“Bud, aku cabut dulu. Ada orderan di Jalan Belimbing!”
Wina langsung mengosongkan es teh manis di hadapannya dan begegas menuju sepeda motor yang diparkir di depan kantin. Sedetik kemudian, dia memacu sepda motornya dan menghilang dari pandanganku.
Cantik. Ulet. Pekerja keras. Itulah sekilas gambaran tentang sosok Wina. Kami cukup akrab. Perkenalan kami bermula ketika kami datang ke kantor KO-JEK untuk melamar pekerjaan di waktu yang sama. Selanjutnya, kami juga diterima sebagai driver KO-JEK di waktu yang sama. Sejak itulah kami bersama-sama mencari penghidupan sebagai seorang driver ojek online.
Kami sama-sama senang dengan pekerjaan kami. Sebab selain mendapatkan uang dari pekerjaan, kami juga bisa membantu para penumpang, baik mengantarkan mereka ke tempat tujuan maupun mengenatarkan barang yang mereka kirim ke alamat penerima.
Bahkan tak hanya dua jenis pelayanan tersebut yang kuberikan. Pernah suatu ketika aku menerima order untuk mengantar penumpang namun ketika tiba di lokasi, aku diminta untuk stut sepeda motor penumpang yang mogok.
Aku, Wina, dan driver lain meyakinin bahwa ada simbiosis mutualisme antara kami dengan para penumpang.
“Tut!”
Suara handphone di tangan mengejutkanku. Sebuah order masuk. Dari namanya, calon penumpang kali ini adalah seorang perempuan. Segera kuterima. Kukenakan jaket dan melangkah keluar kantin menuju sepeda motor dan memacunya ke alamat penumpang.
“Mbak Ayu?” tanyaku untuk memastikan bahwa perempuan yang berdiri di hadapanku adalah pemesan KO-JEK.
“Iya, Mas,” jawabnya singkat.
Segera kuberikan helm dan penutup kepala kepada Mbak Ayu yang langsung dikenakannya.
“Mas, nanti mampir dulu ya ke Jalan Belimbing!” pinta Mbak Ayu setelah duduk di belakangku.
“Iya, Mbak,” jawabku tanpa mempertanyakan permintaan Mbak Ayu sebab alamat yang disebutkan masih searah dengan alamat tujuan yang dipesan.
Tiba di Jalan Belimbing, Mbak Ayu langsung turun dan memencet bel sebuah rumah. Mbak Ayu melakukannya beberapa dengan penuh emosi. Mendadak, perasaanku menjadi tidak enak.
Tak lama kemudian, seorang lelaki keluar dan membuka pintu pagar.
“Ayu!” teriak lelaki itu.
“Kenapa? Kaget?” Mbak Ayu balik bertanya dengan nada ketus.
Belum sempat lelaki itu menjawab, Mbak Ayu kembali bicara. “Aku cuma mau ngasih tahu bahwa aku sudah bisa move on setelah hubungan kita putus. Ini pacar baruku!”
Tangan kanan Mbak Ayu tiba-tiba meraih lengan kiriku dan menarik tubuhku hingga menempel ke tubuhnya. Berada di dalam kondisi seperti ini, perasaanku semakin tak karuan.
“Halah, punya pacar tukang ojek aja dipamerin! Aku juga sudah punya pacar baru!” lelaki yang ternyata adalah mantan Mbak Ayu sepertinya tak terima dengan apa yang dilakukan Mbak Ayu. “Tunggu di sini!” ucapnya sambil masuk ke dalam rumah.
Tak lama kemudian, lelaki itu kembali keluar rumah bersama seorang perempuan. Dengan nada sombong, lelaki itu memperkenalkan perempuan di sampingnya kepada Mbak Ayu. “Ini pacar baruku!”
Mbak Ayu terkejut. Aku juga.
Wajah Mbak Ayu merengut. Aku tertawa sambil meneriakkan nama perempuan yang diperkenalkan oleh mantan Mbak Ayu.
“Wina!”
Baca Juga Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Hahaha, tukang ojeknya dimanfaatkan sama pelanggannya ya ceritanya. Untung aja ia belum pergi ketika pintu rumahnya dibuka setelah dibel oleh Mbak Ayu 😛 .
iya mas. mungkin karena tukang ojeknya ganteng 😀
Baguuus hahaha
terima kasih, mbak 😀
Haha
😀
Kocaak 😁
😀
Saling memanfaatkan tukang ojeg, 🙂
iya, mas 😀