Terkadang, ketika mengerjakan sesuatu yang bernilai besar, kita begitu bersemangat. Namun ketika mengerjakan sesuatu yang bernilai kecil, semangat itu berganti dengan malas-malasan. Padahal, yang kecil itu bisa jadi adalah sebuah pintu masuk dari sesuatu yang lebih besar. Sementara kita tidak mengetahui dan menyadarinya.
Jika ingatan saya tidak salah, semasa duduk di bangku sekolah dasar, aya pernah membaca cerita di bawah ini di salah satu buku pelajaran sekolah.
Seorang paman mengajak kemenakannya untuk jalan-jalan. Ada satu kebiasaan sang paman yang menarik perhatian keponakannya, yaitu selalu menyapa atau menegur orang lain yang berpapasan dengan mereka di jalan.
“Apakah paman mengenal orang-orang yang paman sapa?” tanya sang kemenakan.
“Tidak semuanya Paman kenal,” jawab sang paman.
“Jika Paman tidak kenal, mengapa paman menyapa mereka?”
“Barangkali apa yang Paman lakukan itu bisa meringankan perjalanan mereka.”
“Maksud, Paman?”
“Jika Paman tidak mengenal mereka, kemungkinan besar mereka juga tidak mengenal Paman. Karena tidak saling mengenal, mungkin orang yang paman sapa akan memikirkan siapa sebenarnya Paman ini. Karena terus bertanya-tanya, maka perjalanan orang tersebut akan tidak terasa, tahu-tahu sudah sampai di tujuan.”
Senyum dan sapa ketika berpapasan dengan orang lain adalah sebuah perkara yang kecil dan mudah. Namun tetap bernilai sebagai kebaikan. Karena kecil dan mudah, siapapun bisa melakukannya. Sayangnya, tidak banyak yang mau melakukannya. Termasuk saya sendiri. Padahal, senyum dan sapa bisa memberikan dampak yang besar. Salah satunya seperti yang saya dapatkan pada cerita di atas.
Minggu kemarin, saya mengikuti kajian di masjid kantor yang mengangkat tema “Jangan Menyepelekan Hal-hal yang kecil”. Salah satu yang dijadikan contoh adalah tersenyum ketika bertemu dengan orang lain (saudara seiman). Ustadz yang memberi materi menyampaikan sebuah hadits yang berbunyi :
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Hal yang kecil di mata manusia, bisa jadi memiliki nilai yang sangat besar dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana termaktub di akhir ayat ke-15 dari Surat An-Nur yang berbunyi :
“Dan kamu menganggapnya ringan saja, padahal dia pada posisi Allah adalah besar”.
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala merahasiakan ridha-Nya pada keta’atan pada-Nya.”
Kalimat bijak tersebut yang menjadi pembuka coretan ini mengingatkan bahwa kita tidak bisa mengetahui perbuatan baik mana yang kita lakukan yang mendapatkan ridha dari Allah. Bisa jadi kebaikan besar yang sudah kita lakukan. Namun bisa juga berasal dari kebaikan yang menurut kita nilainya kecil. Karena ketikdaktahuan itulah, sejatinya, kita tidak memilah-milih perbuatan baik. Besar atau kecil, selagi ada kesempatan dan mampu melakukannya, semoga kita bisa melakukannya. Sebab, bisa jadi, hal yang kita anggap kecil berdampak besar sebagaimana hadits berikut :
Dari Abu Dzar Radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sungguh aku melihat seseorang yang mendapat tempat yang sangat mulis di surga hanya lantaran dia pernah memotong dahan pohon di jalan yang mengganggu kaum muslimin”. (HR. Muslim)
Wallaahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah
nice post. Hal sepele, tapi bernilai ibadah di mataNya.
insya Allah dengan niat yang benar dan ikhlas 😀
Apalagi hal kecil yang dilakukan secara rutin ya,
Senyum itu adalah sadakah, udah tau, tp tetap aja suka manyun 😦
iya mbak. rutin lebih baik.
nah…. itu… saya juga 😦
kmaren nulis sebuah pengantar di sebuah majalahnya juga sempet bertemakan ini :D.
sharing happiness.
mbak kerjanya di majalah…. jadi dewan direksi yah?
bukan dewan redaksi ah, cuma redaksi ajah hihi..
majalahnya rumah zakat pak 😀
wah, saya pernah dapat tuh majalahnya. cuma nggak rutin.
eh… berubah jadi “pak” yah?
😀
:D. wah, ko gak rutin yak
nah, pas habis nulis itu tiba2 baca. lah jadi pak? wkwkwk.. gak bisa ajeglah kalo manggil pak jampang mah 😛 😀
mungkin saya bukan yang berhak menerima majalah secara rutin
😀
wow nice banget, hal baik kecil yg kita gak sadari bisa punya nilai tersendiri…
senyum ah… 🙂
Insya Allah begitu, mbak 😀
Yang besar-besar biasanya dimulai dari yang kecil. Kalau yang kecil saja sudah diremehkan, jangan harap akan ada hal besar yang bisa dimulai. Sepertinya sih begitu 😀
betul sekali, mas.
sepakat saya mah
Senyum dan sapa ketika berpapasan dengan orang lain adalah sebuah perkara yang kecil dan mudah. Namun tetap bernilai sebagai kebaikan.
batul bngt min, ini perkara yang jarang bngt orang lakuin apalagi di zaman modern ni
adab membaca al quran
mudah2an kita bisa yah melakukannya. aamiin
bener banget gan, kecil kalo konsisten hasilnya bisa besar 😀
yup. tepat. dari sedikit menjadi bukit
Rasanya mustahil mendapatkan hal yang besar tanpa menguasai terlebih dahulu hal yang kecil
betul 😀
Mampir balik ya kang, ke website sederhana saya di Endangermanto.com