[MPID 2011] Sebuah Cerita Dalam Keakraban

Kopdar-MPID-2011
Kopdar-MPID-2011

Sebelumnya ada keinginan untuk membawa kue donat betawi alias kue cincin sekitar ke kopdar MPID, tetapi takdir berkata lain. Malam sabtunya, ketika mau memesan kue cincin ke penjualnya, ternyata sudah tidak bisa karena pesanan kue cincin untuk hari sabtu sudah banyak. Jadi rencana bawa sesuatu ke MPID, batal, kecuali bawa diri.

Sekitar pukul sepuluh, saya tiba di tempat acara. Pertama kali bertemu dengan Teh Ipie dengan keponakannya Syifa dan Mbak Yaya di pintu masuk. Dalam perjalanan masuk, saya melihat Mbak Arie yang sedang sibuk di tempat acara.

Setelah memarkirkan motor, saya mendekati dua orang lelaki yang sedang duduk-duduk di tangga yang sepertinya sedang asyik ngobrol, mereka adalah Tofan dan Moestain.

Sebelum lanjut ngobrol, saya mengisi daftar hadir terlebih dahulu. Ketika melewati lorong, saya bertemu Mbak Nita yang sedang sibuk dengan lapaknya. Ketika mengisi daftar hadir, sebenarnya banyak orang di situ, semuanya perempuan, tapi saya gak sempet curi-curi pandang dan melihat nama dan ID masing-masing, jadi cuma sekilas aja. Selesai ngisi, balik ke tempat semula.

Sesaat kemudian, saya bertemu dengan Mbak Arni dan Prema yang ternyata sebelumnya sudah pernah bertemu di kopdar UI. Lalu bertemu dengan Mbak Wewet, dan Mbak Rika #pake suara Rhoma. Lalu kemudian bertemu dengan Mbak Feb plus Nathan, Mbak Eva dan keempat anaknya. Di antara keempat anak Mbak Eva, interaksi paling sering dan seruadalah dengan si bungsu, Fadhil yang berumur empat tahun.

Di saat perkenalan, saya bisa melihat beberapa wujud MPers lain, seperti Teh Ade, Teh Lola, Mas Nahar, Mbak Suli, Mbak Niez, Mbak Dewi, Mbak Dian, dan sisanya masih banyak yang belum jadi kontak. Lalu sempa juga berpapasan dengan Mbak Intan dan Teh Amel.

Selepas shalat Zhuhur, saya bertemu dengan Mbak Tintin, Mas Dedi, Omali, Mbak Nana dengan Da Ivan serta Farrel, Mas Iqbal, Heru, Anas, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sekitar pukul dua, tamu yang ditunggu, para anak yatim datang. Setelah memberi bingkisan, permainan, berdoa, kami pun sempat bersalam-salaman.

Acara berikutnya beda buku, tapi saya tidak mengikuti dari awal karena sepertinya dimulai ketika saya dan beberapa teman melaksanakan shalat ashar.

Acara terakhir yang sempat saya lihat adalah book swap. Saya yang tidak membawa buku Surat Yasin dan Tahlil sehingga tidak mungkin menjadi peserta akhirnya hanya sempat mengabadikan kegiatan tersebut sambil berharap barangkali ada buku yang tersisa, dan tentu saja tidak ada.

Sebenarnya hari itu saya mendapatkan sebuah buku dari Mbak Niez sebagai ganti dari voucher slurpi yang sudah kadaluarsa. Sebenarnya itu bukan salah Mbak Niez, tetapi murni karena kesalahan saya yang telat meberikan alamat ketika saya mendapatkan hadiah hiburan sebuah lomba. Tapi karena Mbak Niez emang baik orangnya, akhirnya hadiah voucher tersebut diganti dengan buku dan coklat. Makasih, mbak Niez. *Syaikhan lagi gak sama sayam jadi coklatnya buat saya aja.

Karena buku itu saja baru diberikan, saya pikir sepertinya kurang etis, jika buku tersebut langsung digabungkan dengan buku MPers lain dalam book swap. Cukuplah saya menjadi penonton saja.

Oh, iyah, setiap kali bertemu dengan MPers, pasti yang ditanya adalah Syaikhan kenapa enggak diajak/ikut. Jawabnya karena Sabtu itu bukan waktunya Syaikhan bersama saya, jadi nggak mungkin saya ajak.