Ketakutan di Masa Lalu

image

Takut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online memiliki beberapa arti. Dua di antaranya adalah merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana dan  tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dsb).

Di masa lalu, saya pernah merasakat takut yang luar biasa terhadap sesuatu. Ketakutan tersebut biasanya akan datang di masa-masa liburan panjang ketika saya duduk di bangku sekolah dasar.

Liburan sekolah yang cukup lama selepas pembagian buku raport kenaikan kelas harusnya menjadi masa-masa yang menyenangkan bagi anak-anak yang bersekolah. Bagaimana tidak, selama kurang lebih sebulan, tak perlu sekolah, tak ada PR, dan bisa main sepanjang hari.

Namun masa-masa menyenangkan tersebut kurang berpihak kepada saya. Bagi saya, masa-masa itu adalah masa yang menakutkan. Pasalnya,  masa-masa liburan panjang tersebut biasanya dimanfaatkan oleh teman-teman sebaya saya untuk dikhitan atau disunat. Sementara saya belum disunat, belum berani, masih takut. Sebab dalam bayangan saya, khitan atau sunat itu sakit sekali.

Jika liburan datang, maka saya mulai mendapatkan pertanyaan , “mau disunat nggak?” dari orang-orang di sekitar saya. Sebab teman-teman sebaya saya sudah banyak yang disunat. Saya tak  menjawab mau atau tidak. Saya hanya diam karena ketakutan.  Bahkan terkadang saya menangis di kamar ketika mendapatkan pertanyaan tersebut. Untuk selanjutnya, selama beberapa hari saya tak bersemangat untuk melakukan apa-apa, termasuk bermain. Saya hanya tidur dan tiduran saja di dalam kamar.

Ketakutan tersebut saya alami hingga masa liburan kenaikan kelas lima. Entah dari mana datangnya, sebuah  keberanian untuk dikhitan akhirnya menghampiri saya. Mungkin terdorong juga dengan rasa malau karena hampir semua teman sepermainan saya sudah dikhitan.

Akhirnya, saya dikhitan meski agar terlambat dibandingkan dengan teman-teman sepermainan. Sakitnya dikhitan yang saya takutkan ternyata tidak  terasa.  Hanya terasa ketika “disuntik kebal”. Sebuah istilah untuk suntikan bius lokal. Rasa sakit yang jauh lebih sakit justru ketika waktunya perban dibuka. Sakitnya luar biasa. Dan saya menangis selama proses perban dibuka.

Bagaimana cerita tentang ketakutanmu?


Tulisan Terkait Lainnya :

28 respons untuk β€˜Ketakutan di Masa Lalu’

  1. wisnuwidiarta Mei 15, 2016 / 11:25

    Saya dikhitan ketika liburan sekolah kelas 6 ke SMP. Hehehe.. Dulu sih gak takut, cuma emang panjang ceritanya.

    Nah takutnya pas di meja operasi. Disuntiknya itu amazing banget hahaha..

    • jampang Mei 15, 2016 / 11:47

      Nah…. Bener, kan…. Disuntiknya itu yg berasa… Setelah itu nggak berasa apa-apa πŸ˜€

    • jampang Mei 15, 2016 / 14:37

      Ini coretan yg awalnya komentar di GA, mbak. Saya tambahin. Karena cukup panjang dan blm ada ceritanya, jd saya masukin di blog aja.

  2. ndu.t.yke Mei 15, 2016 / 13:27

    Waduh gmn nih klo aku ntar mendampingi anakku khitan…. Smoga dia dan aku sama2 bisa berani.

    • jampang Mei 15, 2016 / 14:36

      Lho… Bukannya sudah dikhitan?

      • ndu.t.yke Mei 15, 2016 / 16:24

        Blom Pak. Awalnya ingin langsung abis dilahirkan (ya sebulan lah). Lalu rencana dipending dulu.

      • jampang Mei 15, 2016 / 20:03

        Ooo… Soalnya seperti pernah baca kalau dikhitan. Ternyata ditunda

  3. ayanapunya Mei 15, 2016 / 13:48

    Kalau saya gara-gara jatuh berkali-kali naik motor sekarang selalu mikir bakal jatuh kalau naik.motor

    • jampang Mei 15, 2016 / 14:35

      Bukannya jadi tahu apa saja bisa bikin jatuh, mbak? Jadinya makin mahir naik motornya

      • ayanapunya Mei 15, 2016 / 14:43

        Nggak. Saya jadi paranoid malah. Jalan licin sedikit mikir bakal tergelincir

      • jampang Mei 15, 2016 / 14:47

        Artinya ya jangan pilih jalan licin apalagi yang sedikit berlumpur πŸ˜€ langsung pilih jalur lain

  4. RahmanBatopie, M.gs Mei 15, 2016 / 17:07

    Khitanan yaa…
    Itu pengalaman yg tak trlupakan.. Ya iya lah… Kalo gak d sunat ya gak seperti skarang ini tmpilannya πŸ™‚

  5. Adi Setiadi Mei 16, 2016 / 05:27

    Ketakutan masa lalu menjadi keberanian di masa depan πŸ™‚

    • jampang Mei 16, 2016 / 07:56

      bisa…. bisa… πŸ˜€

  6. yanti Mei 16, 2016 / 09:50

    OOh takut dikhitan toh. Anak saya dulu minta dikhitan karena teman-temannya sudah dikhitan, malu katanya kalau belum. Banyak duit dan hadiah lagi, jadi dia gak takut. πŸ™‚

    • jampang Mei 16, 2016 / 11:25

      nah jadi berani karena ada yang mau dibeli πŸ˜€

  7. Akhmad Muhaimin Azzet Mei 16, 2016 / 11:40

    Betul sekali, ternyata sakitnya hanya sedikit saja saat disuntik “pati roso” (demikian kalo orang Jombang bilang), lalu sedikit sakit saat pertama pipis usai khitan, juga saat mbuka perban. Udah gitu aja. Nggak sesakit yg dibayangkan sebelumnya πŸ™‚

    • jampang Mei 16, 2016 / 13:39

      nah… betul, pak πŸ˜€

  8. eda Mei 16, 2016 / 15:05

    aku takut parah waktu mau lahirann… huhuuuu… rasanya waktu itu, siap gak siap mati 😦

    • jampang Mei 16, 2016 / 15:48

      hiks….
      jadi nggak mau ngelahirin lagi?

  9. faziazen Mei 27, 2016 / 22:34

    biasanya habis itu dikasih uang saku..hehehe..

    • jampang Mei 28, 2016 / 08:41

      Yup. Dari banyak orang πŸ˜€

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s