[Prompt#83] Inspirasi

sumber

Aku ingin pennumpang di sebelahku. Aku mengenalnya. Dia penulis seperti diriku. Namun kedua bibirku seperti merekat satu sama lain. Ingin kujabat tangannya. Tetapi tanganku seperti terikat kuat pada pegangan kursi yang kududuki. Mungkin semua penumpang pesawat ini mengalami hal yang sama seperti diriku.

Hening.

Kuperhatikan ruang pesawat di mana aku berada. Terdapat tiga barisan kursi di sebelah kiri, dua barisan di tengah, dan tiga barisan lagi di sebelah kanan. Aku berada di kursi barisan tengah.

“Perhatian!” Tiba-terdengar sebuah suara yang langsung memecah keheningan. “Sebentar lagi kita akan tiba di tujuan. Hanya ada dua tempat yang tersedia bagi setiap penumpang sebagai balasan atas perbuatannya selama di dunia. Surga dan Neraka!”

Wajah para penumpang berubah tegang. Setegang wajahku. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Kuyakin, mereka ingin mengetahui bagaimana nasib yang akan mereka terima sebagaimana yang ingin kuketahui.

“Kepada penumpang di barisan sebelah kiri,” suara itu melanjutkan. “Tempat kalian adalah neraka! Sementara penumpang di barisan kanan, tempat kalian adalah surga!”

Suasana kontras terjadi di dalam pesawat. Para penumpang di barisan kiri menangis sejadi-jadinya sebab mereka akan mendapatkan siksa berkepanjangan. Sementara para penumpang di barisan kanan bersuka cita karena mereka akan mendapatkan kesenangan tak terbatas.

Hei, bagaimana nasibku dan penumpang di sebelahku?

Tiba-tiba seorang pemuda datang mendekat. Ia berkata, “Amalan kebaikan dan keburukan kalian berdua sama banyaknya. Nasib kalian akan ditentukan oleh para penumpang lain di pesawat ini.”

Aku tak mengerti apa maksudnya.

“Para penumpang!” teriaknya. “Adakah di antara kalian yang mengenal kedua orang ini? Jika ada, bicaralah!”

“Aku mengenal dia, Tuan!” salah seorang penumpang di barisan kiri menunjuk penumpang di sebelahku. “Dia penulis yang menginspirasiku. Ketika aku membaca bukunya yang bercerita tentang pembunuhan berantai, aku terinspirasi. Dan aku menjadi seorang pembunuh berantai. Dan sekarang aku masuk neraka!”

“Kalau begitu, kamu masuk neraka!” ucap pemuda itu.

Sang penulis di sebelahku langsung menangis histeris ketika tubuhnya ditarik ke dalam barisan penumpang sebelah kiri. Sementara aku bisa bernapas lega, sebab buku yang kutulis adalah tentang bagaimana menghitung zakat dan menyalurkannya.

“Aku mengenal dia, Tuan!” ucap salah seorang penumpang di barisan kanan.

Mungkin dirinya yang akan membuatku masuk surga.

“Ceritakanlah!” pinta sang pemuda.

“Dia penulis buku tentang cara menghitung dan menyalurkan zakat. Buku itu sangat membantuku dalam menghitung dan membayar zakat.”

Benar, kan? Aku akan masuk surga. Batinku kegirangan.

“Tapi semua yang tertulis di dalam buku tersebut tak pernah dia amalkan!” sambung penumpang itu.

Sang pemuda menoleh kepadaku dan berkata, “Kalau begitu, kamu masuk neraka!”

 


Baca Juga Monday Flash Fiction Lainnya :