Satu menit? Dua menit? Tiga menit? Empat menit? Lima menit? Atau Anda tak pernah memperhatikan jumlah menit yang berlalu ketika berada Anda asyik berlama-lama di dalam bilik ATM, sementara di luar, beberapa orang sedang berdiri dalam barisan antrian menunggu giliran untuk menggunakan ATM?
—oOo—
Saya mungkin termasuk orang yang tidak suka berlama-lama berdiri dalam antrian menggunakan mesin ATM. Karenanya, saya memilih waktu sore saat pulang kerja atau malam hari untuk bertransaksi via ATM atau sekedar mengambil uang tunai. Namun siang itu saya ke ATM karena keperluan yang tidak biasa sehingga saya harus segera melakukan transaksi.
Begitu tiba di lokasi ATM, saya melihat sekitar lima atau enam orang sedang mengantri. Seandainya, saat itu saya akan menarik uang atau melakukan transaksi yang rutin saya lakukan seperti membayar rekening listrik atau telpon, saya mungkin akan memilih berbalik arah, kembali ke ruang kerja, dan bertransaksi lain waktu dibanding ikut masuk dalam antrian. Tapi saat itu saya akan melakukan transaksi yang sedikit berbeda dan tidak dapat ditunda. Akhirnya saya masuk dalam barisan. Paling belakang.
Tak lama kemudian, antrian bergerak maju selangkah. Seorang perempuan yang semula berdiri di depan pintu masuk ke dalam bilik ATM, menggantikan posisi orang yang sudah selesai melakukan transaksi. Sementara di belakang saya sudah bertambah lagi orang yang mengantri.
Waktu berlalu, perempuan di dalam bilik ATM belum juga menyelesaikan transaksinya. Saya keluarkan dompet dari saku celana untuk mengambil kartu ATM untuk kemudian saya masukkan ke dalam saku. Tak lupa saya mempersiapkan catatan nomor rekening yang menjadi tujuan pengiriman uang di handphone. Mungkin kedua cara tersebut bisa menghemat waktu ketika saya sudah berada di dalam bilik ATM. Saya bisa langsung melakukan transaksi. Jam di handphone menunjukkan pukul 13:52.
Saat menunggu, saya mendengar seorang ibu yang berdiri di barisan belakang antrian berbicara kepada orang di depannya atau di sebelahnya. “Dari saya duduk terus saya berdiri di sini, belum selesai juga.” Kira-kira itu kalimat yang bisa saya tangkap. Mungkin tidak sama persis. Tapi saya tahu apa yang dimaksud oleh ibu itu dalam kalimatnya.
Kembali saya melirik jam di handphone saya. Pukul 13:57. Sudah lima menit, bahkan lebih, perempuan di bilik ATM tersebut belum juga menyelesaikan transaksinya. Mungkin banyak sekali transaksi yang dilakukannya. Aura gelisah ditampakkan oleh beberapa wajah yang masih setia dalam barisan antrian.
—oOo—
Atas dasar kejadian seperti di atas, iseng-iseng saya melemparkan pertanyaan melalui status di facebook. “Berapa lama dan berapa banyak transaksi di ATM yang ideal jika di belakang Anda ada orang lain yang mengantri?”
Jawabannya cukup beragam. Mulai dari satu 1 menit, 3 menit, 4 menit, hingga 5 menit. Mulai dari 1 transaksi, 2 transaksi, 3 transaksi, hingga 4 transaksi. Bahkan ada yang menjawab sampai transaksi selesai tanpa memperhitungkan waktu dan jumlah transaksi.
Yang menjawab 1 hingga 5 menit beralasan merasa tidak enak hati dengan orang-orang yang sudah mengantri jika terlalu lama berada di dalam bilik ATM. Bahkan yang menjawab 1 menit hanya mengkhususkan untuk penarikan uang saja di ATM, sementara untuk proses transafer atau pembayaran, lebih memilih bertransaksi via internet banking. Sedangkan yang menjawab sampai seluruh transaksi selesai berapapun banyak dan lamanya tanpa memperhatikan banyaknya orang yang menunggu dalam antrian beralasan karena menunggu adalah sebuah resiko yang harus ditanggung sendiri karena datang ke ATM pada jam-jam ramai.
Sepertinya, jawaban-jawaban yang saya terima di dalam komentar status saya tersebut cukup mewakili prilaku orang-orang yang antri di ATM bersama saya saat itu.
Anda punya pendapat lain?
Tulisan Terkait Lainnya