
Tubuhnya duduk lunglai. Sementara wajahnya bersembunyi di balik kedua telapak tangannya yang bertumpu pada kedua siku di atas meja.
Beberapa saat kemudian, lelaki itu mengangkat wajahnya, sementara jemari kedua tangannya bersatu di hadapannya, hingga salah satunya menyentuh benda berbentuk lingkaran di jari manis tangan kirinya.
Pikiran lelaki itu kemudian kembali ke masa lalu, ke masa di mana dia mendapatkan cincin perak itu dari salah seorang sahabat dekatnya.
Lelaki itu kemudian melepaskan cincin tersebut. Lalu memandanginya selama beberapa saat. Dan kedua matanya menangkap sebuah tulisan di bagian dalam cincin tersebut dan membacanya.
“yang ini pun akan berlalu”
—o0o—
Semangat hidup kembali menjalari jiwa lelaki itu. Harapan akan esok yang lebih baik kembali terpatri di dalam pikiran dan hatinya. Semuanya bisa, asal diusahakan. Insya Allah!
Lelaki itu bangkit dari keterpurukannya. Melompat tinggi dari jurang keputusasaannya. Asanya menguat kembali untuk menapaki jalan kehidupan.
Dan roda pun berputar.
Kini, lelaki itu sedang berdiri di hadapan banyak orang yang siap mendengarkan kata sambutan dari seorang pimpinan cabang perusahaan yang baru saja diangkat. Ya, lelaki itu berada di sebuah acara temu pisah para pejabat lama dan baru di sebuah perusahaan besar di negeri ini.
Agak sulit bagi lelaki itu untuk mengucapkan kembali kata-kata yang telah dia rangkai sebelumnya. Di balik podium, jemari tangannya bermain untuk menutupi rasa gugupnya.
Lelaki itu menundukkan wajahnya. Matanya menatap cincin perak yang sudah terlepas dari jari manisnya. Sebuah kalimat pendek yang tertulis di cincin tersebut kembali terbaca olehnya.
“yang ini pun akan berlalu”
Selepas membaca tulisan tersebut, lelaki itu mengarahkan pandangannya kepada seluruh orang yang hadir, lalu mengucapkan kalimat-kalimat yang jelas dan tersusun rapi. Kalimat-kalimat yang memang seharusnya dia ucapkan.
“Kullu man ‘alaihaa faan.”
Tulisan Terkait Lainnya :