Sabiq’s Diary : Imunisasi Campak dan Sertifikat Imunisasi

sabiq di mall

Sekitar dua tau tiga minggu yang lalu, aku diajak Abi dan Ummi ke tempat praktek seorang bidan untuk diimunisasi campak. Sayangnya, di hari sabtu itu, sang bidan tidak bisa memberikan imunisasi campak. Pasalnya, imunisasi campak tidak bisa dilakukan setiap minggu. Berbeda dengan imunisasi lainnya. Imunisasi campak di tempat bidan tersebut sudah terjadwal pada hari sabtu di setiap minggu kedua. Akhirnya kami pun pulang.

Hari Sabtu kemarin, aku diajak kembali oleh Abi dan Ummi ke tempat prakten bidan itu lagi. Tiba di sana tenyata sudah ada beberapa orang ibu yang membawa balita mereka untuk imunisasi juga. Setelah mendaftar, aku menunggu panggilan. Sambil menunggu panggilan, aku ditimbang terlebih dahulu.

Sebelum memberikan vaksin campak, bidan melihat buku paspor kesehatanku. Ternyata, ada imunisasi yang belum aku dapatkan. Sang bidan kemudian bertanya kepada Ummi tentang akte kelahiranku, apakah Jakarta atau bukan. Setelah mengetahui bahwa akte kelahiranku tercatat di Jakarta, bidan tersebut mengatakan bahwa imunisasiku harus lengkap agar bisa mendapat sertifikat imunisasi. Nantinya, sertifikat imunisasi tersebut menjadi syarat yang wajib aku miliki jika aku ingin bersekolah di sekolah negeri.

Mungkin memang ada imunisasi yang belum diberikan kepadaku. Tetapi aku tidak suka dengan cara bidan tersebut menyampaikan informasi kepada Ummi dan Abi. Kesannya menyalahkan dan memarahi, bukan memberikan informasi dengan nada yang enak di dengar telinga.

Begitu juga ketika memeberitahukan kondisi berat badanku yang ternyata kurang dari berat badan normal bayi seusiaku. Aku malah ditakut-takuti mengalami gizi buruk, akan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhanku akan terganggu. Memang, bidan dan asistennya menyampaikan hal tersebut kepada Abi dan Ummi, tapi aku kan jadi merasa ditakut-takuti . Bisa-bisa aku jadi stress. Ummi juga bisa stress.

Padahal, Ummi selalu memberiku ASI. Ummi juga memberikanku makanan tambahan penambah ASI. Kadang Ummi membuat bubur sendiri untukku. Kadang membeli yang instan. Kalau membeli yang instan, Ummi akan membaca dengan teliti komposisi bahan makanan dan kandungan zat gizi. Ummi juga selalu memberikanku buah-buahan setiap harinya. Pisang, pepaya, pir, alpukat, aku pernah merasakannya.

Bisa jadi aku berbadan kurus karena bawaan dari Ummi. Kata Nenek, tante dari Ummi, semasa kecilnya, badan Ummi juga kurus 😀

Semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepadaku sehingga aku bisa tumbuh dengan baik. Semoga Allah juga selalu memberikan kesehatan kepada Abi dan Ummi agar terus bisa menjaga dan mendidikku sehingga aku tumbuh menjadi anak yang sholeh, sehat, dan kuat. Aamiin.

Oh iya, saat aku disuntik, aku menangis. Aku menangis tetapi tidak mengeluarkan suara. Mulutku terbuka lebar tetapi suara tangisku tak terdengar. Barulah kemudian ketika aku digendong oleh Ummi, tangisku keluar. Tetapi itu tidak lama. Sesaat kemudian, tangisku langsung reda 😀

 


Baca Diaryku Lainnya :