Saya akui sikapnya itu adalah sikap lelaki sejati. Berani mengajak, berani pula mengantar. Saya tidak diperlakukan seperti jelangkung yang datang tak dijemput dan pulang tak diantar. Dirinya juga bukan termasuk kelompok lelaki pengecut yang hanya berani mengantar hanya sampai depan komplek atau depan gang saja.
Namun di balik itu semua, ada hal yang tiba-tiba terlintas di dalam benak saya. Hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan ketika dirinya mengajak saya pergi.
Selama ini, saya belum pernah pergi berduaan dengan seorang lelaki. Jika saja ada tetangga komplek yang melihat saya berjalan dengannya, saya takut mereka akan berpikir yang tidak-tidak. Misalnya mengira bahwa lelaki yang kini berdiri di samping saya adalalah pacar atau kekasih saya. Begitu juga jika nanti dirinya bertemu dengan Papa. Jangan-jangan Papa juga akan berpikir bahwa lelaki ini adalah teman istimewa saya. Sebab saya tak pernah mengajak seorang lelaki pun ke rumah kecuali teman-teman kampus yang datangnya tak seorang diri.
Haduuuuuh! Bagaimana ini?
Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Ternyata Papa yang membukanya.
“Kamu sudah pulang, May?” tanya Papa.
“I… iya, Pa,” jawabku gugup.
Lelaki yang berdiri di samping saya langsung mendekati Papa dan mengajak beliau berjabat tangan.
“Saya, H. Temannya Maya, Om!” dia memperkenalkan diri kepada Papa. “Tadi saya yang mengajak Maya jalan-jalan. Karena saya yang mengajak, makanya saya yang antar pulang Maya ke rumah, sekaligus untuk bertemu dengan berkenalan dengan Om.”
“Kok Maya nggak pernah cerita sebelumnya?” Papa terlihat kebingungan. Dan memang seperti itulah kenyataannya. Saya belum pernah bercerita tentang sosok lelaki yang ada di hadapan Papa sekarang kepada siapa pun. Sebab tak banyak hal yang saya ketahui dari sosoknya yang misterius. Bahkan hingga detik ini, meski saya sudah diperkenalkan dengan seluruh anggota keluarganya.
“Sudah lama kenal dengan Maya?” Papa menyambung kebinggungannya dengan sebuah pertanyaan.
“Sudah cukup lama, Om. Kurang lebih empat tahun!”
Empat tahun dari Hongkong? Enak saja ngaku-ngaku sudah kenal selama empat tahun. Hati saya dongkol mendengar jawaban tersebut. Tapi kalau dipikir-pikir, pertemuan pertama kami memang terjadi empat tahun yang lalu. Tapi pertemuan tersebut tidak diikuti pertemuan selanjutnya dalam jangka waktu yang dekat. Pertemuan kedua terjadi dua tahun yang lalu. Itupun bukan sesuatu yang disengaja atau direncanakan sebelumnya. Dan pertemuan kami yang ketiga baru terjadi beberapa hari yang lalu yang dilanjutkan hari ini.
“Karena sudah malam, saya pamit dulu, Om. Lain waktu mungkin saya akan main lagi ke sini!”
Akhirnya lelaki itu menyudahi perbincangan dengan Papa. Lega rasanya.
Saya temani dirinya melangkah ke pintu pagar.
“May, bulan depan aku akan datang lagi bersama keluargaku!” ucapnya sesaat kami berada di luar pintu pagar.
“Apa?” saya kaget dengan pertanyaan tersebut. “Mengapa harus bersama keluarga? Mengapa enggak sendiri aja?” tanya saya beruntun.
“Oh, jadi bukan aku saja yang ingin datang ke sini lagi. Rupanya kamu juga ingin agar aku datang lagi, May?”
Waduh! Saya dijebak!
“Bukan itu maksudnya!” jawab saya dengan wajah tertunduk malu. Sementara dirinya malah tertawa. Mentertawakan diri saya yang berhasil dijebaknya.
“Aku akan melamarmu, May!”
“A….pa?” jantung saya hampir lepas mendengar ucapannya. “Maksudmu?”
“Iya, melamarmu untuk kemudian menikahimu!” jawabnya dengan enteng. “Makanya aku akan datang bersama keluargaku. Supaya lebih sopan ketika meminta dirimu kepada ayahmu.”
“Tapi… tapi nggak bisa semudah itu, kan?”
“Kalau bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit, May?” dia menjawab pertanyaan saya dengan sebuah pertanyaan juga.
“Kita kan belum tentu saling suka dan saling cinta!” saya coba untuk menyanggah.
“Mungkin kamu benar, May. Kita memang belum tentu saling suka dan saling cinta, tetapi kita mungkin bisa saling suka dan saling cinta, bukan?”
Aduh! Saya kembali terjebak dengan kalimat sendiri.
“May, empat tahun lalu, saat pertama kali melihatmu, kurasakan ada desiran di hatiku. Sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya ketika melihat perempuan lain. Di saat yang bersamaan, ada bagian di dalam diriku, entah itu hati atau akalku, mengatakan ‘mungkin dia jodohku’. Karenanya aku langsung memberanikan diri untuk mengajakmu berkenalan.”
Ternyata, dia merasakan hal yang sama!
“Sayangnya, pertemuan tersebut tidak berlanjut. Sebab kau memberikanku alamat palsu!”
Saya tertawa.
“Maaf, Her. Saya sengaja melakukannya saat itu karena khawatir dan belum bisa percaya dengan seseorang yang baru saya temui hari itu,” saya coba menjelaskan kejadiaan empat tahun lalu itu.
