Lima tahun yang lalu, Andri datang ke dalam kehidupanku. Kepadaku dia berkata akan memberikan sebuah sayap untuk melengkapi sayap yang kumiliki. Katanya lagi, dengan kedua sayap itu, aku dan dia bisa terbang ke mana saja yang kami inginkan. Bahkan ke surga.
Gombal. Awalnya aku berpikir begitu. Namun seminggu kemudian, dia datang ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tuaku. Kepada keduanya, dengan penuh rasa percaya diri, Andri meminta izin untuk mempersuntingku sebagai istrinya.
Lengkaplah sayap yang kumiliki. Sempurna. Indah.
Namun sayang, dua sayap utuh yang kumliki tidak bisa bertahan lama. Kini, sayap yang dahulu tumbuh bersama kehadiran Andri, patah. Andri merebutnya kembali dariku dengan paksa. Entah mengapa dia bisa berbuat seperti itu. Aku tak tahu pasti. Yang kutahu, diriku seperti bukan siapa-siapa lagi di matanya.
Dia pergi dan hanya meninggalkan selembar akta cerai.
Aku pernah mendengar sebuah ungkapan bahwa setiap orang diberikan dua tangan untuk memegang, dua kaki untuk berjalan, dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, tetapi hanya diberikan satu hati. Mengapa? Sebab hati yang lain diberikan kepada seseorang yang akan hadir untuk melengkapi hidup dan kehidupan.
Kurasa, ungkapan itu hanya berlaku bagiku selama lima tahun. Tidak lebih. Hatiku tak lagi sepasang. Bahkan sekeping yang tersisa pun tak lagi utuh. Ia terbelah. Berdarah. Sakit.
“Sabar ya, Kak!” ucap Alisa, adikku, mengiburku.
Setelah kepergian Andri, Alisa terus menemaniku, menghiburku, dan memompa semangat hidupku agar tak berlarut-larut dalam keterpurukan.
“Dia bukan lelaki yang baik untukmu, Kak!” hibur Alisa di lain waktu.
Setahun yang lalu, aku meminta Alisa untuk tinggal di rumahku. Selain untuk meringankan biaya hidupnya dengan tak perlu membayar uang sewa rumah, aku juga berharap dirinya dapat membantu menjalankan usaha yang kubangun bersama Andri. Dialah orang yang paling mengerti dengan apa yang terjadi antara diriku dan Andri sebelum kami berpisah.
Aku merasa beruntung dengan kehadirannya. Kebersamaan dan kehadirannya telah menyadarkanku agar tak lagi menyalahkan apa yang sudah terjadi. Takdirku sudah tak bisa diubah. Namun masa depanku, aku yang memiliki kendali untuk menjadikannya seperti apa.
Namun diriku tak pernah menyangka jika Alisa memiliki sifat yang tak jauh berbeda dengan Andri. Untuk membantu penyembuhan luka hatiku, dia hanya menyulamnya dengan jaring laba-laba. Siapa pun tahu bahwa jaring laba-laba itu sangat lemah. Maka ketika tak sengaja kudapati dirinya sedang asyik bercumbu di rumahku bersama Andri, jaring laba-laba yang lemah itu tak sanggup lagi menahan luka di hatiku yang belum sembuh sempurna.
Jantungku memompa darah akibat luka di hatiku naik hingga ke kepala. Mataku pun berubah menjadi merah dibuatnya. Tak hanya perih yang kurasa. Amarah pun ikut berkuasa di jiwa dan pikiranku.
Kini aku tak tahu kapan luka hatiku bisa sembuh. Tak ada lagi yang bisa menemani dan menghiburku, kecuali kebisuan dinding yang dingin dan jeruji besi yang mengurung ragaku.
*****
Prompt #115 – Sayap yang Patah
“Hindarilah berkhalwat (berduaan) dengan kaum wanita!” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan saudara ipar?” Rasulullah menjawab, “Berkhalwat dengan saudara ipar itu adalah maut!”
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Kurasa, ungkapan itu hanya berlaku bagiku selama lima tahun. Tidak lebih. Hatiku tak lagi sepang –> sepang itu apa mas??
typo, mbak 😦
maksudnya sepasang
Gak nyangka twistnya… bagus om.
Terima kasih, mbak 😀
Sdh kuduga endingnya begitu. Tp aku suka bgt dgn hadis penutupnya.
Wah… Koq bisa nebak yah? 😀
Wes biasaaaa itu di sinetron, hehehe
Wah ternyata mbak suka nonton sinteron 😀
Qiqiqi kadang aja klo org rumah nyetel, mau tak mau ya kedengeran.
Kalau saya biasanya lihat pas lagi pesen makanan di warung, sambil nungguin. Acara yg disetel ya sinetron 😀
Atau India…. Hahaha
Uttaran… Selatan… 😀
Huaaa, ini lanjutan dari posting sebelumnya kah?
Versi yg lebih panjang dengan sudut pandang yg berbeda. Yg sebelumnya kan dari sudut pandang si Andri, yg ini dr sudut pandang Anisa.
Seram! Deg-degan bacanya yg bagian terakhir
Kan cluenya udah ada sebelumnya. Baca yg versi 100 kata, kan?
Nggaak inget..
Gpp. Yang lalu biarkanlah berlalu.