“Mengapa kalian selalu menggangguku?” teriak Si Putih.
“Sebab tempatmu bukan di ini!” jawab Si Coklat.
“Betul! Lemari ini khusus untuk pakaian seperti kami, bukan untuk lembaran kain sepertimu!” timpal Si Biru.
“Tapi, bukankah Tuan yang membawaku ke sini adalah orang yang sama dengan yang membawa kalian juga?” Si Putih membela diri.
“Kupikir Tuan kita melakukan kesalahan,” kembali Si Coklat angkat bicara. “Andaikan Tuan kita ingin mengenakanmu, pastilah wujudmu sudah diubah menjadi kemeja atau celana seperti salah satu dari kami. ”
“Tapi aku yakin, Tuan kita tidak melakukan kesalahan atas diriku,” jawab Si Putih tertunduk lesu.
“Kita lihat saja nanti!” ucap Si Biru sinis.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka.
Dua orang perempuan melangkah masuk dan mendekati lemari pakaian. Salah satunya membuka pintu lemari dan mengambil Si Putih.
“Apa itu, Bu?” tanya salah seorang dari mereka.
“Ayahmu sudah memiliki persiapan atas apa yang terjadi saat ini. Ini adalah kain kafan untuknya.”
Baca Flash Fiction Lainnya :
Padahal kain putih itu justru yang akan jadi pakaian terakhir ya, Mas :hehe.
Iya. Betul, gar
kain kafan.. masya allah
iya, pak. cerita kain kafan 😀
Sudah kuduga!
Tapi keren nih imajinasinya. Sampai kain segala bisa ngobrol. Wkwkwk
Tapi jadi gak nyambung sama gambar yg di ujung. XD
ya kan semua benda/makhluk di bumi ini bicara (bertasbih) 😀
ya, ilustrasinya apa adanya aja 😛
Ah serem kain kafan, suka deg2an kalo liat kain kafan 🙂
iya. dan nanti itu yang akan menjadi pakaian terakhir 😦
Ah serem kain kafan, suka deg2an kalo liattt kain kafan 🙂
iya, mas.