“Bersihkan dirimu!” perintah penjaga seraya meninggalkanku di tepi sebuah telaga.
Di atas permukaan telaga, kulihat pantulan wajahku dan seluruh tubuhku yang menghitam.
Bagaimana mungkin tak menghitam jika tubuhku selalu terbakar api dan bara yang menyala tiada henti. Sebuah siksaan yang membuatku menginginkan sebuah kematian. Namun sayang, kematian itu tak kunjung datang.
Selesai membersihkan diri, kudekati sang penjaga yang berdiri di pintu gerbang.
“Mengapa aku dikeluarkan dari sana?” tanyaku.
“Karena kamu beruntung!” jawabnya.
Aku tak mengerti.
“Kamu beruntung karena pernah menikah,” sambungnya.
Aku masih bingung.
“Satu-satunya kebaikan yang kamu lakukan adalah dua kalimat syahadat yang kau ucapkan terbata-bata di hadapan penghulu!”
Tulisan Terkait Lainnya :
wah ternyata dua kalimat syahadat yg diucapakan saat nikah malah jadi penolong ya kak
iya, mbak. ceritanya begitu 😀
Kebaikan akan tetap dihitung meski sebesar biji Zarah. *tolong koreksi kalau salah.
Joss..
tanpa ekstra 😀
Kirain
kirain apa, mbak?
Perbanyak sholawat setelah amalan wajib tentunya.
😀