“Masa lalu Anda bisa dikatakan cukup kelam,” sosok lelaki di hadapan Vito bersiap untuk mengajukan pertanyaan baru. “Apakah gerangan yang menjadi titik tolak perubahan pada diri Anda sehingga menjadi seperti saat ini?”
“Di masa kecil, saya memiliki seorang teman akrab. Ahmad namanya,” jawab Vito. Kami melakukan banyak hal dan kegiatan bersama-sama. Kami juga bersekolah di tempat yang sama. Bahkan kami sempat beberapa kali duduk dalam satu kelas ketika SD, SMP, dan SMA. Selepas SMA kami berpisah.”
Napas Vito terasa berat ketika akan melanjutkan ceritanya.
“Selepas SMA, kami memilih jalan hidup yang berbeda. Ahmad bisa berpegang teguh pada kemurnian hati nuraninya. Sementara saya…,” kalimat Vito terputus. Kedua matanya berkaca-kaca. “Saya terperosok ke dalam dunia hitam.”
“Apakah Anda pernah bertemu kembali dengan Ahmad, teman akrab Anda itu?” tanya lelaki di hadapan Vito.
“Ya. Pernah. Sekali.”
“Kapan itu terjadi? Bagaimana pertemuan itu terjadi?”
“Sekian tahun yang lalu. Tanpa sengaja kami berpapasan di jalan. Sambil berjalan beriringan, kami bicara banyak hal. Mulai dari kenangan di masa kecil kami hingga kehidupan seperti apa yang sedang kami jalani saat itu. Yang jelas, kehidupan saya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kehidupan Ahmad. Tetapi dia tak memberikan pendapat apa-apa tentang kehidupan kelam yang saya lakoni,” jawab Vito.
“Lalu sebuah kecelakaan terjadi,” sambung Vito.
“Kecelakaan?”
“Karena asyiknya kami bicara, kewaspadaan kami hilang. Dari arah berlawanan, sebuah kendaraan umum melaju kencang dan hilang kendali. Saat itu, saya merasakan kedua kaki saya seperti tertancap ke dalam tanah. Saya tak bisa menggerakkannya. Dengan sigap, Ahmad mendorong tubuh saya ke tepi jalan. Saya selamat. Tetapi Ahmad terluka parah. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Ahmad mengucapkan kalimat perpisahan yang kemudian mengubah pandangan hidup saya.”
“Kalimat apa yang diucapkan Ahmad?”
“Sampai jumpa di surga! Itu kalimat yang diucapkan Ahmad. Kalimat yang membuat saya bingung di tengah kepanikan.”
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun. Lantas apa yang Anda lakukan setelah pertemuan itu?”
“Selepas pertemuan tersebut, saya bertanya-tanya sendiri apakah saya yang berlumur dosa ini bisa masuk surga. Saya bukanlah Ahmad. Lalu saya mencari jawaban atas pertanyaan saya sendiri. Alhamdulillah. Saya menemukan jawaban yang saya cari. Saya menjadi seperti yang Anda lihat saat ini.”
“Subhanallah walhamdulillah!” ucap lelaki di hadapan Vito. “Seandainya, jika Anda bisa bertemu Ahmad saat ini, adakah yang ingin Anda sampaikan kepadanya?”
“Saya…,” kalimat Vito terputus. “Saya amat sangat berterima kasih kepada Ahmad. Dengan perantara dirinya, saya bisa keluar dari lembah hitam dan menjadi manusia yang jauh lebih baik. Meski mungkin saya tidak bisa menyamai kebaikan yang ada di dalam dirinya.”
“Jika demikian, silakan Anda mengucapkan langsung kepada teman akrab Anda, Ahmad, yang kini berdiri di belakang Anda!”
Air muka Vito mendadak berubah. Dia tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Dia bangkit berdiri dan membalikkan tubuhnya. Di hadapannya, berdiri sosok Ahmad dalam kondisi segar bugar dengan wajah lebih cerah dibandingkan pertemuan terakhir keduanya.
“Bukankah kamu sudah meninggal?” tanya Vito.
Ahmad tersenyum dan mengangguk sekali sebagai sebuah jawaban.
“Jadi… kita… sekarang…,” Vito berkata-kata tak jelas.
“Kita berada di surga, kawan!” ucap Ahmad.
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
sedih bacanya, terkadang kematian orang terdekat lah yang membuat kita sadar.
Sadar dan berubah menjadi pribadi yg lebih baik. Aamiin
Aamiinn
Aamiin yaa rabbal ‘alamiin
Kematian gerbang apakah kita ke surga atau bukan
Mudah2an ke surga, mas. Aamiin.
Amiin selamat berbuka puasa mas
Alhamdulillah. Sudah berbuka puasa 😀
Alhamdulillah:D bisaan eh buat ceritanya
😀
Sahabat…
Yup. Sahabat. Dunia akhirat.
beruntung punya sahabat seperti ahmad
Iya, mbak
Tertampar oleh kondisi menyakitkan (kematian teman) yang membuat diri menjadi lebih baik ya
Kira2 begitu ide ceritanya, mas
Sedih bacanya, tp happy ending
happy ending lebih enak ditulis dan dibaca…. barang kali 😀
Kalimat, yang meskipun sedikit, bila diucapkan oleh orang yang baik dan berpandangan baik kepada orang lain yang meski tampak orang lain tersebut belum baik, akan mempunyai pengaruh yang besar. Insya Allah…
insya Allah begitu, pak.
jangan tergesa-gesa untuk menilai seseorang ya, pak