
Saya bukan ibu rumah tangga yang salah satu kegiatan rutinnya adalah belanja barang-barang kebutuhan sehari-hari. Tetapi saya pernah belanja meski hanya membeli sabun mandi, shampo, pasta dan sikat gigi. Saya tidak memperhatikan atau membandingkan apakah harga barang yang sama yang saya beli di waktu yang berbeda mengalami perubahan atau tidak. Saya hanya memilih barang tersebut, membawanya ke kasir, bayar, lalu bawa pulang.
Saya pernah mendapatkan katalog dari sebuah minimarket yang sering saya kunjungi untuk berbelanja, baik langsung diberikan oleh kasir ketika berbelanja ataupun disampaikan ke rumah. Saya hanya lihat sekilas dan tidak memiliki rencana apa pun tentang barang apa yang akan saya beli ketika saya nantinya mengunjungi mini market tersebut.
Berburu barang yang sedang diskon? Sepertinya saya tidak begitu terpengaruh dengan label harga yang diberi embel-embel diskon. Jika saya butuh saya beli. Jika tidak diperlukan, saya tinggalkan.
Sebenarnya saya pernah tergoda dan akhirnya kecewa karena membeli barang saat itu dibutuhkan dan kebetulan kebetulan sedang ada diskon. Dua kali.
Kali pertama adalah ketika saya bermaksud membeli sabun mandi cair refill. Ketika sampai di rak, saya mendapati beberapa warna kemasan sabun cair. Setahu saya memang ada beberapa varian untuk sabun mandi cair yang biasa saya pakai. Sementara saya memakainya secara acak. Akhirnya saya memilih yang warna kuning, alasannya saat itu ada promo, beli dua gratis satu.
Setelah saya menggunakan sabun mandi tersebut beberapa kali, saya merasakan sesuatu yang berbeda dengan sabun manid sebelumnya. Terasa lebih encer, kurang wangi, dan tidak dingin. Selesai mandi saya mengecek dua bungkus sabun yang tersisa. Saya pun membaca tulisan di kemasan tersebut. Ternyata saya membeli “hand soap” bukan “body wash”. Hiks!
Kali kedua adalah ketika saya membeli kurma di mini market yang sama ketika bulan Ramadhan. Harga kurma saat itu sekitar RP. 21.xxx. Karena ada promo beli dua gratis satu, saya beli dua bungkus dan membayar Rp. 42.xxx.
Selepas Ramadhan saya kembali membeli kurma lagi. Sudah tidak ada promo. Saya hanya membeli satu bungkus. Setelah membayar semua barang di kasir, saya keluar. Saat itulah saya sempatkan melihat struk belanja. Saya perhatikan nama barang dan harganya. Tiba di jenis barang kurma, saya cek harganya. Rp. 14.xxx. Jadi harga di bulan ramadhan sebelumnya bukanlah harga diskon sebenarnya. Sebab Rp. 42.xxx untuk dua bungkus kemarin sama dengan tiga bungkus saat saya membeli kurma kali kedua. Hiks!
Dua pengalaman saya di atas membuktikan bahwa saya tidak pandai berbelanja sehingga tidak bisa irit dan tidak bisa memberikan tips irit berbelanja untuk keperluan harian. Jadi saya bicara irit dalam hal yang lain saja.
Saya berpendapat bahwa irit bukan hanya ketika bisa belanja dengan harga yang miring atau sedang promo. Irit bisa dilakukan dengan cara yang lain. Dua di antaranya adalah membeli barang yang berkwalitas bagus dan menjaga barang yang sudah dibeli dengan baik.
Belilah Barang Berkwalitas Baik
Penerangan di ruang tengah rumah kedua orang tua saya berupa lampu dengan model menggantung dengan beberapa tempat untuk memasang bohlam atau lampu neon. Semakin banyak lampu yang dipasang, semakin terang. Awalnya memang demikian. tetapi lama-kelamaan, lampu tersebut putus satu per satu. Akhirnya tinggal dua atau tiga buah saja.
Untuk menggantinya, ayah saya biasanya membeli lampu yang harganya sekitar enam atau tujuh ribu rupiah. Murah. tetapi lampu tersebut hanya tahan beberapa bulan. Selanjutnya, lampu itu kembali putus. Kejadian yang sama berulang kali terjadi setelah lampu tersebut diganti oleh ayah saya dengan lampu yang harganya sekitar enam atau tujuh ribu rupiah.
Akhirnya, saya membeli lampu dengan merek yang cukup terkenal meskipun dengan harga sekitar tiga atau empat kali. Setelah sekian bulan lampu tersebut tidak bermasalah. Tetap menyala untuk masa yang jauh lebih lama dari lampu murah yang dibeli oleh ayah saya.
Mungkin jika dihitung-hitung, harga yang dikeluarkan untuk membali lampu berkwalitas akan lebih murah jika dibandingkan dengan membeli lampu murah tetapi cepat rusak dan harus sering diganti.
Salah satu benda lain yang saya beli dengan harga yang lebih tinggi dari barang sejenis adalah sepasang sandal berwarna coklat. Sandal tersebut bisa menjadi sahabat kedua kaki saya selama beberapa tahun, mungkin sekitar lima tahun sebelum akhirnya saya mendapatkan sosok penggantinya.
Rawatlah Barang yang Sudah Dibeli dengan Baik
Barang yang kita miliki, nyatanya memiliki sifat seperti manusia juga. Jika kita berbuat baik kepada barang atau benda yang kita miliki, maka barang atau benda tersebut akan memberkan balasan kebaikan pula. Bentuk kebaikan tersebut berupa kondisi benda atau barang yang sealu baik dan berumur panjang.
Sepatu yang disimpan dengan baik dan rajin disemir, misalnya, tentunya akan lebih lama bisa digunakan, tidak mudah rusak. Jika demikian, maka pengeluaran bisa dihemat. Hal yang sama pun berlaku untuk barang atau benda lain yang kita miliki.
Ternyata, saya juga irit dalam memberikan tips irit. Lebih banyak ceritanya daripada ngasih tipsnya. 😀
Tulisan Terkait Lainnya :