Apa kabarmu? Abi berharap dirimu sehat dan baik-baik saja. Alhamdulillah, Abi di sini juga dalam keadaan sehat.
Syaikhan, Abi minta maaf karena baru menulis surat lagi untukmu setelah sekian bulan berlalu. Abi juga minta maaf karena di surat kali ini, Abi tidak menceritakan kebersamaan kita seperti surat-surat sebelumnya. Penyebabnya karena selama beberapa bulan terakhir ini, kita belum menghabiskan waktu bersama-sama lagi. Mungkin di lain hari, kesempatan untuk bermain dan bercerita akan datang lagi. Insya Allah.
Syaikhan, bagaimana sekolahmu? Menyenangkan? Bagaimana dengan teman-teman di sekolah barumu? Pasti banyak yah. Bermainlah dan belajarlah yang rajin bersama teman-temanmu. Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh Ibu atau Bapak guru di sekolah karena itu akan menjadi bekal untuk masa depanmu kelak. Ilmu yang saat ini kamu pelajari akan menjadi cahaya yang membantu dan membimbing dirimu untuk meraih cita-cita.
Di surat ini, Abi akan bercerita tentang masa sekolah Abi dahulu. Bukan tentang permainan apa saja yang Abi mainkan bersama teman-teman Abi. Bukan pula tentang pelajaran apa saja yang Abi dapatkan di sekolah. Melainkan tentang apa yang Abi lakukan dengan uang jajan yang diberikan oleh kedua orang tua Abi, Kakek dan Nenekmu.
Abi yakin bahwa dirimu sudah mengenal uang. Kamu pernah bercerita jika sering membeli jajanan di mini market dekat rumah seorang diri. Kamu juga pernah menyebutkan nilai uang sejumlah dua juta atau lima juta meskipun Abi yakin bahwa dirimu belum pernah melihat uang sejumlah itu.
Bagaimana dengan uang jajan yang Abi terima ketika sekolah dahulu? Apa yang Abi lakukan dengan uang jajan tersebut? Kamu akan mengetahuinya dengan membaca seluruh isi surat Abi ini.
Syaikhan, saat duduk di sekolah dasar sepertimu sekarang ini, Nenek dan Kakek memberikan uang jajan sebesar dua ratus lima puluh rupiah. Dari jumlah tersebut, yang Abi belikan makanan di sekolah hanya lima puluh rupiah saja. Sementara dua ratus rupiahnya Abi tabung dengan menyerahkannya kepada Ibu atau Bapak guru. Saat itu, Abi sudah memilki buku tabungan.
Di akhir tahun, sebelum kenaikan kelas, Abi dan teman-teman akan mengambil tabungan tersebut. Kamu tahu, Syaikhan, Abi termasuk siswa yang memiliki jumlah tabungan terbanyak di kelas. Uang tabungan tersebut kemudian dipergunakan untuk membeli alat tulis dan perlengkapan sekolah lainnya untuk di kelas berikutnya.
Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, tidak ada lagi Ibu atau Bapak guru yang melayani tabungan para siswa. Namun demikian, Abi tetap menyisihkan sebagian uang jajan untuk disimpan sendiri. Hal tersebut Abi lakukan karena Abi tak mau dipanggil oleh pihak sekolah bila terlambat membayar uang sekolah. Peraturan sekolah menyatakan bahwa uang sekolah paling lambat harus dibayarkan pada tanggal sepuluh setiap bulannya.
Syaikhan, Abi lahir di dalam sebuah keluarga dengan tingkat ekonomi yang sederhana. Nenek dan Kakek bukanlah orang kaya. Tapi keduanya memiliki semangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk kebutuhan sekolah Abi. Namun adakalanya, rezeki yang Nenek dan Kakek kumpulkan untuk membayar uang sekolah baru mencukupi setelah tanggal sepuluh setiap bulannya.
Hal itulah yang mendasari Abi untuk bernegosiasi kepada Kakek agar memberikan uang jajan yang lebih besar jumlahnya kepada Abi. Dengan uang jajan yang lebih besar itu, Abi berjanji untuk tidak meminta uang lagi kepada Kakek untuk keperluan sekolah Abi, seperti untuk uang sekolah, alat tulis, buku tulis, dan buku pelajaran. Kakek setuju. Kakek kemudian memberikan uang jajan sebesar seribu lima ratus rupiah setiap harinya kepada Abi.
