Selepas melaksanakan shalat shubuh, Sali membaringkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur. Kedua matanya terpejam. Wajah terlihat lelah. Wajar, dirinya lagi berbadan dua. Zul pun ikut membaringkan tubuh tubuh di sebelahnya.
“Masih ngantuk? Mau tidur lagi?” tanya Zul.
“Kenapa?” Sali balik bertanya. Pelan.
“Nggak apa-apa.”
Beberapa detik kemudian, kedua matanya terbuka. Pandangannya tertuju ke arah wajah Zul.
“Sini dibersihin wajahnya!” ucap Zul kemudian.
Pada mulanya hanya Sali yang rutin membersihkan wajahnya. Sementara Zul agak malas untuk merawat wajahnya meski hanya sekedar membersihkan wajah dengan krim pembersih yang selalu tersedia di kamar mandi di rumah mereka. Namun semenjak hamil, Sali tidak lagi membersihkan wajahnya dengan pembersih wajah yang biasa digunakan. Khawatir akan berpengaruh buruk kepada janin di dalam kandungannya. Karena sayang untuk dibuang, maka pembersih wajah tersebut Sali gunakan untuk membersihkan wajah Zul. Sesekali. Namun akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang rutin dilakukan.
Biasanya, acara bersih-bersih muka mereka lakukan di malam hari. Menjelang tidur. Namun adakalanya Jika acara tersebut terlewat karena salah satu dari keduanya tertidur terlebih dahulu, sama-sama mengantuk, atau sama-sama lelah. Maka di keesokan paginya Sali menawarkan kembali untuk membersihkan wajah Zul. Sebuah tawaran yang tak mungkin ditolak Zul.
Sali kemudian mengambil kapas dan pembersih wajah dari tempat penyimpanannya di bagian paling atas dari lemari plastik. Tak lama kemudian, wajah Zul sudah berada di pangkuannya dan dengan kapas yang sudah dibasahi pembersih di tangannya, Sali mulai membersihkan seluruh wajah Zul hingga leher bagian depan dan belakang. Setelah selesai, tak lupa Sali juga mengoleskan krim anti jerawat ke salah satu titik di kening Zul di mana tumbuh sebuah jerawat batu yang tak kunjung hilang.
“Terima kasih, yah!” Ucap Zul ketika keduanya sudah kembali berada dalam posisi berbaring bersebelahan.
Ucapan Zul tersebut hanya dijawab dengan sebuah anggukan kecil oleh Sali.
“I love you,” ucap Zul berikutnya.
Sali tak bereaksi. Diam. Memejamkan kedua matanya.
“Do you love me?” Zul menyambung kalimatnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan.
Sali membuka kedua matanya sambil balik bertanya, “Harus dijawab?”
“Kalau yang pertama nggak perlu dijawab,” jawab Zul. “Kalau yang kedua harus dijawab.”
“Mau dijawab apa?” Sali balik bertanya sekali lagi.
“Lho, ditanya malah balik tanya lagi.”
Suasana kamar menjadi hening. Tak ada jawaban. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Zul dan Sali.
Tak lama kemudian, Sali memiringkan badannya ke kanan, menghadap Zul. Sali menggerakkan tangan kirinya untuk memeluk Zul sambil memendamkan wajahnya di dada Zul.
Zul mengerti. Ungkapan cintanya tak harus berbalas dengan kata-kata. Cukuplah pelukan Sali sebagai sebuah jawaban bahwa Sali juga mencintainya.
Baca Juga Seri Lelaki Lainnya :