Seperti yang sudah saya sebutkan dalam coretan sebelumnya bahwa saya pergi ke bengkel dengan ditemani Minyu dan Sabiq. Semula, kami duduk di ruang tunggu yang ber-AC yang disediakan pengelola bengkel ketika sepeda motor saya mulai diservis. Karena tak ada yang bisa dilakukan di ruang tunggu tersebut, akhirnya saya menawarkan Minyu untuk pergi ke seberang jalan untuk menikmati kue Serabi. Minyu pun setuju.
Terakhir kali saya makan kue serabi mungkin sekitar setahun yang lalu. Saya masih ingat ketika itu saya dikecewakan oleh penjual serabi yang mangkal di pinggir Jalan Panjang karena kuah gula yang diberikan kepada saya sudah basi. Beberapa hari yang lalu, ketika saya melintasi lokasi tempat mangkalnya, saya tidak menemukan penjual serabi itu lagi. Mungkin sudah pindah atau mungkin pula belum datang atau mungkin pula sedang tidak berjualan.
Tempat yang menyajikan kue serabi yang kami kunjungi namanya Soerabi Bandung Enhaii yang berlokasi di pinggir Jalan Pos Pengumben.
Penampakan dan penyajian kue serabi yang saya cicipi di Soerabi Bandung Enhaii agak berbeda dengan serabi versi aslinya, meskipun memasaknya masih menggunakan wadah yang sama atau serupa. Sudah banyak modifikasi dari segi rasa dan bahan campurannya. Salah satunya adalah varian yang saya pesan, yaitu Nangka Susu.
Serabi Bandung disajikan tanpa kuah gula sebagai pemanis. Sebab serabinya sendiri memang sudah manis. Ditambah lagi dengan adanya sedikit susu kental manis. Penampakkan Serabi Bandung Nangka Susu yang saya cicipi adalah seperti foto ini.
Harga satu porsi serabi yang disediakan cukup beragam. Kebanyakan dikisaran belasan ribu rupiah. Untuk seporsi Serabi Nangka Susu yang saya pilih, harganya empat belas ribu rupiah.
Selain aneka varian serabi, ternyata Serabi Bandung Enhai juga menyediakan menu baru, yaitu seblak. Sebla adalah makanan khas Bandung yang terdiri dari kerupuk yang direbus dan di masak dengan aneka bumbu. Sepintas agak mirip dengan kwetiaw.
Karena saya dan Minyu memiliki kebiasaan untuk saling mencicipi makanan satu sama lain, maka Minyu memesan seblak agar berbeda dengan menu yang saya pesan. Ada dua pilihan seblak, yaitu seblak spesial dan seblak ayam. Harga keduanya sama, lima belas ribu rupiah. Pilihan Minyu jatuh pada Seblak Ayam.
Setelah menunggu beberapa lama, Seblak Ayam pesanan kami diantar ke meja. Berikut adalah penampakkannya.
Ini adalah kali kedua saya menikmati seblak. Pertama kali saya membeli dan menikmati seblak beberapa waktu yang lalu di sebuah kios atau warung di pinggir jalan.
Ada perbedaan tampilan antara seblak yang saya beli sebelumnya dibandingkan dengan foto di atas. Seblak yang saya nikmati sebelumnya lebih berkuah. Sementara seblak yang saya foto di atas tidak berkuah.
Saya tidak sanggup menghabiskan seblak yang pertama kali saya nikmati karena rasanya yang terlalu pedas. Sepertinya saya salah memilih level pedas atau penjualnya yang mencampur seblak pesanan saya dengan pesanan pembeli lain, sebab penjualnya membuat beberapa porsi seblak dalam sekali masak. Sementara rasa seblak di Soerabi Bandung Enhaii, sangat terasa sekali kencurnya.
“Gak apa-apa. Bagus untuk mencegah/mengobati flu!” begitu komentar Minyu.
Setelah Minyu merasa cukup menikmati Serabi Nangka Susu dan Seblak Ayam, maka saya yang menghabiskan semuanya hingga ludes 😀
Tulisan Terkait Lainnya :
- [Resensi] : Tentang Kita
- 5 Aplikasi yang Memudahkan Administrasi Perpajakan Anda
- Plus Minus My COD
- Review Aplikasi My JNE
- I and My JNE
- Jajanan Kaki Lima : Dari Mie Ayam Hingga Hotang
- Ini Tentang Buku Cerita Anak
- Berbekal Sakinah, Bangun Mawaddah, Tuk Menggapai Rahmah
- Kambing Soon : Best Lamb in Town
- I am Hope : Antara Kanker dan Harapan