“Nggak apa-apa, May. Aku mengerti,” balasnya. “Dua tahun kemudian, kita berjumpa lagi tanpa sengaja. Saat itu, aku seperti menemukan sesuatu yang sangat berharga yang sebelumnya hilang. Namun lagi-lagi pertemuan tersebut tak berlanjut. Entah mengapa, aku tidak mencoba untuk meminta alamat atau nomor teleponmu saat itu. Yang jelas, desiran hati itu kembali hadir, May.”
Saya terdiam mendengar ceritanya.
“Setelah dua tahun dari pertemuan terakhir, beberapa hari yang lalu, kita kembali bertemu. Dan hari ini adalah pertemuan kita yang keempat selama empat tahun. Bagiku itu sudah cukup, May.”
“Sudah cukup? Maksudmu?” tanya saya tak mengerti.
“Sudah cukup bagiku untuk menjadikanmu sebagai perempuan yang akan mengisi ruang di hatiku dan hari-hari di dalam hidupku,” jawabnya. Kalimat dan suaranya terdengar mantap.
“Tapi, Her….” kalimat saya terputus.
“Ya, aku mengerti. Belum tentu dirimu merasakan sesuatu yang sama dengan apa yang kurasakan. Belum tentu juga kamu memiliki keinginan yang sama denganku. Kau tak perlu menjawab dengan tergesa-gesa. Aku akan menunggu jawabanmu bersamaan dengan kedatanganku dan keluargaku ke rumah ini. Bulan depan. Ok?”
Selepas berkata-kata, lelaki itu membuka pintu mobilnya. Dia masuk dan menyalankan mesinnya. Perlahan mobil itu melaju. Di belakang kemudi, dia melambaikan tangan kanannya kepada saya yang berdiri kebingungan untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi di hari ini.
Tulisan Terkait Lainnya :
Bca ini jd berasa muda lg 😁
Nostalgia, mbak 😀
Waaa
Smoga menang yaa
Ikutan aah :d *ngumpulin niat
Terima kasih, mbak
Teruuuus kita tunggu bulan depan nie….?
Ada tipo satu mas, ooh iya aku baca kalimat ini
” Oh, jadi bukan aku saja yang ingin datang ke sini lagi. Rupanya kamu juga ingin agar aku datang lagi, May?”
Kurang paham maksudnya hhahaha
Di bagian mana yg typo, mbak?
Di kalimat sblm itu kan si cowo bilang mau datang bateng keluarga, si cewe bilang knp nggak datang sendiri aja.
Nah, kalimat cewe itu bisa diartikan dia ingin cowo itu datang lagi… Tp bukan bareng keluarganya 😀
Ooooh aku ikut tebak tebak bebas jadinya hahhaha….
Ini yang tipo mas..
“Mungkin kamu benar, May. Kita memang belum tentu saling suka dan saling cinta, tetapi kita mungkin bisa saling suka dan Sali cinta, bukan?”
Padahal aku kalau tulis tipo kabeh hhaha..
Cepet bikin lanjutanya asal bikinya penasaran ya..
tadi sempet mikir juga di kalimat ituh :D. tapi 2 kali jebakannya keren lah. 😀
td nemu typo jg tapi lupa hihi..
Ibaratnya…. Senjata makan tuan kali yah? 😀
Hi tita salam kenal..
Iya aku mikir loe maksudnya apa sampai aku baca berkali-kali..
(sediki lebay)
😀
salam kenal mba riaa… iya, saya juga.
Nah ituu.. di kata ‘Sali’ juga kepikir apa itu sengaja :D.
hihi.. mungkin itu jebakan berdasar pengalaman #emaapbecanda 😀
Bisa bisa..
Maap mas numpang kenalan di sini 😜
Silahkan mbak 😀
Itu semacam autotext kali *ngeles*
Lho… Koq malah nuduh? 😀
Ide jebakan itu juga dapatnya pas lagi buat.
kan sesama lakilaki
*lalalala 😀
😀
Tapi perempuan suka kan dijebak gitu 😛
*titin ngakak beneran.
ya.. ya… iyaaa siy kayanya…
titin mah blm pernah dijebak dan terjebak siy *ngeles 😀
Nanti juga akan tiba masanya… Jebakan yang menyenangkan 😀
*ngakaklagiguweh 😀
Asal jangan lebar-lebar buka mulutnya yah. Nanti kemasukan lalat 😀
*tutupmulut
😀
Semoga bulan depan May sudah mempunyai jawaban yang mantap 🙂
Aamiin. Sepertinya seh begitu. Ini saya meneruskan kisah si pemilik cerita yang saya tebak adalah pengalaman pribadinya, pak 😀
bersambung… 😀
Nggak ada seh penjelasan bersambungnya 😀
Awww so sweet ….
Saya memang manis, mbak #eh
😀
Manisan Sabiq tapi kayaknya hehehehe….
😀
Ya sumbernya kan dari saya. Lebih manis karena ditambah dari umminya.
Wkekekek baiklaaah
😀
Bayar royaltiiiiiiiiii…. hehehe
Lho… Datang2 koq langsung minta royalti? 😀
Kesamaan nama tokoh dan peristiwa memang kesengajaan belaka.
Tergantung nama lengkapnya, dong.
kasiahn bgt kalau dijadiin jelangkung bg datang tp gk diantar
Soalnya saya sering lihat mbak… Cowok pacaran nggak berani datang ke rumah cewenya… Janjiannya di ujung gang 😀
kasihan gitu ya bg
iya mbak. khawatir salah pergaulan
so sweeetttt…
ini baru namanya laki
sukses ya bang, cakep bgd nih
Lelaki sejati nggak menggantung hati perempuan 😀
yes, mereka nikaaaah 😀
Sepertinya begitu 😀