Suatu ketika, saya pernah membuat sebuah puisi dalam suasana emosi. Puisi yang saya beri judul “Siapa Seh Loe?” tersebut bertutur tentang tiga buah syarat atau kondisi yang mampu memberikan gambaran apakah seseorang sudah mengenal dengan baik teman atau sahabatnya. Ketiga syarat atau kondisi yang dimaksud adalah :
Pernah bermalam di rumah sahabatnya.
Pernah bertransaksi dengan sahabatnya.
Pernah melakuan perjalanan bersama sahabatnya.
Jika ketiga kondisi tersebut sudah dilakukan, maka kemungkinan besar, seseorang sudah mengenal dengan baik tentang siapa sosok teman atau sahabatnya itu.
Saya sendiri belum bisa memenuhi ketiga kondisi tersebut secara sempurna bersama teman atau sahabat saya. Jadi besar kemungkinan saya belum mengenal baik dengan orang-orang yang saya anggap teman atau sahabat. Namun demikian, ketika saya melakukan sebuah perjalanan tugas bersama beberapa orang rekan, saya mendapatkan satu-dua sikap atau sifat rekan saya tersebut. Khsususnya dalam hal shalat dan menonton televisi.
Alhamdulillah, rekan dalam tim perjalanan saya semuanya menjaga kewajiban shalat di mana pun bertugas. Hanya saja ada perbedaan di antara masing-masing individu. Khususnya untuk shalat maghrib, isya, dan shubuh.
Pertama, ada yang cukup mengerjakan shalat di kamar hotel saja. Sendirian.
Kedua, ada yang bersemangat untuk mengajak saya shalat berjama’ah di masjid terdekat di sekitar hotel. Teman saya tersebut akan bertanya kepada pegawai hotel atau melihat aplikasi tentang keberadaan masjid terdekat.
Selanjutnya, kelompok kedua ini juga terbagi dua. Kelompok pertama adalah teman yang tetap bersemangat untuk berangkat ke masjid meskipun pada kenyataannya masjid yang akan dituju cukup jauh. Dan terkadang, saya tidak sanggup mengikuti semangat teman saya tersebut.
Sedangkan kelompok kedua, adalah teman yang sama-sama “menyerah” ketika menemukan masjid yang jaraknya cukup jauh dari hotel dan kemudian mengajak shalat berjama’ah di kamar hotel saja.
Lain lagi dengan soal menonton televisi. Televisi yang menjadi fasilitas yang disediakan hotel biasanya merupakan televisi berlangganan. Nah, karena televisi di rumah saya bukan televisi berlangganan, maka yang saya tonton saat menginap di hotel adalah channel yang tidak saya dapatkan di rumah. Tapi tidak semua rekan yang satu tim saya melakukan hal yang sama.
Ada rekan yang menyaksikan tayangan yang saya pilih. Biasanya saya memilih tayangan film sebagai hiburan, namun sering memberikan komentar atas adegan-adegan film yang berlangsung. Jadi ibarat menonton pertandingan sepakbola dengan tambahan komentator.
Ada pula rekan yang selalu memilih channel dalam negeri ketika remote televisi berada di genggamannya. Yang bersangkutan tidak memindahkan channel jika sebelumnya saya yang memilih tayangan.
Dan ada pula rekan yang seolah-olah menguasai remote televisi. Yang bersangkutan memilih tayangan channel dalam negeri dan mengganti channel tanpa basa-basi ketika saya sedang menyaksikan tayangan film yang saya pilih.
Ternayta, memiliki teman dalam sebuah perjalanan agak membuka sedikit tabir tentang siapa dan bagaimana sosok teman kita tersebut.
Bukankah demikian?
Tulisan Terkait Lainnya :
Benar sekali bang, makin ketahuan lg tabiat seorang ketika bertransaksi hutang.
emang pernah “kena” ya mas Slamet, hehehe…
kalau itu kelihatan banget, mas. super jelas 😀
Iyaa, kan katanya kalau ingin benar-benar mengenal seseorang, ya travelling lah bersamanya, hehehe 🙂 .
iya…. salah satunya
Dalam berumah tanggpun kita tahu tabiat pasangan setelah nikah dan hidup bersama, 🙂
Teman saya dalam bekerja sekarangpun juga punya cara sendiri dalam melakukan ibadah sholat. Ada yang mengutamakan sholat berjamaah di masjid walaupun masjid jauh, ada juga yang sholat di kantor saja.
betul sekali, mas
kalau di kantor ada ruangan khusus untuk shalat dan dilakukan berjamaah, bagus juga, mas. kan lebih hemat waktu perjalanan. berjamaah dapat, kerja maksimal 😀
Tapi lebih baik tampil apa adanya ya daripada jaim taunya malah bikin sport jantung, karena jangan-jangan kita malah telah membuat mereka terkaget-kaget hahahaha
lagian kalau tidak menjadi diri sendiri pastinya akan cape banget, mbak
kita belum berteman ya bung, ‘sbab belum melakukan ketiganya 😛
berteman mungkin sudah. cuma belum mengenal 😀