“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan dan sifat pengecut. Dan aku berlindung kepada-Mu dari terjerat utang dan ketertindasan.”
– Hadits Riwayat Abu Dawud –
Sebuah Pengalaman
Ketika saya memiliki keinginan untuk membeli suatu barang karena memang diperlukan, tetapi saya tidak memiliki sedikitpun dana yang bisa digunakan, saya bisa langsung mengambil keputusan untuk tidak membeli barang terebut atau setidaknya menunda dahulu untuk membelinya. Namun jika saya memiliki kemampuan meskipun tidak penuh untuk membeli barang tersebut, maka akan muncul sebuah peluang untuk membelinya dengan bantuan orang atau pihak lain yaitu dengan berutang. Saya pernah melakukannya.
Sekitar tahun 2009, saya ingin memiliki sebuah rumah yang lebih besar dan lebih baik. Sebab anak pertama saya sudah tumbuh besar dan butuh termpat bermain yang lebih luas serta kamar tidur yang terpisah. Sebuah keputusan saya ambil. Rumah kecil yang sudah ada akan direnovasi. Meskipun dana yang saya miliki tidak ada, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman ke pihak lain dengan mengandalkan gaji bulanan untuk mencicil pelunasannya.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengajukan proposal pinjaman saya ajukan kepada koperasi kantor sebab syarat-syaratnya tak sulit. Cukup dengan rekomendasi dari atasan saja. Dan prosesnya tak bertele-tele.
Tak perlu menunggu lama, proposal saya diproses dan diterima beberapa waktu kemudian. Dana pinjaman langsung cair. Untuk cicilan pelunasan pinjaman tersebut, setiap bulannya, gaji saya langsung dipotong pihak koperasi sebelum masuk rekening saya. Persentasenya cicilan tersebut sekitar 30% dari gaji saya setiap bulannya selama tiga tahun. Persentase yang menurut para ahli ekonomi adalah jumlah maksimal agar kehidupan ekonomi rumah tangga tetap berjalan dengan baik.
Sayangnya, perhitungan mengenai jumlah dana untuk renovasi rumah di awal meleset. Di saat dana pinjaman sudah hampir seluruhnya digunakan, proses renovasi rumah masih jauh dari selesai.
Berhenti di tengah jalan? Mustahil. Sebab bangunan belum berbentuk rumah.
Akhirnya saya memutuskan untuk menambah sumber dana. Tentu saja dari utang lagi, tetapi bukan dari pihak yang sama. Saya mengajukan proposal pinjaman ke sebuah bank.
Tak lama berselang setelah mengajukan proposal, pihak bank meloloskan proposal yang saya ajukan dan segera mencairkan dana pinjaman sesuai dengan jumlah yang saya ajukan. Untuk pelunasannya, pihak bank akan mendebet saldo tabungan saya setiap bulannya.
Persentasenya cicilan pinjaman di bank sekitar 25% dari gaji saya setiap bulannya. Jika ditotal dengan cicilan utang di koperasi kantor, maka jumlah uang yang harus saya keluarkan setiap bulannya adalah 55% dari gaji saya.
Sayangnya, total dana pinjaman dari dua sumber tersebut ternyata belum mampu memenuhi biaya renovasi rumah. Lagi-lagi, untuk melanjutkan proses renovasi, saya kembali mengajukan pinjaman ke pihak lain.
Kali ketiga, saya mengajukan proposal pinjaman ke sebuah BPR dengan jaminan sepeda motor dengan jangka waktu pinjaman dua tahun atau kurang. Saya lupa persisnya.
Untuk melunasinya, setiap bulan saya harus menyisihkan sekitar 7% dari gaji bulanan. Sehingga total dalam sebulan saya harus menyisihkan sekitar 62% dari gaji bulanan saya untuk melunasi utang. Jumlah yang tak lagi sehat dari sisi ekonomi. Tetapi itu yang terjadi. Itu yang saya alami.
