Kedua telapak kakiku semakin berat kuayunkan. Pandangan mataku semakin kabur. Di ujung jalan lurus yang kulalui, belum juga nampak tanda-tanda sebuah desa yang menjadi tujuan perjalananku ini.
Kutertatih. Setelah di langkah ke sekian kali, aku tak sanggup lagi mengangkat telapak kakiku. Yang kurasa, bumi tempatku berpijak menyedot tubuhku yang tak lagi ditopang oleh kedua kaki yang kokoh.
Tubuhku jatuh ke tanah. Pandanganku gelap.
“Aku akan membawanya ke neraka!”
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Bahkan ketika kudengar suara tersebut, aku tak yakin jika diriku tersadar.
“Jangan!”
Dua suara. Terdengar sangat dekat. Keduanya saling berbicara satu sama lain. Perlahan, kucoba membuka kedua mataku untuk melihat siapa yang sedang berbicara juga untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada diriku.
Kulihat dua sosok bercahaya berdiri berhadapan. Dua malaikat. Sementara aku berada di antara keduanya. Keduanya sedang berselisih tentang siapa yang berhak membawa serta diriku.
“Manusia ini telah membunuh seratus orang. Tidak ada tempat yang layak baginya selain neraka. Aku akan membawanya ke sana!” ucap Malaikat yang berdiri di sisi kiriku.
“Aku yang lebih berhak membawanya,” balas Malaikat yang berdiri di sisi kananku.
“Apa kamu memiliki catatan tentang amal kebaikan orang ini selama hidupnya?” tanya Malaikat sebelah kiri.
Tidak ada. Pasti Malaikat sebelah kanan akan menjawab tidak ada kebaikan yang pernah kulakukan. Itu adalah jawaban yang tak mungkin bisa aku bantah.
“Tidak!”
Benar saja. Malaikat sebelah kanan memberikan jawaban sesuai dengan perkiraanku.
“Lantas mengapa kamu berkeinginan untuk membawanya bersamamu?” tanya Malaikat sebelah kiri lagi.
“Karena dia sudah bertaubat!” jawab Malaikat sebelah kanan.
Beberapa waktu yang lalu, aku memulai sebuah perjalanan untuk menemui seseorang. Besar harapanku orang tersebut akan mengajarkanku tentang bagaimana memohon ampun atas kesalahan yang pernah kulakukan. Sayangnya, jangankan bertemu dengan orang tersebut, sampai di desa di mana dia tinggal pun aku tak sempat. Ajalku datang lebih cepat.
“Tapi dia belum melakukan satu kebaikan pun!” balas Malaikat sebelah kiri.
Sepertinya, aku akan terus berada di sini, di tempat yang tak pasti, selama kedua Malaikat itu masih berselisih.
Tiba-tiba melintaslah seorang Malaikat lain. Malaikat tersebut berhenti dan bertanya tentang apa yang terjadi kepada dua Malaikat yang sedang memperebutkan diriku. Lalu disepakatilah oleh dua Malaikat yang berdiri di samping tubuhku untuk menjadikan Malaikat yang datang sebagai pengadil permasalahan yang keduanya hadapi.
“Ukurlah jarak di mana dia meninggal dengan tempat yang dia berangkat dan tempat yang dia tuju. Tempat dengan jarak yang paling dekat itulah yang menentukan posisi di mana dia seharusnya berada,” jawab Malaikat pengadil yang langsung disepakati oleh dua Malaikat lainnya.
Lalu kedua Malaikat yang memperebutkan diriku mulai mengukur.
Ketika keduanya kembali, keduanya membandingkan hasil pengukuran yang sudah dilakukan.
“Dia berada satu jengkal lebih dekat ke kampung tujuan. Artinya, aku yang berhak membawanya ke surga,” ucap Malaikat di sebelah kananku sambil menggenggam ruhku terbang bersamanya.
*****
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.
Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”.
Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Suka banget sama pemilihan kata nya 👍👍.. nasihat untuk kita semua.
Terima kasih, mas
Maka bertaubat dan selalu mendekatkan diri pada Allah :). Ceritanya menyentuh, ada nasihat tanpa menggurui 🙂
kira2 begitulah maksud ceritanya, mbak
👍
thanks
Betapa Allah itu Maha Pengampun dan Penerima taubat ya, Bang. Semoga kita senantiasa mendekat.
Iya, pak.
Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin
Semoga yang menjemput ruh kita kelak adalah malaikat rahmat. Aamiin.
aamiin yaa rabbal ‘aalamiin