Svalbard dan Aurora

Foto Aurora Borealis yang diambil di Pulau Longyearbyen, Svalbard [sumber]

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?”

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

(QS. Al-Qashash : 71-73)

Saya bukan tipe orang yang suka berpetualang. Belum ada negara atau kota di bumi ini yang ingin sekali saya kunjungi kecuali Mekkah dan Madinah kelak dalam pelaksanaan ibadah haji. Insya Allah. Namun beberapa waktu yang lalu, seiring dengan seringnya saya berbicara dengan seseorang, sebut saja irfan (memang nama sebenarnya), yang suka dengan travelling, tersimpan di dalam memori saya nama sebuah wilayah dan sebuah fenomena alam yang sering disebut-sebut dalam obrolan kami.

“Kalau mengunjungi tempat yang sudah banyak didatangi orang itu hal biasa. Yang keren itu mengunjungi tempat yang masih jarang dikunjungi orang!” Ucap Irfan dengan penuh semangat.

Jiwa petualang di dalam dirinya memang sudah membawanya mengunjungi beberapa negara. Dalam hitungan beberapa bulan ke depan, jika rencananya terealisasi, maka akan ada belasan negara di eropa yang akan dikunjunginya dalam waktu satu bulan.

Svalbard (warna hijau) [sumber]
Svalbard [sumber]
“Svalbard itu,” kata Irfan, “merupakan wilayah kepulauan paling utara Norwegia. Letaknya di Samudra Arktik. Dari tempat itu, kita bisa melihat aurora.”Gambaran yang kemudian muncul di dalam pikiran saya adalah sebuah wilayah yang dipenuhi dengan salju dan bersuhu sangat dingin. Dan memang demikianlah kondisi Svalbard.  60% wilayah Svalbard diselimuti oleh gletser dan salju. ‘Svalbard’ sendiri memiliki arti ‘pesisir yang dingin’ [wikipedia].Sementara Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari [wikipedia]. Aurora memiliki kombinasi warna kuning, pink, merah, biru, ungu, hijau.

Di dunia ini, ada 5 tempat terbaik untuk melihat Aurora yaitu Alaska, Kanada, Finlandia, Norwegia, dan Islandia. Norwegia adalah tempat yang terbaik di antara semuanya [travel.detik.com]. Foto di atas adalah salah satu buktinya. Foto Aurora Borealis tersebut diambil oleh seseorang di Longyearbyen, ibu kota  Svalbard [photography.nationalgeographic.com]

Selain untuk melihat Aurora Borealis yang spektakuler seperti foto di atas, hal lain yang memunculkan keinginan saya untuk mengunjungi Svalbard adalah petikan ayat Al-quran di awal coretan ini yang menyebutkan tentang penciptaan siang dan malam. Dengan kasih dan sayang, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkondisikan malam dan siang datang dan pergi. Keduanya silih berganti. Bergiliran. Tidak selamanya malam. Tidak pula selamanya siang. Keduanya memiliki periode yang seimbang. Dua belas jam untuk malam dan dua belas jam untuk siang. Seperti itulah yang saya dan anda rasakan di Indonesia.

Svalbard, memiliki kondisi siang dan malam yang ekstrim. Malam di sana bukan selama dua belas jam atau dua puluh jam. Begitu pula dengan siangnya. Di Svalbard, hanya ada satu kali malam dan satu kali siang selama satu tahun. Itu artinya, malam akan terjadi selama enam bulan. Begitu pula dengan siangnya. Sebuah kondisi yang mungkin menjadi gambaran kecil tentang ayat di atas, bukan?

Penyebab terjadinya malam dan siang yang panjang tersebut disebabkan karena poros atau sumbu perputaran bumi tidaklah tegak lurus, melainkan memiliki kemiringan 23,5º.  Poros tersebut akan mengarah ke titik yang sama di angkasa ketika bumi mengelilingi matahari. Sehingga ada bagian bumi yang tidak terkena sinar matahari untuk waktu yang panjang dan bagian bumi lain terkena sinar matahari untuk waktu yang panjang pula. Sehingga, di wilayah-wilayah tersebut, mengalami malam yang panjang selama enam bulan yang kemudian digantikan dengan malam yang panjang selama enam bulan pula. Svallbard adalah salah satu contohnya.

Kondisi seperti itulah yang ingin saya rasakan. Merasakan kekuasaan Allah Yang Maha Pencipta dan menanamkan rasa syukur atas segala karunia yang sudah ada di dalam genggaman.

Di akhir pembicaraan tentang Svalbard, saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada Irfan, “Nah, waktu shalat itu kan ditentukan dengan pergerakan matahari. Misal Zhuhur kalau posisi matahari sudah tergelincir dari titik tertingginya dengan melihat bayangan benda. Lantas, bagaimana menentukan masuknya waktu shalat kalau di sana itu malam terus atau siang terus?”

“Iya, gimana tuh menurut kajian fiqihnya?” Irfan balik bertanya.

Hasil pencarian artikel yang membahas cara shalat dan berpuasa untuk wilayah abnormal seperti Svalbard kemarin dan pagi ini adalah dengan mengikuti waktu di kota Mekkah atau waktu wilayah terdekat di mana siang dan malamnya masih tergolong normal.

Wallaahu a’lam.

*****

Coretan ini diikutsertakan dalam Giveaway MyDreamyVacation


Tulisan Terkait Lainnya :