Sebuah perjuangan yang bisa dibilang berat untuk melunasi utang di tiga tempat tersebut. Orang barat bilang, no pain no gain, nggak sakit nggak ada hasil yang didapat. Tapi yang jelas, kondisi tersebut membuat saya tidak tenang. Apalagi menjelang tanggal-tanggal tua ketika jumlah uang di tangan menipis dan hari gajian masih cukup lama.
Saya seperti tidak bisa menikmati hidup. Ibaratnya hanya utang dan utang saja yang ada dipikiran. Padahal, utang itu bukanlah untuk dipikirkan tetapi untuk dilunasi. Kondisi ekonomi rumah tangga saya berada dalam kondisi tidak sehat selama kurang lebih tiga tahun. Itulah yang terjadi.
Setelah tiga tahun berlalu, tepatnya di bulan Oktober 2011, satu buah lubang utang bisa saya tutupi. Alhamdulillah. Saya bisa bernapas sedikit lebih lega. Setahun berikutnya, dua lubang lainnya bisa saya lunasi seratus persen. Pada akhirnya, saya bisa terbebas dari jeratan ketiga utang tersebut.
Bagaimana rasanya terbebas dari utang? Sungguh bahagia luar biasa!
Ibaratnya, saya seperti menjadi seseorang yang terlahir kembali. Saya seperti memiliki kehidupan yang baru. Menerima gaji setiap bulan dalam jumlah penuh tanpa ada potongan satu sen pun itu sangat menyenangkan dan membahagiakan. Tanpa utang, saya bisa melangkah dengan tegak dan tegap menatap hari-hari baru di kehidupan saya.
Sebuah pembelajaran
Episode utang yang saya lalui menjadi bekal bagi saya di masa-masa berikutnya. Salah satu pelajaran yang saya dapatkan dari episode tersebut adalah jangan terlalu memaksakan diri untuk berutang ketika ingin membeli sesuatu, apalagi jika nilainya sangat besar. Menahan diri untuk berutang serta menabung terlebih dahulu untuk membeli sesuatu akan lebih menenangkan hati, menentramkan pikiran, dan menyenangkan hidup.
Maka tak heran jika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wasallam mengajarkan sebuah doa seperti termaktub dalam hadits yang mengawali coretan ini. Rasulullah berlindung dari beberapa sifat atau kondisi yang kurang bagi kehidupan seseorang. Salah satunya adalah jeratan utang.
Tentu saja bukan semua jenis utang itu buruk. Sebab jika buruk, tentu Islam akan melarang sepenuhnya dengan mengharamkannya. Nyatanya tidak demikian. Berutang tetap diperbolehkan dengan memperhitungkan kemampuan yang dimiliki untuk segera melunasinya dan tidak terlalu memaksakan kemampuan sehingga tidak merugikan diri sendiri.
Dari pengalaman, saya mendapatkan beberapa pembelajaran tentang mengatur ekonomi keluarga agar tetap sehat. Yaitu menjauhi utang. Lantas bagaimana jika dalam suatu kondisi menjadikan berutang sebagai satu-satunya solusi?
Pertama, jika harus berutang maka berutanglah sesuai dengan kebutuhan. Jika kita memerlukan dana segar sebesar Rp 10.000.000, maka sejumlah itulah uang yang kita pinjam sebagai utang. Jangan lebih. Sebab jika lebih, tentua saja akan menjadikan beban tanggungan kita menjadi lebih besar dan lebih berat. Jangka waktu pelunasannya pun bisa jadi lebih lama.
Kedua, pastikan bahwa jumlah cicilan untuk melunasi utang setiap bulannya tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan. Sebab 30% adalah jumlah persentase utang maksimal dibandingkan jumlah penghasilan. Sebagai contoh, jika penghasilan bulanan sebesar Rp. 10.000.000, maka besarnya cicilan utang setiap bulannya jangan melebihi Rp. 3.000.000. Cicilan utang setiap bulan yang melebihi 30% dari penghasilan bulanan hanya akan menyusahkan diri sendiri. Saya pernah mengalaminya.
Ketiga, jangan berutang untuk kebutuhan atau barang konsumtif. Sebab kebutuhan atau barang konsumtif tidak akan memberikan tambahan pemasukan yang bisa membantu kita dalam proses pelunasan utang. Yang ada justru sebaliknya, menambah pengeluaran. Contohnya, jika sudah memiliki satu buah handphone yang masih bagus dan bisa digunakan, tak perlu kiranya menyicil handphone keluaran terbaru. Sebab jika membeli yang baru, maka akan ada pengeluaran baru, yaitu untuk pembelian pulsa. Utang akan memberikan manfaat jika digunakan untuk modal usaha atau barang produktif. Sebab keuntungan dari usaha atau barang produktif bisa meringankan kita dalam melunasi utang. Misalnya berutang untuk membeli sebuah ruko yang kemudian dijadikan sebagai tempat usaha. Atau memanfaatkan fasilitas kartu kredit untuk membeli aneka kebutuhan rumah tangga di sebuah pusat perbelanjaan yang menawarkan potongan harga jika pembelian menggunakan kartu kredit dengan tujuan untuk dijual kembali di warung kelontong yang dimiliki.
Keempat, jika sudah memiliki kemampuan untuk melunasi utang, maka lunasilah segera dan jangan menunda-nunda. Utang tidak akan berkurang apalagi lunas jika tidak langsung dibayar. Menundanya hanya akan menambahkan beban. Apalagi jika di dalam utang terselip perhitungan bunga. Maka bisa dipastikan, menunda pembayaran akan menambah beban bunga.
Lantas bagaimana caranya melunasi utang sesegera mungkin?
Pertama, jika kita memiliki utang dan di saat yang bersamaan kita juga memiliki simpanan berupa tabungan atau deposito, maka kuras tabungan dan cairkan deposito tersebut untuk melunasi utang. Cara ini memang terbilang ekstrim, tapi manjur. Biarlah tabungan dan deposito tekruras asal utang lunas. Jika tak ada lagi tagihan, maka saldo tabungan bisa kita isi kembali dan deposito yang baru bisa dibuka.
Kedua, jika kita memiliki barang-barang bekas namun masih berfungsi dengan baik, maka juallah. Hasil penujualan barang tersebut pasti sangat membantu dalam proses pelunasan utang.
Ketiga, mengurangi pengeluaran. Jika kita tak snaggup menambahkan pemasukan, maka cara lain yang bisa dilakukan adalah mengurangi pengeluaran. Pengeluaran yang berkurang akan memperbesar selisih antara penghasilan dan pengeluaran sehingga bisa digunakan untuk mengurangi saldo utang. Cara yang saya tempuh untuk mengurangi pengeluaran di antaranya adalah tidak menggunakan listrik untuk dispenser selama 24 jam penuh. Langkah ini bisa menghemat pembayaran listrik hampir seratusan ribu rupiah. Cara lainnya adalah berbelanja keperluan rumah tangga di saat ada diskon.
Semoga coretan ini bisa memberikan banyak manfaat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 8 Tahun Yang Menyenangkan (Giveaway)
Tulisan Terkait Lainnya :
Wah, besar banget kalau total yang harus dibayarkan adalah 62% dari pendapatan ya. Beruntung sekarang semuanya sudah terlewati!
iya, mas. terlalu besar. seputusan yang salah saat itu
betuuuul.. hidup dengan utang rasanya sungguh menyakitkan. tiap ada keinginan kudu ikat leher buat ngedapetinnya 😥
Ikat lehermati dong,mbak. Ikat pinggang kali 😀
Saya termasuk yang ga bisa tidur kalo memiliki utang,
lebih memilih ga punya, dari pada ngutang, kecuali rumah mungil sy, sempat jg, tp begitu ada rezki lebih memilih melunasinya jauh sebelum waktunya. Tapi lain lg menurut teman sy, hidup ga ngutang itu ga ada tantangannya, pikiran kreatifnya jd kurang moncer 😀
Nah ada juga yang berpendapat seperti teman uni itu. Di keluarga saya ada. Profesinya pengusah, jadi mungkin cara berpikirnya beda dengan yg bukan pengusaha
Teman di kantor juga kemarin pinjam ke bank buat bangun rumah. Eh ternyata uangnya nggak cukup. Akhirnya pinjam lagi ke koperasi.
