Aku sudah hapal di luar kepala tentang apa yang akan kulakukan dan apa yang akan terjadi berikutnya.
Mula-mula aku tersadar di sebuah ruangan seperti perpustakaan sebuah sekolah. Segala apa yang ada di sekelilingku hancur berantakan. Mulai dari meja dan kursi yang patah, lemari-lemari yang hancur, hingga lembaran-lembaran kertas yang berserakan di atas lantai.
Aku bangkit, berdiri, kemudian berlari meninggalkan ruangan tersebut. Ketika menyusuri lorong kelas, kulihat seorang perempuan di sedang menelpon sambil berteriak ketakutan. Ketika melihatku, dia langsung menggambarkan ciri-ciri fisikku kepada seseorang yang dia ajak bicara. Belakangan kutahu bahwa perempuan tersebut sedang menghubungi polisi. Dia melaporkan bahwa aku adalah penyebab apa yang terjadi di tempat ini.
Setelah keluar dari gedung sekolah, aku segera memgambil sepedaku dan mengayuhnya dengan cepat agar segera bisa tiba di rumahku.
Ketika tiba di rumah dan menyalakan televisi, kudengar sebuah tayangan berita yang mengabarkan apa yang terjadi di sekolah tempat aku berada tadi. Berita tersebut juga menyebutkan ciri-ciri fisik orang yang diduga menjadi pelaku penyebab kekacauan di sekolah tersebut. Ciri-ciri yang sama persis dengan diriku.
Beberapa saat kemudian, beberapa polisi akan mendatangi rumahku. Mereka mengejarku. Tentu saja aku tak mau ditangkap mereka. Aku segera mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri.
Para polisi tersebut kemudian mengejarku. Hingga akhirnya, aku terpojok di sebuah hutan. Mereka memintaku menyerahkan diri sambil mengarahkan ujung senjata api masing-masing ke arahku.
Saat itu, aku tak mungkin lagi bisa meloloskan diri. Tenagaku sudah habis. Aku pun menyerah.
Di saat aku sudah menyerahkan diri dengan posisi meringkuk, tiba-tiba tubuhku mengeluarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan. Sesaat kemudian, aku kembali berada di dalam sebuah perpustakaan yang hancur berantakan.
Aku sudah menjalani semuanya ratusan kali, bukan bukan, ribuan kali. Aku seperti berada di neraka di mana orang-orang berdosa disiksa, mati, lalu dihidupkan kembali untuk disiksa lagi, mati lagi, hidup lagi. Hanya saja, saat ini aku tidak disiksa hingga mati. Aku hanya menjalani sesuatu yang menguras tenagaku secara berulang-ulang.
Mungkinkah yang kualami sekarang ini adalah sebuah pendahuluan dari siksaan yang kuterima nanti di neraka?
Tidak! Aku tidak mau seperti ini!
Aku memang orang jahat, tetapi aku tak ingin kehidupanku kelak seperti ini. Aku harus bertaubat atas segala kejahatan dan kesalahan yang pernah kulakukan.
Tapi masih bisakah aku bertaubat?
Saat ini, kejadian yang kualami sudah terulang sebanyak 5470 kali. Ya, aku menghitungnya. Sebab hanya hitunganku saja yang terus berbeda meski kejadian yang kualami selalu sama persis.
Aku tak lagi terjaga di dalam perpustakaan yang hancur, melainkan di sebuah kamar berdinding putih. Di hadapanku berdiri sesorang lelaki berpakaian serba putih. Dia diapit oleh dua orang berseragam polisi.
“Selamat datang di dunia nyata, Tuan Jasim! Saya Dokter Adnan,” ucap lelaki berpakaian serba putih yang ternyata adalah seorang dokter.
Aku masih belum bisa menyadari apa yang terjadi.
“Saya di mana?” kalimat itu yang pertama kali keluar dari mulutku.
“Anda berada di Penjara Karam Biru,” jawab Dokter Adnan. “Anda adalah tawanan di sini. Namun hari ini, hukuman selama lima belas tahun sudah Anda jalani. Sekarang Anda sudah bebas dan kembali menjadi orang merdeka!”
*****
Prompt #106 – Titanium
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Dibelenggu terlalu lama sehingga mengakibatkan sakit jiwa yah…
bisa jadi, mas. kalau menghadapi pekerjaan yang sama terus menerus tanpa henti aja bikin stress , apalagi dihukum sedemikian rupa
keren penjara dan hukumannya… great story Bang! 😀
terima kasih, mas. 😀
Maksudnya bijimana tuh?
Itu jenis hukuman baru… pikirannya aja yg dihukum menjalaninya fisiknya seh enggak ke mana-mana
Owalah
😀
Hukuman yg membuat jiwa kehilangan ‘jatidirinya’?
bisa jadi.
mungkin dia jadi bertaubat dari kesalahannya
Dihukum bahkan semenjak dalam pikiran.
pikirannya yang dihukum, pak 😀