Dalam hidup ini, ada dua perbuatan yang diperbolehkan untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Tak ada dosa bagi yang melakukannya. Tak salah pula jika ada yang meninggalkannya. Perbuatan itu adalah membalas perbuatan buruk dan memberikan maaf atas sebuah perbuatan buruk.
Jika seseorang menerima perbuatan buruk dari orang lain, maka dirinya boleh membalas si pelaku. Tentunya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Jika si korban tidak melakukan pembalasan, itu pun tak mengapa. Jika korban tidak mau memaafkan, itu pun tak mengapa. Tetapi jika dirinya mau memaafkan, tentu itu yang lebih mulia.
Membalas atau tidak, memaafkan atau tidak, jika dikombinasikan maka ada beberapa tingkatan.
Membalas dan tidak memaafkan
Seseroang diperkenankan untuk membalas perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang lain. Syaratnya adalah harus sama atau setimpal dari segala ukuran. Sebab balasan sebuah kejahatan adalah kejahatan serupa.
Sayangnya, yang terjadi dalam kenyataan tidak demikian. Sebuah balasan perbuatan buruk biasanya dituntaskan dengan perbuatan yang kadarnya lebih besar dari perbuatan sebelumnya. Jika seseorang dicubit, biasanya orang tersebut akan membalas dengan cubitan yang lebih sakit rasanya. Jika itu yang terjadi, maka saling membalas akan berlanjut yang mungkin akan berujung dengan pertengkaran yang lebih sengit.
Membalas dan memaafkan
Adakalanya, sebuah maaf baru bisa diberikan oleh seseorang yang dizalimi ketika orang yang menzaliminya sudah diberikan balasan yang setimpal.
Tidak membalas dan tidak memaafkan
Berbeda dengan kondisi pertama, pada kondisi kedua ini, korban tidak membalas perbuatan jahat yang diterimanya. Dia tahan amarahnya. Namun dia juga tidak memberikan maaf kepada pelakunya. Amarahnya tersimpan di dalam hatinya.
Kondisi seperti itu, jika berlama-lama, akan memberikan dampak yang kurang baik bagi si korban. Sebab amarah yang ditahan dan maaf yang tak diberikan, bisa jadi akan meledak di suatu masa dengan dampak yang luar biasa atau setidaknya akan menimbulkan penyakit fisik yang akan diderita si korban.
Ada yang ingat dengan Ustadz Danu yang selalu meminta orang-orang yang mengadukan penyakitnya untuk memberiian maaf kepada orang lain yang pernah menyakitinya?
Tidak Membalas dan Memaafkan
Ini adalah kondisi yang jauh lebih baik dari kedua kondisi sebelumnya. Jika kondisi pertama, pelaku dan korban sama-sama merugi karena terjadinya pertengkaran yang berkelanjutan. Lalu di kondisi ketiga, korban yang merugi karena menyimpan amarah bahkan dendam di hatinya. Maka kondisi ketiga ini, tak ada yang dirugikan dan menaikkan derajat dari korban karena tidak membalas dan memaafkan. Bahkan derajatnya bisa bertambah mulia lagi jika dirinya mampu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat kepadanya.
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” [QS. An-Nahl : 126]
“Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (terhadap orang yang berbuat jahat kepadanya) maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” [QS Asy Syura: 40]
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. Ali Imran : 133-134]
Wallaahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah