[Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah

hati dan laba-laba
Lima tahun yang lalu, Andri datang ke dalam kehidupanku. Kepadaku dia berkata akan memberikan sebuah sayap untuk melengkapi sayap yang kumiliki. Katanya lagi, dengan kedua sayap itu, aku dan dia bisa terbang ke mana saja yang kami inginkan. Bahkan ke surga.

Gombal. Awalnya aku berpikir begitu. Namun seminggu kemudian, dia datang ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tuaku. Kepada keduanya, dengan penuh  rasa percaya diri, Andri meminta izin untuk mempersuntingku sebagai istrinya.

Lengkaplah sayap yang kumiliki. Sempurna. Indah.

Namun sayang, dua sayap utuh yang kumliki tidak bisa bertahan lama. Kini, sayap yang dahulu tumbuh bersama kehadiran Andri, patah. Andri merebutnya kembali dariku dengan paksa. Entah mengapa dia bisa berbuat seperti itu. Aku tak tahu pasti. Yang kutahu, diriku seperti bukan siapa-siapa lagi di matanya.

Dia pergi dan hanya meninggalkan selembar akta cerai.

Aku pernah mendengar sebuah ungkapan bahwa setiap orang diberikan dua tangan untuk memegang, dua kaki untuk berjalan, dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, tetapi hanya diberikan satu hati. Mengapa? Sebab hati yang lain diberikan kepada seseorang yang akan hadir untuk melengkapi hidup dan kehidupan.

Kurasa, ungkapan itu hanya berlaku bagiku selama lima tahun. Tidak lebih. Hatiku tak lagi sepasang. Bahkan sekeping yang tersisa pun tak lagi utuh. Ia terbelah. Berdarah. Sakit.

“Sabar ya, Kak!” ucap Alisa, adikku, mengiburku.

Setelah kepergian Andri, Alisa terus menemaniku, menghiburku, dan memompa semangat hidupku agar tak berlarut-larut dalam keterpurukan.

“Dia bukan lelaki yang baik untukmu, Kak!” hibur Alisa di lain waktu.

Setahun yang lalu, aku meminta Alisa untuk tinggal di rumahku. Selain untuk meringankan biaya hidupnya dengan tak perlu membayar uang sewa rumah, aku juga berharap dirinya dapat membantu menjalankan usaha yang kubangun bersama Andri. Dialah orang yang paling mengerti dengan apa yang terjadi antara diriku dan Andri sebelum kami berpisah.

Aku merasa beruntung dengan kehadirannya. Kebersamaan dan kehadirannya telah menyadarkanku agar tak lagi menyalahkan apa yang sudah terjadi. Takdirku sudah tak bisa diubah. Namun masa depanku, aku yang memiliki kendali untuk menjadikannya seperti apa.

Namun diriku tak pernah menyangka jika Alisa memiliki sifat yang tak jauh berbeda dengan Andri. Untuk membantu penyembuhan luka hatiku, dia hanya menyulamnya dengan jaring laba-laba. Siapa pun tahu bahwa jaring laba-laba itu sangat lemah. Maka ketika tak sengaja kudapati dirinya sedang asyik bercumbu di rumahku bersama Andri, jaring laba-laba yang lemah itu tak sanggup lagi menahan luka di hatiku yang belum sembuh sempurna.

Jantungku memompa darah akibat luka di hatiku naik hingga ke kepala. Mataku pun berubah menjadi merah dibuatnya. Tak hanya perih yang kurasa. Amarah pun ikut berkuasa di jiwa dan pikiranku.

Kini aku tak tahu kapan luka hatiku bisa sembuh. Tak ada lagi yang bisa menemani dan menghiburku, kecuali kebisuan dinding yang dingin dan jeruji besi yang mengurung ragaku.

*****
Prompt #115 – Sayap yang Patah

“Hindarilah berkhalwat (berduaan) dengan kaum wanita!” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan saudara ipar?” Rasulullah menjawab, “Berkhalwat dengan saudara ipar itu adalah maut!”
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).


Baca Juga Prompt Lainnya :

18 respons untuk ‘[Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah

  1. dianryan Mei 13, 2016 / 17:01

    Kurasa, ungkapan itu hanya berlaku bagiku selama lima tahun. Tidak lebih. Hatiku tak lagi sepang –> sepang itu apa mas??

    • jampang Mei 13, 2016 / 17:08

      typo, mbak 😦
      maksudnya sepasang

  2. Erin Mei 13, 2016 / 20:12

    Gak nyangka twistnya… bagus om.

    • jampang Mei 13, 2016 / 20:15

      Terima kasih, mbak 😀

  3. ndu.t.yke Mei 13, 2016 / 23:12

    Sdh kuduga endingnya begitu. Tp aku suka bgt dgn hadis penutupnya.

    • jampang Mei 14, 2016 / 08:15

      Wah… Koq bisa nebak yah? 😀

      • ndu.t.yke Mei 14, 2016 / 08:30

        Wes biasaaaa itu di sinetron, hehehe

      • jampang Mei 14, 2016 / 09:05

        Wah ternyata mbak suka nonton sinteron 😀

      • ndu.t.yke Mei 14, 2016 / 13:14

        Qiqiqi kadang aja klo org rumah nyetel, mau tak mau ya kedengeran.

      • jampang Mei 14, 2016 / 16:44

        Kalau saya biasanya lihat pas lagi pesen makanan di warung, sambil nungguin. Acara yg disetel ya sinetron 😀

      • ndu.t.yke Mei 14, 2016 / 17:55

        Atau India…. Hahaha

      • jampang Mei 14, 2016 / 18:19

        Uttaran… Selatan… 😀

  4. zilko Mei 14, 2016 / 04:09

    Huaaa, ini lanjutan dari posting sebelumnya kah?

    • jampang Mei 14, 2016 / 08:14

      Versi yg lebih panjang dengan sudut pandang yg berbeda. Yg sebelumnya kan dari sudut pandang si Andri, yg ini dr sudut pandang Anisa.

  5. Dyah Sujiati Mei 14, 2016 / 19:36

    Seram! Deg-degan bacanya yg bagian terakhir

    • jampang Mei 14, 2016 / 21:27

      Kan cluenya udah ada sebelumnya. Baca yg versi 100 kata, kan?

      • jampang Mei 15, 2016 / 05:06

        Gpp. Yang lalu biarkanlah berlalu.

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s