September 2016
Ini adalah kali keempat saya menjejakkan kaki di Borneo alias Pulau Kalimantan. Kali kedua di kota yang sama, Banjarmasin dan Balikpapan.
Kunjungan pertama saya di Pulau Kalimantan, tepatnya ke Banjarmasin, terjadi sekian tahun yang lalu. Saya sudah tak ingat persis tahunnya. Yang saya ingat, saat itu saya sempat menikmati Lontong Orari untuk mengisi perut di malam hari.
Kunjungan kedua saya ke Kalimantan terjadi pada tahun 2013. Saat itu saya mendapat tugas untuk melakukan migrasi data karena adanya pergantian hardware. Selama kurang lebih satu minggu, saya melakukan perjalanan ke tiga kota. Palangkaraya, Sampit, dan Pangkalan Bun. Beberapa catatan dan foto perjalanan tersebut bisa dibaca di sini dan di sini.
Kunjungan kali ke tiga saya di Pulau Kalimantan adalah ke Kota Balikpapan. Tak banyak catatan yang saya buat kecuali pengalaman di Bandara Sepinggan yang menjadi salah satu bandara terbaik di dunia.
Dari sekian kota yang saya sebutkan di atas, dua di antaranya saya kunjungi kembali di Bulan September lalu. Banjarmasin dan Balikpapan. Cerita yang lebih seru, saya alami di Banjarmasin.
Saya dan tim tiba di Banjarmasin Minggu malam. Dari bandara Syamsudin Noor, kami tidak langsung ke hotel, melainkan mengisi perut dengan Lontong Orari. Di tempat yang sama seperti pada kunjungan saya ke Banjarmasin pertama kali. Rasanya pun tetap sama. Tetap nikmat.
Setelah kenyang, kami menuju hotel untuk istirahat.
Keesokan paginya, saya dan tim mulai melakukan tugas seharian penuh. Alhamdulillah, tugas dapat kami selesaikan dengan baik dan lancar.
Selepas jam kerja, kami diajak oleh rekan-rekan di kantor Banjarmasin untuk mengunjungi Menara Pandang. Menara yang terletak di pinggir sungai dengan tinggi 21 meter ini menjadi ikon Kota Banjarmasin yang diresmikan tahun 2014 silam. Sayangnya kami tak sempat menginjakkan kaki di titik tertinggi menara ini.
Selanjutnya, kami diajak menikmati bagaimana rasanya berada di atas perahu atau kelotok. Atau namanya adalah perahu kelotok? Entahlah. Yang jelas suara yang dikeluarkan perahu ini cukup khas di telinga. Tiket perahu kelotok lima ribu rupiah per orang. Akan lebih menantang jika duduk di atas atap perahu dibandingkan di dalam perahu. Tapi harus hati-hati ketika perahu melintas di bawah jembatan yang kadang jaraknya sangat dekat dengan kepala.
Selama kurang lebih lima belas menit, kami berada di atas perahu kelotok sambil menikmati bakso tusuk. Bentuknya mirip dengan cilok, tetapi dengan rasa yang berbeda.
Selepas naik kelotok, sebelum kembali ke hotel, kami menyempatkan berfoto di depan patung Bekantan yang letaknya tak jauh dari Menara Pandang.
Keesokan paginya kami ditawari untuk kembali naik perahu kelotok sekaligus mengunjung Pasar Terapung dan Pulang Kembang sebelum bertolak ke Balikpapan. Sebuah tawaran yang tak boleh ditolak, meski kami harus memulai perjalanan sebelum shubuh dari hotel.
Sekitar pukul setengah lima waktu setempat, kami mulai perjalanan dari hotel. Tujuan pertama kami adalah melaksanakan shalat shubuh di Masjid Sultan Suriansyah. Masjid yang letaknya di pinggir sungai dan memiliki nama lain Masjid Kuin ini dibangung pada tahun 1526-1550 dan menjadi masjid tertua di Banjarmasin.
Selama di Banjarmasin, ada dua masjid yang saya kunjungi untuk shalat berjamaah. Selain Masjid Sultan Suriansyah, saya juga shalat di masjid yang lokasinya tak jauh dari hotel tempat saya menginap. Ada kesamaan ciri di dua masjid tersebut yang terdapat di dua shaf pertama di belakang imam. Pada tempat sujud di sepanjang dua shaf tersebut terdapat hamparan kain yang melapisi karpet di bawahnya. Sementara shaf-shaf selanjutnya tidak.
Selepas shalat shubuh, kami melangkah ke tepi sungai di depan masjid untuk menyewa perahu klotok yang sedang merapat. Setelah kesepakatan transaksi dicapai, kami langsung menuju Pasar Terapung. Seperti sebelumnya, saya duduk di atap perahu sambil menikmati pemandangan sepanjang pinggir sungai dan sapaan matahari yang mulai menampakkan diri.
Membeli jeruk, menikmati gorengan, serta secangkit teh manis hangat atau kopi, adalah yang kami lakukan saat berada di Pasar Terapung. Tak lupa kami membeli beberapa sisir pisang untuk Suasana pasar saat itu tidak terlalu ramai. Mungkin karena bukan akhir pekan atau memang kami tidak berada di pusat keramaian Pasar Terapung.
Selepas dari Pasar Terapung kami langsung balik arah menuju Pulau Kembang yang berada di tengah-tengah Sungai Barito. Pulau ini menjadi habitat monyet dan beberapa jenis burung. Namun kami tidak memasuki Pulau Kembang. Kami hanya agak menepi dengan jarak yang cukup untuk melempar pisang dan menghindari lompatan monyet-monyet ke atas perahu. Begitu pisang dilempar, para monyet penghuni pulau langsung keluar dan menangkap atau mengejar pisang yang kami lemparkan.
Setelah persediaan pisang habis, kami pun kembali ke lokasi awal kami naik perahu.
Sekitar pukul setengah delapan, kami sudah kembali ke hotel untuk sarapan dan bersiap-siap untuk berangkat ke Balikpapan.
Dari Banjarmasin ke Balikpapan, kami menggunakan pesawat dengan waktu tempuh kurang lebih empat puluh menit. Dari Bandara Sepinggan, kami langsung menuju hotel yang lokasinya dekat dengan pantai.
Aktifitas kami di Balikpapan tidak sebanyak ketika berada di Banjarmasin. Selain melaksanakan tugas melakukan bimbingan teknis aplikasi, aktifitas lainnya hanya di hotel dan tempat makan malam.
Sehari setelah melaksanakan tugas di Balikpapan, saya dan tim kembali bertolak ke Jakarta.
Tulisan Terkait Lainnya :