Bagi Budi tanggal tua adalah kondisi yang tidak menyenangkan, tidak menenangkan, dan membuat hati meringis. Pada kenyataannya, tak hanya Budi yang mengalami, tanggal tua juga dirasakan oleh sepasang pengantin baru yang masih merasakan masa-masa indah dan manis. Bisa jadi, tanggal tua bagi pengantin baru tidaklah sesuram yang dirasakan para jomblo sebab segalanya bisa dijadikan sesuatu yang romantis. Namun, makan sepiring berdua setiap hari untuk mengantisipasi dompet yang kian menipis adalah sebuah solusi yang ironis.
Sebulan setelah menikah, saya dan istri meminta izin kepada orang tua untuk pindah dan tinggal terpisah. Tujuannya, agar kemandirian kami akan terasah. Kami mengontrak di sebuah rumah. Tentu saja sebuah rumah yang sederhana, bukan yang mewah. Uang sewa kami bayar setahun penuh agar di akhir bulan pikiran kami tidak gundah. Kami tak ingin pemilik kontrakan datang menagih sambil marah-marah. Sumber dananya berasal dari pemberian dan hadiah sahabat dan kerabat yang hadir dalam resepsi selepas akad nikah.
Awal-awal tinggal di rumah kontrakkan, prinsip kemandirian belum bisa kami tegakkan secara sempurna. Kami masih memerlukan pasokan tenaga. Karenanya kami mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga. Tugas PRT membantu kami dalam hal mencuci, menyetrika, memasak, dan membersihkan rumah selama kami bekerja. Jika dihitung-hitung, semua pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dalam hitungan beberapa jam saja.
Beberapa bulan kemudian, kondisi keuangan kami mulai sedikit terganggu. Untuk mengurangi pengeluaran rumah tangga, kami putuskan untuk tidak lagi menggunakan jasa pembantu. Selain itu, kami ingin mencoba mewujudkan kemandirian yang menjadi tekad kami di waktu yang lalu.
Kondisi di awal bulan yang menyenangkan berubah menjadi menegangkan ketika tengah bulan mulai terlewati. Rekening tabungan yang semula terisi, berubah saldonya menjadi jumlah minimal yang tak bisa ditarik lagi. Dompet yang semula didiami oleh lembaran uang kertas yang wangi telah berganti penghuni. Menu makan sehari-hari pun berganti, bukan ayam goreng lagi.
Dengan perjuangan sekuat tenaga serta tetesan keringat, pada akhirnya, kami bisa bertahan hingga waktunya gajian. Bagaimana kami bisa bertahan di tanggal tua setiap bulan? Tiga benda berikutlah yang menjadi jawaban dan perantara pertolongan Tuhan.
1. Telur
Di tanggal tua, Telur menjadi menu favorit kami. Harganya yang cukup ramah di kantong dan kaya dan lengkap akan zat gizi. Mulai dari karbohidrat, protein, delapan macam asam amino, dan omega 3 yang sangat berguna bagi tubuh kami dalam aktifitas sehari-hari.
Untuk menghilangkan rasa bosan, pengolahan dan penyajiannya dibuat bervariasi. Kadang dibuat telur mata sapi. Sesekali didadar dengan dicampur irisan bawang dan cabai beberapa biji. Di lain waktu diorek-orek ketika dimasak di atas penggorengan hingga tak berbentuk utuh lagi. Yang jelas, selagi masih ditemani nasi hangat dan disantap ketika perut lapar, semuanya habis disantap hingga tak bersisa lagi.
2. Celengan
Kami memiliki sebuah celengan. Isinya bukanlah uang kertas tetapi hanya uang logam recehan. Kami mengisinya setiap kali mendapatkan uang kembalian ketika belanja di pasar swalayan. Tak disangka, di tanggal tua, uang receh tersebut memberikan secercah harapan bagi kami untuk bisa menyambung hidup di akhir bulan.
Ketika kebutuhan uang mendesak, kami ambil celengan yang disimpan di atas lemari. Dengan menggunakan sendok atau pisau, kami keluarkan uang logam yang ada di dalamnya berkali-kali. Hingga akhirnya, keping demi keping bisa kami keluarkan dan langsung disambut dengan senangnya hati. Kami pun bisa mengisi usus di dalam perut yang sudah menari-nari meminta diisi.