Wah hampir sama seperti saya 😀
Kebutuhan memang gak bisa ditunda ya bang.. makasih masukannya.. mumpung blm punya tanggungan, kudu pinter2 nabung dari sekarang ni..bismillah
Soal kebutuhan, ada skala prioritas. Mana yg harus segera dan mana yang bisa ditunda. Jadi kita harus pintar mengatur biar nggak salah dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Ayo menabung 😀
Siaaapp.. inspiratif sekali bang.. setuju deh dengan skala prioritas..
Ayo ayoo.. 😀
😀
Betul Bang. Hutang ibarat menyiksa diri sendiri. Tidur tak tenang, hati tak tenteram. Siang terbawa resah, malam terbawa mimpi. Saya juga pernah. Jumlahnya juga tak sedikit. Ada unsur ribanya lagi. Masya Allah. Bener-bener kapok. Semoga ke depan tidak sampai terjerat hutang lagi. Aamiin.
aamiin.
ya kalaupun terpaksa, kita tahu kemampuan kita untuk bisa melunasinya. sebab kalau mau beli rumah agak susah untuk beli secara tunai
Kalau kata ustadz2 sih.. selama kita yakin pasti ada jalan, semuanya mungkin.. asal kita bisa meninggalkan yang haram dan percaya 100% dgn pertolongan Allah… karena rizki itu bs dateng dari jalan yg tak disangka… 🙂
betul. seperti saya punya rumah sekarang ini. rumah yang lama dijual, ditawarin rumah punya saudara. utang juga tapi bukan dengan bank. bebas riba. dan sampai kapanpun jumlahnya tetap. nggak berbeda meski pembayaran dicicil dalam bbrp kali pembayaran 😀
Kalo ngutang karena kebutuhan sih harusnya gpp ya mas, itupun itung2annya udah bikin pusing juga haha.
Yang gaswat kalo ngutang karena keinginan. Musti sering2 direm itu
utang untuk yang produktif mungkin masih bisa. sebab ada kemungkinan menghasilkan keuntungan yang bisa digunakan dan modal masih utuh. kalau untuk konsumtif…. itu yang super berbahaya
memang utang itu gak enak, tapi ada loh yang suka ngutang tapi susah bayarnya malah kalau ditagih marah. tapi kalau kita utang dan sadar diri bayar utangnya , itu lebih bagus ya
Nah yg pertama itu yg nggak banget. Sudah dibantu eh malah gigit. Iya mbak. Selama kita berusaha keras untuk melunasi hutang, Allah akan membantu dan memberikan pertolongan. Yang penting ada niat untuk melunasi dan ada kerja keras untuk membayarutang.
iya ya mas, kalo punya utang itu bawaannya resah melulu. Begitu udah lunas plooong rasanya 🙂
iya, mbak. mudah-mudahan yang masih punya utang diberikan kelapangan dan kemudahan untuk segera melunasinya. aamiin
Saya dan suami juga begitu dulu.. di awal2 pernikahan, sewaktu butuh modal untuk usaha, makluum suami gak kerja kantoran. Oalaah, minjem ke bank buat modal usaha akhirnya malah kesana kemari buat nutupin bayar, jadi gali lobang tutup lobang. Alhamdulillah siih udah lunas semua sekarang… plong rasanyaaa, gak dikejar2 hutang, hahahaaa.. 😄😄😄
Alhamdulillah. Yang penting ada niat dan usaha untuk lunasin hutang, insya Allah ada jalan.
