Secangkir kopi hangat adalah teman setiaku setiap pagi. Aroma dan nikmatnya mampu membuka pintu-pintu ide yang terkunci di otakku.
Aku punya dan takaran dan cara tersendiri untuk menghadirkan secangkir kopi yang pas di lidahku. Aku selalu membuatnya sendiri dan tak pernah meminta office boy untuk membuatkannya untukku. Seperti pagi ini.
Setelah memasukkan bubuk kopi, gula, dan krimer ke dalam cangkir, aku melangkah ke dispenser di sudut ruangan. Kutekan tombol berwarna merah untuk menuangkan air panas ke cangkir kopiku.
Selanjutnya kudekatkan mulut cangkir ke hidungku. Namun tak ada aroma kopi yang tercium.
“Udin!” teriakku memanggil office boy yang lupa menyalakan dispenser.
Baca #FF100Kata Lainnya :
Euuh, Udin nih! hihihihi
kalau kejadian di kantor sini seringnya bukan gara2 office boy, teh…. tapi gara2 disepnsernya rusak 😀
Hihihihi. Nyeruput bubuk kopi dong Bang?
iya, mas 😀
lagi apes tuh si tokohnya
Udin minta dibuatkan kopi sekali-sekali tuh.
iya, kali mbak 😀
hehehe.. sial, kebuang dong yach?
kalau airnya dingin kan nggak bisa larut kopinya…. jadinya ya kebuang
Yah, jadi bubuk kopinya tersia-siakan ya, hahaha 😆 .
Iya karena sudah nggak bisa diseduh lagi
hahhahaa bener banget inihh! tapi kalau saya sih buat teh . hehe
saya juga lebih suka teh. dan sekarang malah jarang minum teh