutuhkan. Bagi kita mungkin sepele, tapi bagi penjual gethuk itu, bisa jadi bisa menghemat uang belanja(yang lumayan besar) yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain
    *ikut membela teman hihihi….

    • jampang Januari 11, 2016 / 16:25

      nah…. saya mikirnya begitu mbak 😀

  2. winnymarlina Januari 11, 2016 / 16:46

    kalau di jakarta sering lihat penjual gethuk di jembatan penyebarangan bg

    • jampang Januari 11, 2016 / 16:54

      mungkin itu yang mangkal, mbak. ada juga yang keliling muter2

  3. ayanapunya Januari 11, 2016 / 17:41

    Ini buat lomba ya mas? Hehe
    Kalau di rumah ibu beli gula sekarung buat bikin kue. Hehe

    • jampang Januari 11, 2016 / 22:05

      bukan, mbak. cuma coretan seperti biasanya. kalau lomba biasanya kan di akhir tulisan ada keterangan untuk lomba ini itu.

  4. ade_jhr Januari 11, 2016 / 18:17

    Aku suka getuk…

    Gula itu sebenernya msh bisa ngk si d makan stlh kada luarsanya lewat?..

    • jampang Januari 11, 2016 / 22:01

      Kurang tahu, de. Yg jelas kalau beli curah nggak ada keterangan daluarsanya 😀

  5. Ria Angelina Januari 11, 2016 / 19:49

    Biasanya kalau penjual getuk pakia lagu dangdut kenceng..

    • jampang Januari 11, 2016 / 21:58

      Yg ini kalau saya dengerin lagunya berbahasa jawa. Mgkn lain hari bisa aja nyetel dangdut 😀

  6. ndu.t.yke Januari 11, 2016 / 23:10

    Bener pak. Drpd mubazir. Yg penting kan udah bilang klo jgn lewat dr tgl 14 Jan 🙂

    • jampang Januari 12, 2016 / 08:07

      iya, mbak. saya sudah ingatkan jangan sampai lewat tanggal itu. mudah2an seh bisa habis sebelum tanggal tersebut

  7. zilko Januari 12, 2016 / 02:29

    Daripada mubazir yah, lebih baik diberikan kepada yang pasti akan menggunakannya 🙂 .

    Btw, penjual getuknya mengikuti permintaan dan perkembangan juga ya, keren, hehehe 😀

    • jampang Januari 12, 2016 / 08:09

      kalau googling tukang getuk lindri, rata-rata pakai gerobak, mas. malahan ada yang pakai toa segala untuk menarik calon pembeli

  8. itsmearni Januari 13, 2016 / 13:48

    Saya juga suka getuk lindri
    Tapi jujur suka parno sama pewarnanyya
    Jadi klo beli saya lebih milih yang original tanpa pewarna

    • jampang Januari 13, 2016 / 21:34

      Kemarin saya beli warnanya campur2. Saya seh lbh suka getuk yg biasa di warung2, mbak. Ibu saya juga dulu pernah bikin dan jualan getuk… Yg biasa bukan lindri

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s