
Diiringi turunnya hujan malam itu, akhirnya saya dan rekan memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran. Tiba di tempat, suasana cukup ramai tapi tidak sampai penuh, sehingga ketika kami masuk masih ada tempat yang masih tersedia.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit seperti yang disampaikan pelayan restoran tersebut, makanan yang sudah kami pesan berdatangsan satu per satu. Mulailah kami menyantap makanan sesuai dengan pesanan masing-masing.
Untuk menambah nikmat sajian yang sudah terhidang di hadapan, restoran tersebut menyediakan dua botol saos di meja. Sambal dan tomat. Saya pun bermaksud menuangkan saos tersebut ke atas piring yang saya gunakan. Saya suka dengan rasa sedikit pedas. Tapi bukan pedas dari cabai atau sambal. Saya suka pedas dari saos sambal.
Saya mengambil botol saus sambal terlebih dahulu. Dilihat dari kondisi tutupnya, sepertinya botol tersebut belum ada yang membukannya. Masih tersegel dengan baik. Saya buka tutup botol saus tersebut dan mulai menuangkannya ke piring. Sekali kocok, saus tak keluar. Saya gunakan dua tangan untuk mengocok lebih keras agar saus bisa keluar. Barulah setelah sekian kali berusaha sekuat tenaga, saus tersebut bisa keluar. Hal yang sama pun saya alami ketika menuangkan saus tomat.
Rasa lapar membuat saya segera menikmati makanan yang sudah ada di meja saya. Untuk sesaat, saya pun sudah lupa dengan kejadian yang baru saya alami bersama dua botol saos yang masih ada di meja makan.
Sambil menikmati suap demi suap nasi putih dengan chicken teriyaki yang disajikan di atas hot plate, mata saya menangkap kejadian yang serupa dengan yang saya alami sebelumnya. Di sebelah kanan saya, seorang bapak mengalami kesulitan ketika menuangkan saos ke piring.
Salah seorang pelayan yang melihat kejadian tersebut menghampiri bapak tersebut dan mencoba menawarkan bantuan.
“Tidak bisa, ya, Pak? Boleh saya bantu?”
Bapak tersebut langsung menyerahkan botol saos di tangannya.
“Tutupnya mana, Pak?” tanya pelayan lagi.
Bapak tersebut segeara menyerahkan botol saos yang terletak di atas meja.
Sejurus kemudian, pelayan tersebut menutup rapat botol. Tangan kanannya memegang botol dan kemudian memiringkannya hingga ujung botol berada di telapak tapak kirinya. Lalu digoyangkan botol saos tersebut dengan tidak terlalu keras beberapa kali. Lalu tutup botol dibuka. Saos pun segera keluar dengan mudahnya, tak seperti dengan apa yang saya alami beberapa saat sebelumnya.
Di kesempatan kemudian, saya coba praktekkan apa yang dilakukan oleh pelayan tersebut. Alhamdulillah, saya berhasil.
Ternyata, untuk hal-hal yang mungkin dipandang sepele, selalu ada ilmunya untuk bisa melakukannya dengan mudah dan baik. Beberapa waktu sebelumnya, saya pernah menuliskan cerita ketika mengalami kesulitan mengoperasikan mesin fotokopi yang ternyata tak semudah ketika saya melihat ahlinya yang melakukan.
Tulisan Terkait Lainnya :