3. Sepeda Motor
Alhamdulillah kami memiliki kendaraan sendiri. Sebuah sepeda motor yang setia menemani perjalanan ke tempat kerja setiap hari. Bahan bakar yang masih ada di dalam tangki menjadi penyelamat kami untuk tetap bisa berangkat ke kantor dan terbebas dari potongan gaji. Pengeluaran untuk belh bensin pun jauh lebih irit jika dibandingkan dengan ongkos naik angkutan umum yang harus berganti hingga dua kali.
Berbekal pengalaman di masa lalu, rumah tangga saya mulai berbenah diri. Kesalahan yang sama tak ingin kami, khususnya saya, ulangi kembali. Beberapa cara kami ambil sebagai langkah antisipasi agar tanggal tua tak lagi menyengsarakan jiwa dan raga serta pikiran dan hati.
1. Jangan berutang
Salah satu penyebab mengapa rumah tangga saya tak bisa menikmati gaji yang utuh adalah karena utang. Tak tanggung-tanggung, kami memiliki utang di tiga buah lubang. Cicilan tiap bulannya membuat perekonomian rumah tangga saya tunggang langgang. Sebuah kondisi yang nyaris menyerupai besar pasak daripada tiang. Alhamdulillah, semua utang tersebut sudah tak ada lagi sekarang.
Kini, jika dalam kondisi terpaksa harus berutang, akan ada banyak hal yang akan kami pikir. Agar kami tak lagi tergelincir. Jika kebutuhan akan suatu barang bisa kami tunda, akan kami tunda dahulu sampai bonus kantor cair. Atau menunggu promo diskon besar-besaran hadir. Dengan demikian, barang bisa terbeli dan tanggal tua tetap bisa cengar-cengir.
2. Kurangi pengeluaran
Saya bukanlah orang yang punya banyak gagasan dan kemampuan untuk menambah penghasilan. Apalagi jika hasil tersebut belum tentu seratus persen akan berada di dalam genggaman. Karenanya, harus ada cara lain yang harus saya tempuh agar gaji bulanan tidak cepat habis dan sebisa mungkin masih ada sisa untuk dijadikan tabungan. Syukur-syukur bisa investasi dalam bentuk deposito atau bahkan punya sedikit saham di sebuah perusahaan. Cara yang saya tempuh itu tak lain dan tak bukan adalah mengurangi pengeluaran. Bagaimana saya mengurangi jumlah pengeluaran bulanan?
a) Mengurangi tagihan listrik
Beberapa bulan ini, saya memiliki kebiasaan baru, yaitu mematikan dispenser di malam hari. Sebelumya, dispenser selalu menyala 24 jam tanpa henti. Padahal, di malam hari hampir tidak ada yang membutuhkan air panas untuk membuat susu, teh, tau kopi. Saya juga mencabut colokan televisi sebelum terlelap di alam mimpi.
Hasilnya, tagihan listrik menurun cukup signifikan. Sekitar seratus ribuan. Lumayan, kan?
b) Makan di rumah dan bawa bekal ke kantor
Di pagi hari, saya punya cukup waktu untuk sarapan di rumah didampingi anak dan istri sebelum berangkat kerja. Istri saya juga memiliki cukup waktu untuk menyiapkan dua macam menu untuk disantap bersama. Ketika malam, kami pun makan malam dengan cara yang tak berbeda. Tak hanya itu, istri saya juga menyiapkan bekal makan siang di kantor untuk saya bawa.
Memasak menu di dapur pribadi untuk disantap keluarga dapat menghemat pengekuaran dibanding membeli makanan yang sudah jadi. Apalagi jika dibandingkan dengan harga di restoran cepat saji. Sedikit ataunya banyaknya bumbu dan rasa bisa bebas diatur sendiri. Demikian pula dengan jumlah porsi. Namun untuk memanjakan lidah agar tidak bosan, sesekali kami makan di luar sebagai variasi.
c) Belanja ketika ada promo atau diskon
Agar lebih irit, biasanya kami membeli barang keperluan rumah tangga yang lebih murah. Tentu saja dengan kwalitas yang tak kalah. Sedangkan untuk beberapa barang yang sudah cocok, pilihan kami tidak akan berubah. Kami juga memanfaatkan harga diskon atau promo hadiah. Lumayan, jika kami beruntung, kami bisa mendapatkan jumlah barang yang lebih banyak dengan potongan harga hingga belasan ribu rupiah.
