Pay It Forward, Pay It Backward

bethlehemfwb.com

Kemarin pagi, sebelum berangkat ke kantor, iseng-iseng saya menekan tombol reset untuk mengembalikan angka yang tertera di trip meter ke angka nol. Tujuannya adalah untuk mengetahui jarak yang saya tempuh untuk tiba di kantor, sebab sejak awal tahun ini jalur yang saya lalui sudah berbeda dengan tahun sebelum-sebelumnya. Penyebabnya bisa dibaca di sini.

Tiba di basement, tempat parkir kantor, angka di trip meter menunjukkan angka 11,0. Itu artinya, jarak yang saya tempuh dari rumah ke kantor adalah kurang lebih sebelas kilo meter.

Di sore hari, ketika saya tiba di rumah, angka trip meter menunjukkan angka sekitar 19,X. Saya lupa tepatnya. Saya bulatkan saja perhitungannya menjadi 20,0 yang artinya jarak tempuh dari kantor ke rumah itu sekitar sembilan kilo meter. Lebih dekat.

Dengan kondisi itu, saya pun menarik sebuah kesimpulan yang juga didasari rasa iseng, bahwa jalan kembali itu lebih mudah dibandingkan jalan ketika pergi. Mungkin ketika seseorang dalam perjalanan pergi menuju suatu tempat, dirinya sudah membayangkan melalui jalur atau arah mana dirinya nanti akan kembali sehingga waktu dan jarak tempuhnya bisa lebih cepat, lebih dekat, dan lebih mudah. Mungkin. Barang kali.

*****

Bersamaan dengan sebuah postingan yang berjudul “[I’m In] Sebuah MLM Kebaikan“, saya juga membuat thread yang sama di forum diskusi internal kantor. Intinya sama, bahkan saya hanya mengkopipes tulisan tersebut dengan melakukan edit di beberapa bagian. Aturannya saja yang berbeda. Jika di postingan tersebut jumlah peserta yang ingin ikut serta adalah lima orang, di forum, saya membatasinya hanya dua orang saja. Lebih sedikit. Harapannya, untuk menyesuaikan budget dan menjaring peserta bisa lebih banyak.

mlm-kebaikan
Hari ini, adalah hari kedua belas sejak postingan dan thread itu dibuat. Bagaimana hasilnya? Ternyata jumlah peserta di forum diskusi lebih banyak daripada yang mendaftar di blog ini. Ilustrasinya adalah seperti gambar di atas. Mudah-mudahan peserta i’m in di forum diskusi bisa bertambah lagi, sebab ada beberapa peserta yang mungkin gundah karena belum mendapatkan downline dalam hajatan Pay It Forward tersebut.

Yang saya fahami, dalam hidup ini selalu ada dua sisi. Selalu berpasangan. Jika saya berpikir ada pay it forward, maka ada pula pay it backward. Meskipun mungkin kurang tepat penggunaan istilahnya, tetapi hal terakhir itulah yang harus saya lakukan dalam hitungan tiga bulan ke depan.

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah mendapatkan “harta karun” karena kesalahan administrasi di kantor. Gaji yang saya terima setiap bulannya sejak Agustus 2009 ternyat kurang dibayarkan. Jadilah saya mendapatkan rapelan kekurangan selama kurang lebih tiga setengah tahun tersebut. Alhamdulillah.

Hari Rabu kemarin, saya mendapatkan kabar sebaliknya. Bahwa sejak Februari 2012 hingga Maret 2014, gaji yang saya terima ternyata kelebihan. Seharusnya, sejak bulan tersebut, tunjangan istri tidak lagi masuk ke dalam hitungan gaji saya, sebab di bulan itu, secara resmi, status saya tidak lagi memiliki istri. Sayangnya, dokumen yang diperlukan untuk perhitungan gaji tersebut tidak sampai ke bagian keuangan. Terselip, entah di mana. Kondisi tersebut baru di ketahui setelah  berkas pernikahan saya dengan Minyu diserahkan. Akibatnya, jumlah uang yang sebelumnya saya terima, harus saya kembalikan. Pay It Backward!

“Nombok donk jadinya?” Tanya saya kepada rekan di bagian keuangan karena memperkirakan jumlah yang harus saya kembalikan dengan jumlah harta karun yang saya terima sebelumnya.

“Ya enggaklah.” Jawab rekan saya tersebut.

Setelah saya melihat lampiran perhitungannya, ternyata jumlah selisih gaji akibat kelebihan pembayaran yang harus saya kembalikan memang lebih kecil dibandingkan jumlah selisih gaji akibat kekurangan pembayaran yang pernah saya terima sebelumnya.

Karena adanya selisih tersebut, saya jadi mengait-ngaitkannya dengan kejadian yang pernah saya alami sebelumnya ketika saya gagal membeli/menyicil rumah [silahkan baca ceritanya di sini ] dan uang yang sudah dijadikan booking fee pun hangus.

“Karena terjadi kelebihan pembayaran selama dua tahun, jadi harus ngembaliin gaji 😀

kalau dihitung-dihitung… jumlah kekurang pembayaran beberapa waktu lalu, jumlahnya mendekati total kelebihan pembayaran plus booking fee yang hangus.

hukum kekalan energi berlaku :D”

Itu adalah kalimat yang saya jadikan status di FB di hari rabu kemarin.

*****

Jika membandingkan kejadian di atas dengan pendahuluan di awal coretan ini, seharusnya, mengembalikan uang tersebut terasa lebih mudah. Ibarat seseorang yang meminjam uang, maka dirinya sudah memperhitungkan kapan dan bagaimana cara pengembalian atau pelunasannya. Nyatanya tidak demikian, bagi sebagian orang. Proses pengembalian tersebut terasa lebih berat. Dan dalam diri ini, ada perasaan tidak rela jika gaji saya harus dipotong selama tiga bulan ke depan. Mungkin sudah menjadi  sifat dasar manusia bahwa lebih mengutamakan hak daripada kewajiban. Begitulah diri ini. Semoga anda tidak demikian.


Tulisan Terkait Lainnya :