
Anda pernah mengepalkan kelima jari anda? Dalam keadaan bagaimana anda melakukan hal tersebut? Pernahkah anda memperkirakan besarnya energi yang terkumpul dalam kepalan tangan tersebut? Pastinya, ketika kelima jemari itu bersatu, energi yang terpusatkan akan lebih besar bila dibandingkan jika kelima jemari itu terpisah.
Suatu ketika saya pernah mendengar mantan atasan saya memberikan perumpamaan pilar-pilar sebuah negara itu ibarat kelima jari tangan. Ibu jari melambangkan pemerintah, jari telunjuk melambangkan para orang kaya, jari tengah diibaratkan sebagai ulama, jari manis melambangkan fakir miskin, dan jari kelingking melambangkan para wanita.
Suatu negara akan menjadi kuat dengan keadilan pemerintahnya, kedermawanan para orang yang kaya, ilmu para ulama, doa kamu fakir miskin, serta baiknya akhlak para wanita.
Perhatikan ibu jari anda, ia bisa mendekati keempat jari lainnya dengan mudah. Begitulah seharusnya pemerintah, bisa merangkul semua unsur-unsur dalam masyarakat.
Orang kaya bisa beramal dengan harta yang dimiliki. Tinggal tunjuk saja, maka masjid bisa berdiri, sekolah bisa dibangun, orang-orang miskin bisa disantuni.
Jari tengah adalah jari yang terpanjang. Begitulah kedudukan ulama yang merupakan ahli waris para nabi. Dengan ilmu yang dimilikinya, para ulama bertugas untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.
Fakir miskin adalah kelompok yang harus diberikan bantuan. Seperti itulah jari manis, di mana ia menjadi tempat melingkarnya cincin pemanis.
Sedangkan wanita yang diibaratkan seperti jari kelingking, kecil, dianggap remeh, namun pada hakikatnya ia memiliki peranan yang amat sangat penting. Tak heran bila wanita dianggap sebagai tiang negara, bila wanitanya berakhlak baik, maka seluruh negara akan baik, dan bila wanita berakhlak buruk maka buruklah seluruh negara. Karena dari wanita lah akan lahir generasi penerus suatu bangsa.
Lantas, bagaimana di negeri ini? Adakah kelima pilar itu bersatu padu sehingga bisa terwujud “baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur”?
Kenyataan menjawab bahwa hal itu masih jauh untuk bisa tercapai. Kelima pilar yang ada belum berfungsi dengan baik. Ibarat dalam permainan suit jari, baru tiga jari yang berperan, ibu jari, telunjuk, dan kelingking. Pemerintah, orang kaya alias konglomerat, dan wanita yang baru kelihatan sepak terjangnya, entah dalam hal kebaikan atau keburukan. Sedangkan dua jari lainnya tak pernah diperhatikan. Sepertinya begitulah nasib para ulama dan kaum miskin di negeri ini. Wallahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :