12 Desember 2015
Hari ini, sakit cacar monyet yang kualami belum menampakkan tanda-tanda kesembuhan. Luka di kulitku bertambah. Bercak-bercak baru pun bermunculan. Sementara antibiotik yang diberikan dokter sudah habis. Akhirnya, Ummi dan Abi memutuskan untuk membawaku ke dokter spesialis anak di rumah sakit sebagai usaha setelah usaha ke dokter umum sebelumnya belum membuahkan hasil yang berarti.
Kali ini, aku dibawa Abi dan Ummi ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Bukan ke rumah sakit tempat aku lahir dan beberapa kali melakukan imunisasi.
Sebelum berangkat, Ummi mencoba mencari website rumah sakit untuk mendapatkan nomor telepon dan menanyakan apakah ada dokter spesialis anak yang praktek. Namun nihil. Mungkin karena rumah sakit yang terletak di sekitar daerah Slipi tersebut bukanlah rumah sakit. Akhirnya, tanpa ada kepastian tentang jam praktek dokter spesialis anak, aku, Abi, dan Ummi tetap berangkat. Bismillah…!
Tiba di rumah sakit, Ummi langsung membawaku ke bagian poliklinis spesialis dan bertanya ke bagian informasi apakah ada dokter spesialis anak yang praktek. Alhamdulillah, ternyata ada. Aku dan Ummi menunggu di depan ruang praktek dokter sementara Abi langsung ke bagian pendaftaran.
Tak lama kemudian Abi kembali sambil membawa berkas pendaftaran milikku. Berkas tersebut nantinya akan diserahkan kepada suster yang membantu praktek dokter.
Ruang tunggu rumah sakit terlihat sepi. Hanya ada dua atau tiga pasien yang duduk di ruang tunggu. Tak ada balita atau anak-anak yang berada di ruang tunggu. Itu artinya hanya ada diriku yang menunggu giliran.
Betul saja, ketika pasien yang berada di ruang dokter keluar, aku langsung dipersilahkan masuk oleh suster. Rupanya aku adalah pasien terakhir. Jika saja aku terlambat datang, mungkin dokternya sudah pulang.
Dokter langsung bertanya kepada Ummi dan kemudian memeriksa tubuhku. Karena aku tak mengenal dokter yang memeriksaku, aku langsung menangis. Begitu pula ketika aku ditimbang, aku menangis. Aku baru terdiam setelah proses pemeriksaan selesai.
“Impetigo (Impetigo Bulosa)!” ucap dokter setelah memeriksa kondisi tubuhku.
Impetigo Bulosa adalah nama ilmiah dari Cacar Monyet. Namanya terdengar keren di telinga. Tapi itu adalah nama penyakit. Penyebabnya adalah bakteri, bukan virus seperti yang menyebabkan cacar atau jenis cacar lainnya.
Hasil konsultasi dengan dokter, aku disarankan untuk tidak mandi dengan air sumur. Sebab kata dokter, air sumur di awal musim hujan kurang steril. Aku disarankan untuk mandi dengan air galon. Tidak perlu air galon bermerek, air galon isi ulang saja sudah cukup. Aku juga harus mengurangi keringat yang keluar dari tubuhku. Untunglah di kamar Abi dan Ummi sudah dipasang AC. Jadi jika aku istirahat di dalam kamar di siang hari dengan AC yang menyala, aku akan merasa sejuk dan tidak berkeringat.
Sementara untuk obat, aku diberikan tiga jenis obat. Dua obat untuk diminum berupa antibiotik dan puyer. Satu lagi obat luar berupa salep yang harus dioleskan ke luka di tubuhku tiga kali sehari. Cukup tipis saja.
Mengenai makanan, sebenarnya tidak ada pantang. Namun dokter menyarankan untuk sementara menjahui makanan yang bersumber dari ikan dan hewan berkaki dua. Ummi pun dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi jenis makanan tersebut. Yang paling beruntung adalah Abi, sebab ikan dori yang Ummi belikan untukku otomatis menjadi santapan Abi 😀
14 Desember 2015
Alhamdulillah, kondisiku pagi ini sudah membaik. Luka di bagian leher yang merupakan paling parah sudah jauh berkurang. Bahkan bisa dikatakan hampir sembuh. Sementara bercak di bagian lain berubah menjadi agak hitam setelah dioleskan salep. Pemakaian salep memang ditujukan agar bercak di tubuhku tidak pecah. Sebab jika pecah, maka akan menjangkiti bagian tubuhku yang lain. Sementara puyer dimaksudkan untuk mengurangi rasa gatal agar aku tidak menggaruk-garuk luka yang kualami agar tidak pecah dan merambat ke bagain tubuhku yang lain.
Hm, jangan-jangan, disebut Cacar Monyet karena penderitanya sering garuk-garuk seperti monyet? 😀
Semoga di hari-hari berikutnya, kondisinya akan lebih membaik lagi dan bisa sembuh total. Aamiin.
Baca Juga Diary-ku Lainnya :
- Sabiq’s Diary : Ke Taman Safari
- Sabiq’s Diary : Truk Mainan
- Ketika Anak dan Ayah Bercerita Tentang Lebaran yang Seru
- Sabiq’s Diary : Bukan Demam Berdarah
- Sabiq’s Diary : Jalan-jalan ke Seaworld
- Sabiq’s Diary : Aku Sudah Bisa Berjalan
- Sabiq’s Diary : Belajar Berjalan
- Sabiq’s Diary : Minum Susu dan Yoghurt
- Sabiq’s Diary : Corat-coret
- Sabiq’s Diary : Turun Dari Tempat Tidur