3. Bersyukur
Rezeki tak hanya berhubungan dengan sesama manusia saja, melainkan juga dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Sang Pemberi Rezeki. Bersyukur atas apa yang sudah dimiliki merupakan sebuah cara yang paling hakiki. Kebahagiaan bukan terletak pada banyaknya harta di dalam genggaman, tetapi pada rasa syukur di dalam hati. Semakin besar rasa syukur, semakin besar kebahagiaan menghiasi kehidupan sehari-hari. Seseorang tidak mungkin bisa bersyukur terhadap sesuatu yang besar jika hal-hal yang kecil tak mampu disyukuri.
Di dalam Al-quran, Surat Ibrahim ayat 7, Allah telah berjanji. Jika seorang hamba bersyukur atas apa yang diberi, maka nikmat yang ada akan ditambahkan lagi dan lagi. Karenanya, apa pun yang terjadi di tanggal tua, rasa syukur harus tetap dimiliki. Agar hati tetap lapang, jiwa tetap tenang, hidup tidak tegang, dan rezeki yang tak disangka-sangka akan datang, selama apa yang termaktub di dalam Al-quran tersebut selalu diyakini.
Demikianlah cerita saya tentang tanggal tua beserta beberapa tips yang saya lakukan agar tetap ceria meski tanggal gajian masih cukup lama. Apakah sudah mirip dengan kiBagaimana dengan cerita anda?
Tulisan Terkait Lainnya :
Wah saya juga dapat email ttg ini, jadi pengin ikutan 🙂
ikutan aja, mas. mumpung masih ada waktu
saya sama suami juga lagi mikir mau ngontrak beberapa bulan lagi. tapi belum tahu gimana ngomongnya sama orang tua. dan selama setahun menikah saya rasanya masih susah banget ngatur keuangan rumah tangga 😦
yang jelas jangan gegabah, perlu dipikir masak-masak, perlu pertimbangan plus minusnya 😀
ya dari setahun itu pasti udah ada gambaran titik masalahnya di mana aja tinggail difokuskan penyelesaiannya satu per satu
sok teu banget yah 😀
Enak ya pengantin baru. DI tanggal tua ada yang nemenin susah. Sekali pun lagi susah-susahnya malah nggak kerasa lagi susah wkwkwkwk #IniAnakKosYangLagiNgiri
😀
yaaa….. gitu deh
keren keren 🙂
Terima kasih… Terima kasih 😀
Bila pas ga ada uang, kami biasanya lauk sambal saja, duhai betapa nikmatnya, apalagi tambah goreng tempe.
sayangnya saya kurang suka sambal, pak. kalau pedas saya sukanya saos. padahal mungkin sambal asli itu lebih segar yah 😀
aiiiiiihhh mupeeeeeng.. pengen bikin juugaaaa
silahkan dibuat, mungkin bisa jadi lebih hebat
hahahaha,, mau bangeeet.. tapiii…
*writterblock* #eaaa
halah…. akhir32 ini bukannya lagi aktif nulis?
sukses GAnya…. 🙂
terima kasih, mbak
Semoga tulisanya membuahkan hasil..jadi pengantin baru terus
aamiin. tapi yang nggak ngalamin tanggal tua, mas 😀
Kalau nda ngalami tanggal tua ntar nda ngalami tanggal muda hehe
😀
iya yah.
maksudnya tanggal tua yang bikin pusing…. pengennya tanggal muda maupu tua… tetap tenang dan nyaman
Amiin semoga diberikan kemudahan saat tanggal muda maupun tanggal tua. 🙂
aamiin 😀
telur di balado juga enak.. ^^
saya kurang suka telur balado
Bersyukur itu yg kadang kita lupa. Hehehe. Bdw aku juga menfavoritkan telur ditanggal tua. Sama mi sih. Heheh
iya mbak. bersyukur harusnya jangan dilupakan dalam berbagai sikon.
mi instan juga enak 😀
mantap sekali itu,, semoga menang kontesnya ya
terima kasih
Good luck bang. Semoga menang 😀
Aamiin. Terima kasih doanya, mbak
Setuju mas, apapun keadaannya harus disyukuri yaa 😊
Yup 😀