Ada yg berpendapat.. kalo ga ngutang ga bisa punya apa2 yg menjadi kebutuhan, jadi ga terpacu untuk mengumpulkan uang. Tp kalo punya utang ga tenang.. pilih yang mana dong mas?
Saya pilih ketenangan aja. Itu lebih penting bagi saya. Punya mobil baret dikit, langsung kepikiran kreditan yg belum lunas… bukan bersyukur bahwa diri tidk terluka 😀
yaampun ini artikel udh lama yah? ahaha..
di keluarga ada yg suka sekali hutang untuk nabung. heu,
jadi kaya yang mending utang buat beli emas misalnya, trus nanti tiap bulan dipotong gaji
Ada yg bilang tabungan akan tergerus inflasi. Emas juga ketika mencapai nishab akan terkikis dengan zakat. Tapi ya masih mendinglah drpd dikejar2 utang yg malah bikin hidup nggak tenang.
Nice share.. semoga kita semua dimampukan Allah untuk segera terbebas dr hutang
Terima kasih. Aamiin.
Tulisan ini seakan mewakili isi hatiku yg juga pernah SANGAT LEGA saat akhirnya terbebas dr hutang. Sejak saat itu, kapok untuk ngutang lagi. Saat ini keluarga kami hanya memiliki 1 hutang yaitu KPR yg insyaalloh akan lunas, ehmmm…. Masih 7 tahun lagi, hehehe. Sudah separoh jalan dari 15 tahun.
Kalau KPR memang agak lama proses pelunasannya dg pertimbangan cicilan bulanannya tetap ringan sehingga nggak mengganggu arus pemasukan dan pengeluaran rumah tangga 😀
utang oh utang, emang hidup ini lbh enak klo tanpa utang. Tapi, kdng kita butuh utang. Yg dilakukan paling menimbang2 ttg kpn target pelunasan dan itung2 keuangan spy gk terlalu berlebihan/ konsumtif hehe
Dan ketika memutuskan untuk berutang, kita harus yakin bahwa kita punya kemampuan dan kemauan untuk melunasinya. Biar tidak terus2an menjadi beban kita, bahkan anak-anak kita krn kita nggak sanggup melunasinya
Ketika saya memiliki keinginan untuk membeli suatu barang karena memang diperlukan, tetapi saya tidak memiliki sedikitpun dana yang bisa digunakan, saya bisa langsung mengambil keputusan untuk tidak membeli barang terebut atau setidaknya menunda dahulu untuk membelinya.
—-
Itu yang orangtua dan kakak saya ajarkan. Inget banget waktu membeli sepeda motor. Mereka melarang keras jika harus kredit. Saya sabar kerja dua tahun. Akhirnya kebeli juga. Kesabaran slalu berbuah manis.
Mantap, jun. Emang yg nyusahin itu kalau di tengah2. Punya kemampuan tp cuma separuh, godaan buat ngutang semakin besar.
Setuju dengan tipsnya! Alhamdulillah dulu cicilan rumah saya hanya sekitar 8-10 persen dari gaji, dan ketika sudah berjalan 6 tahun dari 8 tahun sudah saya lunasi.
Sekarang mau renov rumah dan sedang mengajukan KPR. Mungkin anggaran saya hanya 70-80 persen yang saya ajukan dan sisa dana saya tabung untuk perkiraan.
Thx Mas.
Alhamdulillah bisa lunas lebih cepat yah, mas.
Lebih sedikit berhutang akan lebih baik, pastinya
mau banget hidup tanpa utang 😦 sekarang ini sih gaji dipakai untuk bayar cicilan rumah, nggak pernah menyangka kalau bunga bakal melonjak jadi cicilannya pun naik besar-besaran
😦 otomatis jadi pening saya hiks, suatu pembelajaran banget untuk mengambil satu keputusan.
Seneng baca salah satu utang mas bisa lunas, semoga saya juga..
