[Prompt#113] Adin dan Sani

pelukan
Adin

Surga. Seharusnya aku bisa merasakan semua kenikmatannya. Sebab aku sudah berada di dalamnya. Selamanya. Namun kurasakan ada sesuatu yang hilang. Diriku terasa tak lengkap. Jiwaku seperti tak utuh.

“Adakah yang mengganggu anda, Tuan Adin?” tanya Malaikat penjaga. “Sebab kulihat wajah anda terlihat murung.”

“Sepertinya begitu,” jawabku dengan nada tanpa semangat.

“Apakah itu, Tuan?”

“Sani.”

“Sani?”

“Dia sahabatku. Kami selalu melakukan segalanya bersama-sama. Sekolah, bermain, shalat, serta mengaji. Tetapi aku tak melihat sosoknya di sini.”

“Apakah Tuan sudah mencarinya?” tanya makhluk yang tercipta dari cahaya itu.

“Sudah.”

“Jika dirinya tak ada di sini, berarti dia berada di neraka.”

Dadaku sesak. Jantungku seperti berhenti berdetak sesaat setelah mendengar jawaban malakat penjaga. Aku tak kuasa membayangkan sahabatku tersiksa di neraka.

“Apakah aku bisa menemuinya?” tanyaku.

Sani

Ketika aku berada di hotel prodeo, Adin sering menjengukku. Aku sempat berpikir, Adin adalah satu-satunya orang di dunia yang tidak memperlakukan diriku sebagai seorang penjahat. Hubungan kami tetap baik meski aku terperosok ke dalam dunia hitam dan statusku sudah berubah menjadi seorang narapidana.

Di setiap pertemuan itu, kami akan berbicara dan bercerita banyak hal. Salah satunya adalah kesenangan kami terhadap pelajaran mengarang semasa sekolah dasar. Karangan yang kami buat selalu berbeda dengan kebanyakan kawan kami yang lain. Jika karangan mereka hanya seputar liburan ke rumah nenek, maka cerita kami berupa liburan ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi semisal ke masa depan, dasar bumi, atau ke bulan.

Pertemuan rutin kami terhenti ketika Malaikat mengambil nyawaku saat aku masih dalam masa penebusan dosa-dosaku di hotel prodeo. Dan kini, aku harus menjalani masa penebusanku di dalam neraka.

Jika dahulu Adin bisa menjengukku, apakah dia bisa melakukan hal yang sama di sini?

“Sani!”

Tiba-tiba ada suara yang memanggil namaku. Kualihkan pandanganku ke arah sumber suara. Nampak sesosok makhluk bercahaya melangkah mendekatiku.

“Ikutlah denganku!” pintanya.

“Ke mana?” tanyaku tak mengerti.

“Ikut saja! Seseorang ingin bertemu denganmu.”

Siapa yang ingin bertemu dengan diriku?

Adin dan Sani

Pintu gerbang surga terbuka. Malaikat yang menjemput Sani mempersilakan dirinya masuk.

“Seseorang yang ingin bertemu dengan dirimu ada di dalam.”

Dengan wajah bingung dan belum mengerti apa yang terjadi, Sani melangkahkan kakinya memasuki surga. Sementara Malaikat penjemputnya mengikuti di belakang.

“Sani!”

“Adin!”

Kedua sahabat itu hampir tak meyakini bahwa pertemuan mereka kali ini adalah sebuah kenyataan. Keduanya berlari saling mendengkat. Berpelukan. Erat.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Adin.

“Tak baik,” jawab Sani lesu. “Aku tidak seberuntung dirimu.”

“Apakah keberadaanmu di sini, bersamaku, tidak baik?”

“Tempatku bukan di sini, Din. Tapi di neraka!” jawab Sani. “Mungkin tidak lama lagi setelah pertemuan ini, aku akan dikembalikan lagi ke sana.”

Adin tersenyum. Sani tak mengerti. Sementara Malaikat yang menemani mereka mendekati mereka. “Kalian berdua pernah bersama-sama, kan?” tanya Malaikat.

“Iya,” jawab Adin dan Sani nyaris bersamaan.

“Jika demikian, maka kebersamaan kalian dahulu bukanlah cerita atau dongeng semusim yang akan terlupakan ketika masa berganti. Begitu pula dengan kebersamaan kalian di sini. Bukan sesaat atau selama hitungan semusim saja. Kalian berdua kekal di sini.”

“Bagaimana bisa?” tanya Sani tak percaya.

“Bisa. Karena Adin memintamu menemaninya di sini!” jawab Malaikat.

*****

Prompt#113 Tiga Untuk Seratus Tiga Belas

Catatan Tambahan :

“Demi Allah Yang jiwaku ada di tanganNya. Tidak ada seorangpun diantara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mu’minin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mu’minin yang berada di dalam Neraka. Mereka berkata : “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”.

Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka : “Keluarkanlah oleh kalian (dari Neraka) orang-orang yang kalian tahu!”

Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi Neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mu’min ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh Neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya. Kemudian orang-orang Mu’min ini berkata: “Wahai Rabb kami, tidak ada lagi di Neraka seorangpun yang engkau perintahkan untuk mengeluarkannya”.

Allah berfirman : “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat satu dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)!”

Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang dari Neraka. Kemudian mereka berkata lagi : “Wahai Rabb kami, tidak ada lagi seorangpun yang kami sisakan dari orang yang Engkau perintahkan untuk kami mengeluarkannya”.

Allah berfirman : “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)”.

Merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Selanjutnya mereka berkata lagi : “Wahai Rabb kami, tidak ada seorangpun yang Engkau perintahkan, kami sisakan (tertinggal di Neraka)”.

Allah berfirman: “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji dzarrah, maka keluarkanlah (dari Neraka)”.

Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Kemudian mereka berkata : “Wahai Rabb kami, tidak lagi kami menyisakan di dalamnya seorangpun yang mempunyai kebaikan”.

Pada waktu itu Abu Sa’id al Khudri mengatakan: “Apabila kalian tidak mempercayai hadits ini, maka jika kalian suka, bacalah firman Allah (yang artinya): “Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi seseorang meskipun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar”. (an Nisaa’ : 40) … al Hadits”. [HR. Bukhari dan Muslim]

 


Baca Juga Prompt Lainnya :

2 respons untuk ‘[Prompt#113] Adin dan Sani

  1. Akhmad Muhaimin Azzet Mei 2, 2016 / 07:59

    Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim…
    Betapa Maha Pemurah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Betapa penting juga untuk beriman dan berbuat kebaikan.
    Betapa penting kita untuk berteman dengan orang-orang yang shalih.

    • jampang Mei 2, 2016 / 08:26

      iya, pak. kurang lebih inti pesan cerita di atas seperti itu

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s