Kallaa

lampu merah

Kallaa!
Janganlah begitu!

Sebuah foto yang menampilkan sekumpulan orang dalam antrian membeli donat berseliweran di beranda faceboook saya. Caption dan komentar kurang sedap pun menyertai kehadiran foto tersebut.

Janganlah mengatakan bahwa mereka rela antri demi makanan dunia namun tak rela antri demi hidangan akhirat. Sebab banyak yang tidak kita tahu. Bisa jadi, mereka telah meyumbang ratusan ribu sebelum masuk ke dalam antrian atau selepas melakukan transaksi tersebut. Sementara kita tidak mampu melakukan keduanya.

Janganlah mengatakan bahwa mereka rela antri demi makanan untuk diri sendiri dan menganjurkan agar uangnya dibelikan makanan lain untuk kemudian diberikan kepada fakir miskin atau anak-anak yatim. Sebab banyak yang tidak kita tahu. Bisa jadi, tujuan mereka antri adalah untuk membeli makanan yang kemudian mereka bagikan kepada fakir miskin atau anak-anak yatim. Bisa jadi, sebelum mereka masuk di dalam barisan antrian mereka sudah memberikan makanan kepada fakir miskin atau anak-anak yatim dengan nilai uang yang lebih besar dibanding yang mereka keluarkan untuk membeli donat. Atau mungkin mereka melakukannya setelah mereka selesai dalam antrian tersebut. Sementara kita hanya bisa bicara tanpa aksi apa-apa.

Janganlah mengatakan bahwa mereka rela antri demi makanan yang tidak jelas kehalalannya. Sebab yang tidak jelas kehalalannya bukan berarti menjadi haram. Hingga benar-benar nyata keharamannya. Mungkin kita belum tahu, jika dosa mengharamkan yang halal itu lebih besar dibandingkan menghalalkan yang haram. Kita boleh saja berkeyakinan bahwa lebih baik mengonsumsi yang memiliki sertifikat halal. Namun kita tidak bisa memaksakan keyakinan tersebut kepada orang lain sebab kita tidak memiliki bukti kuat bahwa yang kita sebut tidak jelas halalnya sebagai sesuatu yang haram.

Kallaa!
Janganlah begitu!

Berita-berita mengerikan dan menyeramkan tentang kekerasan seksual marak disebarkan di media sosial dan ditayangkan di televisi.

Kita para lelaki, janganlah menyalahkan kaum perempuan dan menjadikan mereka sebagai penyebab tindakan kejahatan seksual karena mereka mengumbar aurat yang seharusnya ditutup dengan sempurna. Bisa jadi, karena kitalah yang kurang pandai menjaga pandangan mata dan mengekang nafsu yang menggoda.

Kita para perempuan, janganlah menyalahkan kaum lelaki dan menjadikan mereka sebagai penyebab tindakan kejahatan seksual karena mereka memilik otak mesum dan tak bisa menahan pandangan dan nafsu. Bisa jadi, karena kitalah yang kurang pandai melindungi aurat yang seharusnya kita jaga dengan sempurna.

Kita para orang tua, janganlah menyalahkan pihak televisi yang memutar tayangan yang tidak mendidik sehingga anak-anak kita terkena imbas pengaruh negatif. Sementara kita tidak memiliki waktu untuk menemani anak-anak kita saat menyaksikan televisi dan membiarkan mereka asyik dengan apa yang mereka lihat tanpa ada penjelasan dan larangan apa pun dari kita.

Kita para insan televisi, janganlah berdalih bahwa kita hanya menayangkan apa yang dianggap menarik dan ditonton oleh masyarakat luas lalu menyerahkan pilihan untuk melihat atau tidak melihat kepada para penonton. Sementara kita sudah tahu bahwa apa yang ditonton akan memberikan pengaruh entah sedikit atau banyak bagi para penonton.

Kallaa!
Janganlah begitu!

Mungkin kita harus belajar kepada Adam dan Hawa yang terusir dari surga. Adam dan Hawa tak pernah menyalahkan Iblis yang menjerumuskannya. Adam juga tidak menyalahkan Hawa yang ikut merayunya. Hawa juga tidak menyalahkan Adam yang tak mampu menjaga dirinya. Adam dan Hawa hanya melakukan koreksi terhadap mereka seraya berdoa :

“Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”

Kallaa!
Janganlah begitu!

Janganlah menduga-menduga apalagi menuduh tanpa bukti. Akan lebih baik jika saling menjaga dan mengingatkan satu sama lain. Niscaya itu akan lebih baik untuk kita semua.

Aamiin.