Dan setuju banget, jika memiliki dana segar nggak digunakan untuk barang konsumtif
Iya, mbak. Saya persentase bunga biasanya tetap cuma di awal2 tahun aja. Setelah itu bisa berubah-ubah dan naik. Mudah2an proses pelunasan rumah lancar ya, mbak
Nice artikel Mas J! Saya juga punya pengalaman yang mirip seperti itu 🙂
Bacanya jadi bikin senyum2 sendiri hehe
😀
yang penting sekarang sudah bisa senyum lah
Saya ga punya hutang sudah sejak lama, terakhir berhutang buat finishing renovasi rumah, pinjam ke adik…..blm selesai melunasi….sudah dikhlaskan……..😁
wah senangnya, teh.
nah… daripada jauh-jauh nyari sumber pinjaman…. lebih baik yang dekat, kan? sudah saling percaya. dan bisa dikhlaskan 😀
like this … (y)
tampaknya memang harus sering-sering membaca doa di atas itu …
iya kang. biar hidup lebih tenang. dan kalau punya utang bisa segera diberi jalan dan kemampuan untuk melunasinya
bener banget bang.. kalau sudah lebih dari 30% nyesek juga.. *lagi ngalamin soalnya.. hehe
semoga cepat lunas ya, din. aamiin
yang penting ngga upload foto liburan sedangkan utang sama sebelah belum dilunasi dan di tagih pun ngerasa ngga punya utang 😀
Semoga Alloh melunaskan hutang2 orang2 yang berhutang. Amin
nah itu…. masa liburan bisa tapi bayar/cicil utang nggak bisa? 😀
like this… jauhi hutang sebagaimana engkau menjauhi mantan… hehehehe
😀
emangnya mantan sering datang-datang yah seperti tagihan cicilan yang datang tiap bulan?
Baru lepas dari hutang jg nih,bang…ngerasa lega??pasti!!!….
*Sambil liatin buku tabungan..hihihi
**Yg bikin tambah merasa lega,lepas dari riba…alhamdulillah…ga lagi2 deh….
leganya luar biasa kan? 😀
alhamdulillah.
sekarang bisa isi buku tabungan lagi biar cepet banyak
nice share Qi…..moga kita terjauh dari lilitan utang, punya utang rasanya seperti “selilit di gigi” biar kecil tapi ngganjel terus dan ga nyaman hehehe
terima kasih, hen.
😀 perumpamaannya bisa aja
alhamdulilah aku dah g pernah riba. paling klo butuh uang pinjem temen dan segera dibayar
alhamdulillah. semoga hidup jadi tambah berkah ya, mbak. aamiin.
kalau dengan teman yang harus dipegang adalah kepercayaan ya, mbak
kalau punya hutang terus belum bisa ngembaliin, emang kefikiran terus dikepala ini 🙂
iya, mas. makanya kan ada kalimat sindiran… “utang itu jangan dipikirin! tapi lunasin!” 😀
utang kalau sesuai kemampuan ngelunasin masih wajar… misal buat KPR pertama.. tapi kalau utang buat renovasi itu sudah keinginan.. bukan masuk kebutuhan lagi…dalam berhutang itu yang terpenting adalah pengendalian diri … sip sip sip :jempol
jadi pastikan sebelum berutang bahwa diri punya kemampuan buat bayar yah 😀
Mengajukan pinjaman dlm waktu hampir bersamaan ke tiga instansi berbeda, emang bisa ya…?? Setau sya klo dri hasil BI checking si pemohon msh ada pinjaman, suka ditolak. Tpi gak tau juga sih…itu bru setau saya aja..hehe. Tpi yg pasti skrg udh lega bgt ya… 😀
mungkin kalau di kantor, nama peminjamnya bukan atas pribadi, tapi atas nama koperasi, mbak. makanya bisa.
iya. alhamdulillah
Sepakat sekali, Bang, bila punya tabungan, hendaknya tabungan itu untuk untuk menutup utang. Rasanya kok aneh, punya tabungan kok punya utang 🙂 Siiippp, Bang, semoga sukses.
