“Kok Arman tega melakukan hal itu, Mas?” tanya Rani seakan tak percaya dengan apa yang baru saja kuceritakan. Wajahnya memerah menahan emosi. Sungguh ini adalah kali pertama aku melihat Rani marah seperti ini.
Sejenak aku jadi berpikir, mungkin aku melakukan kesalahan dengan menceritakan apa yang dilakukan Arman terhadapku terkait pekerjaan di kantor.
Arman adalah rekan kerjaku di kantor. Pak Direktur menugaskan kami untuk mencari ide terbaik agar tender proyek yang diincar perusahaan berhasil dimenangkan. Aku bekerja keras untuk menemukan ide tersebut. Kuyakin Arman juga melakukan hal yang sama. Aku sudah mengenal Arman sejak lama. Dia tipe pekerja keras.
Namun di luar dugaan, ide yang berhasil kudapatkan dicuri olehnya dan kemudian diakui sebagai hasil karyanya di hadapan Pak Direktur secara diam-diam. Mungkin jika ada beberapa poin yang mirip dengan ideku, aku tidak merasa dirugikan, sebab tidak ada ide yang murni di bawah matahari, bukan? Namun aku menemukan seratus persen kemiripan ide yang disampaikan Arman pada rapat perusahaan tadi pagi dengan ide yang kumiliki.
Aku kecewa dengan sikap Arman. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Bagiku, kinerja perusahaan jauh lebih penting dari permasalahan pribadiku dengan Arman. Sedangkan Rani, dengan reaksinya barusan, sepertinya rasa kecewanya jauh lebih dahsyat daripada yang kurasakan.
*****
“Ran, aku pulang agak malam!”
“Kenapa, Mas?”
“Aku dan beberapa rekan kerja mau ke rumah sakit. Menjenguk Arman yang mengalami kecelakaan!”
*****
Selepas menjawab salam, Rani membukakan pintu rumah untukku. Sekilas kulihat kilauan cahaya di kedua pipinya.
“Mas, maafkan aku!” tiba-tiba Rani langsung memelukku sambil menangis tersedu-sedu.
“Lho ada apa ini?” tanyaku tak mengerti.
“Arman, Mas!”
“Mengapa Arman yang kecelakaan tetapi kamu yang menangis dan minta maaf?”
“Aku yang menyebabkan Arman kecelakaan!”
“Bagaimana mungkin?” semua yang Rani ucapkan semakin membuatku bingung.
“Beberapa hari ini aku mendoakannya mendapat kecelakaan karena telah berbuhat jahat kepadamu.”
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
serem juga yah,
Ho oH
waduh doanya diijabah…:(
iya, mbak. doa terus-terusan ya insya Allah dikabul. tapi karena doanya jelek, jadi nyesel sendiri
Kok komen sy ga masuk ya 😕
belum baca bismillah kali 😀
nggak ada di mana-mana, mbak. di spam juga nggak ada. emangya tadi komen apa?
Nggaak i nget..
waduh…
doa istri soleha, tp krn mencelakai orang lain, akhirnya tetap aja bukan kepuasan yg di dapat yaa.
betul, mbak
Mau sukses? mintalah doa perempuan.
Mau celaka? sakitilah hati perempuan *looh?
perempuan memang ajaib. makanya saya suka sama perempuan 😀
klo suka sama lelaki maaah.. ngggg.. anuuu 😀
😛
Mungkin itu memang hukuman dari sang pencipta untuk Arman, jadi jangan baper ya Rani…
iya. harus hati2 dengan doa yang diucapkan
memang lidah tak bertulang… dudud… #teringat lagu itu…
kalau bertulang…. susah, mbak 😀