[Cerita Anak] Masjid Wangi

Masjid Shalahuddin KPDJP
Masjid Shalahuddin KPDJP

Satu per satu, orang-orang yang berada di dalam masjid mulai kembali ke rumah masing-masing seusai melaksanakan shalat isya berjam’ah. Di antara mereka, terlihat seorang lelaki dewasa dan seorang anak lelaki berusia sekitar lima tahun. Keduanya berjalan bergandengan tangan. Setelah keluar dari area masjid, keduanya memasuki sebuah jalan kecil untuk kembali ke rumah. Purnama yang menggantung di langit menerangi tiap jengkal jalan yang dilewati Pak Ahmad dan Fauzan, anaknya.

Di tengah perjalan pulang, tiba-tiba Fauzan melepaskan tangan kanannya dari genggaman sang ayah sambil berkata, “Abi, aku nggak mau shalat di masjid lagi!”

“Lho kok gitu?” Pak Ahmad terkejut mendengar kalimat yang diucapkan Fauzan. Pak Ahmad memperlambat langkahnya. “Mengapa Fauzan tidak mau shalat di masjid lagi? Padahal Fauzan sudah tahu kalau shalat berjama’ah di masjid itu pahalanya lebih besar daripada shalat di rumah.”

“Soalnya nggak wangi, Bi!” jawab Fauzan.

“Apanya yang nggak wangi?” Pak Ahmad bertanya lagi.

“Itu, Bi. Karpetnya. Kalau masjid di kantor Abi, karpetnya wangi. Aku suka shalat di situ, Bi!”

Rupanya, Fauzan teringat dengan pengalamannya beberapa hari lalu ketika Pak Ahmad mengajaknya ke kantor. Selain diajak melihat-lihat suasana ruangan kantor dan bertemu dengan rekan-rekan kerja ayahnya, Fauzan juga sempat ikut shalat berjama’ah di masjid yang ada di kantor Pak Ahmad.

Bangunan masjid tersebut cukup besar. Ruangannya terasa sejuk karena memiliki beberapa alat penyejuk ruangan. Karpetnya tebal dan lembut ketika diinjak, serta wangi bila dicium ketika sujud. Fauzan senang sekali berlama-lama di dalam ruangan masjid.

“Kalau karpetnya wangi, Fauzan mau shalat di masjid?” Pak Ahmad kembali bertanya.

“Mau!” jawab Fauzan mantap.

*****

Adzan Ashar sudah berkumandang dari pengeras suara masjid yang letaknya tak jauh dari Rumah Pak Ahmad. Pak Ahmad sudah mengenakan pakaian yang rapi dan bersih, siap untuk berangkat ke masjid.

“Fauzan!” Pak Ahmad memanggil Fauzan yang masih berada di dalam kamarna. “Ayo ke masjid. Kita shalat berjama’ah!” Pak Ahmad mengajak Fauzan untuk shalat Ashar di masjid.

“Nggak mau, Bi!” teriak Fauzan dari dalam kamar.

“Karpetnya sudah wangi kok,” bujuk Pak Ahmad agar Fauzan mau ikut shalat berjama’ah di masjid.

“Kok bisa, Bi?” Tanya Fauzan sambil melangkah keluar kamar menemui ayahnya.

“Bisa dong. Kan pake ini!” Pak Ahmad memperlihatkan sebuah benda berbentuk botol kaca.

“Apa itu, Bi?” tanya Fauzan penasaran.

“Minyak wangi,” jawab Pak Ahmad sambil mendekatkan botol minyak wangi ke hidung Fauzan. “Coba cium!”

“Wangi, Bi!” jawab Fauzan. “Ini buat apa, Bi?”

“Nanti, sebelum Fauzan shalat, semprotkan minyak wangi ini di karpet tempat Fauzan shalat. Nanti ketika Fauzan sujud pasti karpetnya akan tercium wangi.”

“Begitu ya, Bi?”

“Iya. Coba yuk!”

Akhirnya Fauzan menerima ajakan ayahnya untuk ikut shalat berjam’ah di masjid.

*****

“Abi, tadi karpet tempat Abi sujud wangi, nggak?” Tanya Fauzan dalam perjalanan pulang ke rumah selepas melaksanakan Shalat Ashar.

“Nggak,” jawab Pak Ahmad.

“Kalau karpet tempat aku sujud wangi, Bi. Aku suka. Abi karpetnya mau wangi juga nggak?” Tanya Fauzan lagi.

“Tentu saja Abu mau. Tapi bagaimana caranya? Minyak wanginya kan cuma satu.”

“Nanti saat shalat Maghrib, aku semprotkan minyak wangi ini di karpet tempat Abi shalat. Pasti karpetnya jadi wangi. Iya kan?”

“Oh iya. Fauzan pintar!”

“Tapi, Bi….” kalimat Fauzan terputus. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya ragu.

“Tapi kenapa?” tanya Pak Ahmad.

“Nanti yang wangi cuma karpet tempat Abi dan Fauzan shalat saja. Karpet tempat orang lain shalat tetap nggak wangi.”

“Iya. Kalau Fauzan cuma meyemprotkan minyak wangi itu di karpet tempat Abi dan Fauzan shalat, ya hanya tenpat kita shalat saja yang wangi. Kecuali kalau minyak wanginya disemprotkan ke semua karpet masjid. Karpetnya bisa jadi wangi semua,” ucap Pak Ahmad.

“Waaaaahhhhh! Nanti minyak wanginya habis dong, Bi?” sepertinya Fauzan tak ingin minyak wanginya habis. Sebab kalau habis, karpet tempat shalatnya tidak wangi lagi.

“Kalau habis, nanti Abi belikan lagi minyak wanginya. Mau?” Pak Ahmad bertanya sambil menggandeng tangan Fauzan dan melangkah menuju rumah.

“Mau, Bi!” jawab Fauzan dengan penuh gembira. “Asyiiiiik!”

*****

Di ufuk barat, matahari sudah terbenam. Waktu Maghrib tiba. Sang muadzin telah mengumandangkan adzan untuk mengajak kaum muslimin agar segera datang ke masjid.

“Abiiii! Ayo ke masjid!” Fauzan memanggil Pak Ahmad untuk shalat maghrib di masjid. Fauzan sudah berdiri di depan rumah. Di tanganya sebotol minyak wangi yang siap disemprotkan ke seluruh karpet masjid agar wangi.

Tulisan ini diikutsertakan dalam #FirstGiveawayCeritaAnak


Tulisan Terkait Lainnya :