Dari uang jajan tersebut, Abi menggunakan sejumlah lima ratus rupiah untuk jajan serta ongkos sekolah. Seribu rupiah sisanya, Abi simpan untuk kemudian Abi atur penggunaannya seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Kebiasaan tersebut terus berlangsung hingga Abi kuliah.
Dengan apa yang Abi lakukan tersebut, Abi tidak lagi khawatir dengan berbagai kebutuhan sekolah. Abi juga tidak lagi membuat Kakek dan Nenek khawatir memikirkan bayaran sekolah dan kebutuhan sekolah lainnya.
Syaikhan, Abi berharap kamu bisa melakukan hal yang sama. Namun demikian, Abi yakin, setelah membaca cerita di atas pasti kamu akan bertanya atau membandingkan kondisi Abi dahulu dengan kondisimu sekarang.
“Tapi sekarang beda, Bi!” mungkin kalimat seperti itu yang akan kamu ucapkan.
Abi senang jika kamu berkata demikian. Itu sebagai tanda atau bukti kecerdasanmu yang bisa membandingkan dua buah kondisi yang berbeda.
Syaikhan, kondisi abi dahulu dan dirimu sekarang memang berbeda. Tidak bisa disamakan. Jumlah uang jajanmu pastinya akan jauh berbeda. Kamu juga tidak harus menyimpan uang di lemari pakaianmu atau di sebuah celengan. Kamu bisa menabung di bank dan mengambilnya kapan saja dengan kartu ATM. Itu jauh lebih aman.
Yang masih sama antara kondisi dahulu, sekarang, atau nanti adalah bahwa setiap orang harus bisa mengatur keuangannya sedemikian rupa sehingga apa yang diperlukan dan dibutuhkan bisa dipenuhi. Abi tegaskan, yang dipenuhi adalah keperluan dan kebutuhan, bukan keinginan. Sebab keinginan manusia tidak terbatas. Ketika sebuah keinginan terpenuhi, maka akan muncul keinginan lainnya. Karenanya, kamu harus bijak dalam memilah dan menentukan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya merupakan keinginan. Kamu harus pintar untuk membedakan antara sesuatu yang memberikan manfaat dan mana yang tidak, baik untuk dirimu maupun untuk orang-orang di sekitarmu.
Syaikhan, saman memang sudah berkembang dan akan terus berkembang. Masalah mengelola keuangan tak hanya berupa menyimpan uang dalam bentuk tabungan atau deposito, tetapi sudah meluas seperti membeli saham, investasi atau penyertaan modal, reksadana, asuransi, dan sebagainya.
Ah, mungkin istilah-istilah yang baru saja Abi sebutkan masih asing di telingamu. Namun demikian, Abi yakin suatu hari nanti kamu akan mengetahui dan memahaminya dengan baik. Bahkan bisa jadi pemahamanmu jauh lebih baik daripada Abi. Sebab kamu adalah anak yang cerdas.
Syaikhan, kelak kamu akan mengetahui bahwa selain mengatur dan merencanakan pengelolaan uang sendiri, kamu juga bisa melakukan konsultasi kepada orang-orang yang memang ahli di bidang pengelolaan keuangan. Dengan meminta pendapat mereka, kamu bisa memutuskan yang terbaik untuk pengelolaan uangmu, di masa yang sedang kau jalani, di masa depan yang akau kau jelang di kehidupan ini, terlebih lagi untuk memberikan kebahagiaan untukmu di akhirat kelak.
Mungkin cukup ini saja surat Abi kali ini. Semoga apa yang Abi ceritakan di sini bisa memberikan manfaat untukmu.
I love you, Syaikhan.
Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh.
Tulisan Terkait Lainnya :
- My Dearest Syaikhan : Sudah Besar (2)
- My Dearest Syaikhan : Catatan Akhir Pekan yang Tak Tertunaikan
- My Dearest Syaikhan : Keseruan di Bawah Langit Mendung
- My Dearest Syaikhan : Logo Halal
- My Dearest Syaikhan : Doa dan Selfie
- My Dearest Syaikhan : Sudah Besar
- My Dearest Syaikhan : Arsitek
- My Dearest Syaikhan : Muadzin dan Pendekar
- My Dearest Syaikhan : Cerita Foto Selfie Kita
- My Dearest Syaikhan : Ketika Dirimu Sakit