Coretan dengan judul yang sama bisa dibaca di sini.

Saya mungkin bisa menghapus coretan ini jika saya inginkan. Tetapi, saya tidak bisa menghapus memori di dalam ingatan bahwa saya pernah menulis dan mempublikasikannya. Saya juga tidak bisa menghapus ingatan orang-orang yang pernah membaca apa yang ada di coretan ini. Saya juga tidak bisa menghapus, goresan tinta dari para malaikat yang bertugas mengawasi dan mencatat setiap amal perbuatan anak manusia.
Pagi, siang, sore, dan malam adalah perjalanan waktu di setiap harinya. Hari kemudian berganti pula menjadi minggu. Minggu dirangkai menjadi bulan. Bulan pun berlalu berganti tahun. Waktu tetap berjalan. Terus berjalan. Tak akan pernah berhenti, apalagi berulang.
Setiap detik dari perjalanan waktu, itu artinya pertambahan umur di dunia ini. Dalam pertambahan setiap detik, maka bertambah pula lamanya seseorang melangkahkan kakinya di kehidupan ini. Karena banyaknya cita-cita yang ingin dicapai, harapan yang ingin diraih, serta kemauan yang ingin diwujudkan, setiap orang berharap agar umurnya dipanjangkan. Mereka mengajukan harapan itu ketika tanggal dan bulan kelahirannya berulang.
Namun dalam perhitungan versi lain, setiap detik yang bertambah, maka saat itu pula jatah helaan napas seseorang berkurang. Semakin banyak pagi, siang, sore, dan malam yang dilalui, maka semakin dekat seseorang kepada batas akhir kehidupannya.
Seperti gambar ilustrasi di atas. Setiap bandul detik yang digambarkan seperti sekop itu berdetak atau bergerak ke kanan dan ke kiri, maka kedalaman kubur sedikit demi sedikit akan bertambah. Ketika kedalaman kubur sudah mencukupi, itu artinya adalah akhir kehidupan di dunia ini.
Bertambahnya umur seseorang mungkin akan menimbulkan beberapa udzur di dalam dirinya. Namun, untuk masuk ke dalam kubur, tidak ada ketentuan umur. Berapapun umur seseorang, dirinya bisa masuk ke dalam kubur, tanpa terhalang dengan keberadaan sebuah udzur.
Tulisan Terkait Lainnya :