iya, pak. kalaupun tabungan nggak banyak tapi bisalah mengurangi jumlah utang. terima kasih, pak
nice share.. kehidupan sekarang suka tergoda untuk utang seakan hal biasa, pdhl ngerih2 sedep ya
sama-sama. yang jelas setiap keputusan akan ada konsekuensinya
kalo dah terlanjur utang numpuk gimane tuh bang solusinye ?? ada amalan kali biar beres utang?
kata pak ustadz, amalin surat yasin 100 kali. kalau enggak mempan ya keluarin surat tanah, bro 😀
itu doa di atas bisa dibaca. mudah2an kalau sering dibaca bisa dapat petunjuk untuk kemudahan rezeki yang halal banyak lagi berkah sehingga bisa melunasi utang sampai lunas
yasaaallammmm… surat tanah.. hihiii… 😀
😀
just kidding yang bagian itu
wuih enak tenan kalo ngga punya utang…:D..tapi ada istilah juga nabungnya dengan ngutang 😀
wah membingungkan itu istilahnya, mbak 😀
menabung tapi dengan berhutang? 😀
Saya jg belajar buat nggak ngutang. Takut nanti keterusan klo udah nikah. Lelah hati mah ngurusin utang
Sikap yg patut ditiru. Jadi inget ceramah tadi siang. Pak ustadz mencontohkan ada suami yang merasa lelah karena dikejar2 sama penagih utang terus-terusan karena ulah istrinya yg hobi pinjam uang sana-sini.
Mudah2an keluarga kita dikindungi Allah adatu utang yang mencelakakan diri di dunia dan akhirat. Aamiin.
Saya suka banget tulisannya (y) …
smeoga saya juga terhindar dari ketertindasan aamiin..
jika berkenan blogwalking juga dimari.. trims
http://yulianasari-lifehistories.blogspot.co.id/2016/05/saya-ingin-menjadi-si-kecil-yang-besar.html
Terima kasih, mbak. Aamiin
Pelajaran penting jg nih dalam hidup sehari-hari
Semoga bermanfaat, uni
Bener banget mas, walau penghasilan besar tapi kalau hutang banyak ujung2nya susah
Saya perhatikan orang yang gajinya pas2an, dibawah 3juta per bulan tapi kelihatan santai banget karena ga punya hutang
Sedangkan yang satu lagi penghasilannya sampai 15jt perbulan tapi pas pertengahan bulan dia mulai bingung karena uang sudah menipis 🙂 ternyata setelah tanya2 akhirnya tahu, yang bikin dia pusing adalah karena banyaknya cicilan yg harus dia bayar setiap bulan, seperti cicilan mobil, kartu kredit dll 🙂
Nah, itu 😀
Seperti di awal tulisan, di saat nggak ada kemampuan, kita nggak akan maksain diri untuk beli ini itu. Tp di saat ada sedikit kemampuan, kita maksain diri untuk beli ini itu dengan tambahan kemampuan dari utang
Kecuali beberapa Hutang yang ditanggung oleh Allah SWT jika yang berhutang meninggal dunia ; Hutang untuk kepentingan agama, jihad dll, hutang untuk nafkah keluarga dsb
saya baru tahu kalau ada istilah utang yang ditanggung Allah yang dimaksud. sepengetahuan saya, jika utangnya terjada antar manusia, maka kewajiban melunasinya akan berpindah kepada ahli waris jika yg bersangkutan meninggal dunia
semoga saya terhindar dari hutang, jangan sampai ditindas orang gara-gara hutang. tulisan ini menjadi pelajaran hidup yang penting bagi saya
aamiin.
assalamualaikum…
niat menambah wawasan tentang hutang dan rasanya bebas dari hutang ternyata malah nyasar ke tulisan senior se instansi…hehehehe…salam dari 802 ya bang…
Hutang sangatlah berbahaya, tidur tak enak makan tak kenyang keluar rumahpun terasa malu..