Maaf Dalam Sekuntum Bunga Kertas

Sal, pagi tadi aku tergesa-gesa berangkat ke kantor. Adalah kesalahanku penyebabnya. Semalam, aku lupa mempersiapkan segala sesuatu yang harus kubawa hari ini. Aku baru mengingatnya dan memempersiapkannya tadi pagi. Akibatnya, ada kebiasaan di pagi hari tak sempat kulakukan. Itu mungkin membuatmu kecewa.
Di siang hari, di sela-sela waktu istirahatku, aku melihat beberapa lembar kertas yang tergeletak di salah satu meja ruangan. Kertas bekas yang sudah tidak digunakan lagi. Mungkin karena salah cetak, sebab kulihat beberapa kalimat di salah satu sisi kertas tersebut. Namun masih banyak bagian yang masih putih. Kupikir aku bisa memanfaatkannya.

Kuambil selembar. Kugunting bagian kertas di mana terdapat hasil cetakan yang salah. Kubuang bagian tersebut ke tempat sampah. Kini di tanganku ada selembar kertas putih. Bersih.

Kugunting kembali kertas tersebut menjadi dua bagian. Satu bagian berbentuk bujur sangkar. Satu bagian lain berbentuk persegi panjang. Kutuliskan beberapa kalimat di atas kertas yang berbentuk bujur sangkar. Selanjutnya, kulipat-lipat kedua kertas tersebut sedemikian rupa sehingga berbentuk sebuah mahkota bunga dan tangkainya. Maka jadilah sekuntum bunga tulip berwarna putih.

Kusimpan bunga tulip itu di dalam tas kerjaku. Kulakukan dengan hati-hati agar bunga tersebut tetap utuh hingga kuserahkan kepadamu. Malam nanti.

Kini, terimalah bung kertas ini sebagai permintaan maafku, Sal. Memang tak seindah dan seharum bunga mawar yang pernah kuberikan kepadamu beberapa waktu yang lalu. Namun aku membuatnya secara tulus untukmu. Dengan tanganku sendiri. Jika kamu berkenan, kamu bisa membuka kelopaknya dan membaca suratku di dalamnya.

—o0o—

ilustrasi : https://jampang.wordpress.com/

Istriku…
Maafkan aku, karena pagi ini aku hanya mengecup keningmu dan lupa mengucapkan terima kasih kepadamu karena telah mempersiapkan pakaian yang licin dan wangi serta semua perlengkapan kerjaku. Padahal di wajahmu masih terlihat guratan lelah.

Zawjati…
Maafkan aku, karena pagi ini aku hanya mengecup kedua pipimu dan lupa mengucapkan terima kasih kepadamu karena telah menjaga buah hati kita sepanjang hari selama kupergi. Padahal tak mudah untuk melakukannya karena dia sudah semakin pintar.

Kekasihku…
Maafkan aku, karena pagi ini aku hanya pamit dan mengucap salam kepadamu dan lupa mengatakan bahwa kau begitu cantik. Padahal kau telah mengantarkan kepergianku hingga ke depan pintu.

Habibati…
Maafkan aku, karena pagi ini aku berangkat tergesa-gesa demi memburu waktu dan lupa mengatakan kepadamu “I love You”.


Seri Samara Lainnya :