[Lomba MP Parodi] Joko Tingkir dan Tujuh Bidadari

Ujung dedaunan hijau masih menyimpan titik air hujan yang baru saja berhenti berhenti beberapa waktu yang lalu. Sisa-sisa air hujan pun masih jelas terlihat, terhempas dari ujung-ujung rerumputan yang terkena ayunan langkah seorang lelaki gagah yang menyusuri jalan setapak menuju sungai.

“Ah, indah nian!”

Kalimat itu terlontar dari mulutnya manakala pandangannya tertuju pada lengkung dengan aneka warna milik pelangi.

Tiba-tiba telinga lelaki itu menangkap suara dari arah pinggir sungai.

“Bidadari?” Ia bertanya kepada dirinya sendiri.

Untuk mencari jawaban, lelaki itu kemudian mempercepat langkahnya ke pinggir sungai. Semakin dekat dirinya ke pinggir sungai, semakin keras terdengar suara beberapa orang perempuan yang sedang bercanda dan tertawa.

“Mereka pasti bidadari!” Pekiknya yakin dalam hati.

Dari sela-sela batang, ranting, dan daun pepohonan yang tumbuh di pinggir sungai, lelaki itu melihat sekumpulan perempuan sedang bercengkerama di pinggir sungai.

Satu, dua, tiga, …, tujuh! Ada tujuh orang perempuan dengan paras cantik jelita sedang bermain air di bagian sungai yang tak begitu dalam. Mereka menggunakan kedua tangan untuk saling memercikkan air sungai ke tubuh kawan mereka.

Lelaki itu pun melangkah mendekati lokasi di mana ketujuh perempuan itu berada. Dengan berhati-hati, kedua kakinya melangkah perlahan agar tidak menimbulkan suara sedikit pun supaya keberadaannya tidak diketahui oleh para bidadari itu.


*****

Bakk!

Bukk!

Dezigh!

*****

Selendang berwarna kuning sudah berada di dalam genggaman lelaki itu.

“Harum!” Ucapnya  setelah membaui selendang berwarna kuning tersebut.

“Mungkin sebaiknya aku mengambil ketujuh selendang mereka, agar semua bidadari itu bisa kujadikan istri!” Tiba-tiba niat tersebut terlintas di dalam pikirannya.

Dengan penuh kehati-hatian, satu per satu seledang para bidadari diambilnya. Namun sayang, setelah ketujuh selendang bibidari tersebut berhasil diambil, lelaki itu terpeleset dan jatuh ke sungai.

Byurrrr!

Ketujuh selendang di tangannya terlepas.

Kejadian tersebut tentu saja membuat para bidadari terkejut dan tersadar akan kehadiran orang lain di sekitar mereka. Dengan cepat para bidadari itu mengambil selendang masing-masing.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” Tanya salah seorang di antara ketujuh bidadari  kepada si lelaki.

“Hei, kamu bukan Joko Tarub!” Teriak salah seorang lainnya.

“Aku hanya menumpang lewat saja,” kelit lelaki itu. “Aku bukan Joko Tarub. Aku Joko Tingkir. Siapa itu Joko Tarub?” Tanya lelaki yang memiliki Joko Tingkir tersebut.

“Joko Tarub adalah lelaki yang seharusnya berada di sini. Dia kemudian mengambil salah salah selendang kami sehingga tidak bisa kembali ke khayangan. Kemudian dia akan memperistri teman kami tersebut.” Jawab bidadari berselendang merah.

“Hm….! Karena si Joko Tarub tidak ada di sini, bagaimana jika aku yang akan memperistri kalian semua, bukan salah satu di antara kalian? Bagaimana?” Tanya Joko Tingkir

Pertanyaan tersebut dijawab dengan tampang sinis dari para bidadari.

“Tidak bisa!” Jawab bidadari berselendang merah.

“Kenapa?”

“Kami bisa diperistri jika salah satu dari kami sudah diperistri oleh Joko Tarub! Teman-teman, mungkin kita salah memilih tempat mandi. Karenanya kita tidak menemukan Joko Tarub. Sebaiknya kita pergi dan tinggalkan lelaki ini!”

Ketujuh bidadari tersebut kemudian menggunakan selendang mereka untuk terbang kembali ke khayangan.

“Hei, jika tidak bisa semuanya, mungkin salah satu di antara kalian saja yang tinggal bersamaku!” Teriak Joko Tingkir.

Namun teriakan tersebut tidak digubris oleh para bidadari. Mereka semua terus terbang hingga tubuh mereka hilang di balik awan.

Joko Tingkir tertunduk lesu. Ia lalu duduk di salah satu batu besar sambil menghela napas panjang.

“HAHAHAHAHA!” Tiba-tiba terdengar suara tawa dari arah pinggir sungai.

Joko Tingkir kemudian membalikkan badannya ke arah sumber suara tawa tersebut. Didapatinya seorang lelaki yang melompat-lompat ke arah pinggir sungai karena kakinya terikat. Begitu pula tangannya, terikat ke belakang.

“Kenapa kamu tertawa?” Tanya Joko Tingkir.

“Aku tertawa karena kebodohanmu yang telah memukulku hingga pingsan dan mengikatku seperti ini. Akibatnya, kamu tidak mendapatkan satu bidadari pun.” Jawab lelaki itu.

“Siapa kamu sebenarnya?” Tanya Joko Tingkir penasaran.

“Aku Joko Tarub. Kalau saja kamu tidak memukulku hingga pingsan, mungkin kita berdua dapat memperistri bidadari itu!” Jawab Joko Tarub.

********

Diilhami dari cerita legenda joko tarub.
Jumlah kata 625.

Nggak bisa bikin cerita parodi, jadi apa adanya dibuat untuk ikut meramaikan Lomba MP Parodi di sini, di sini, dan di sini.