Saya meninggalkan sebuah komentar di blog yang sedang mengadakan #MiniGASilaturahmiLebaran dengan menjawab pertanyaan tentang siapa orang yang belum pernah dikunjungi ketika lebaran dan ingin sekali dikunjungi. Saya lalu teringat salah seorang guru saya di sekolah dasar dahulu dan memang sebelum-sebelumnya ada keinginan untuk mengunjungi beliau namun belum kesampaian. Komentar yang saya tinggalkan di blog tersebut seperti di bawah ini :
Orang yang ingin saya kunjungi saat lebaran namun belum kesampaian adalah Ibu Abadiah. Beliau adalah guru saya ketika duduk di kelas enam sekolah dasar.
Saat SD saya bersekolah di sekolah dasar islam yang jumlah mata pelajaran umum dan agamanya seimbang. Sehingga untuk mengajar murid-murid dibutuhkan minimal dua orang guru. Satu orang mengajar pelajaran agama seperti Al-quran, Hadits, Fiqih, Tauhid, dan sebagainya dan satu orang guru lagi mengajar seluruh mata pelajaran umum, seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PMP, dan sebagainya. Ibu Abadiah adalah guru yang mengajarkan saya untuk mata pelajaran umum.
Saya ingat betul, ketika menjelang ujian nasional, Ibu Abadiah dengan ikhlas memberikan les tambahan kepada saya dan teman-teman setiap hari minggu pagi sebagai persiapan untuk menghadapi ujian nasional. Tanpa meminta bayaran serupiah pun.
Sebagai balas jasa yang mungkin tidak sebanding, teman-teman saya yang perempuan memiliki ide untuk mengumpulkan uang dari seluru siswa yang diajar beliau untuk kemudian dibelikan perhiasan emas sebagai hadiah untuk beliau.
Ibu Abadiah bukan saja guru saya di SD tetapi juga guru dari istri yang berbeda angkatan sekitar lima tahun. Saat kami menikah awal 2014 lalu, beliau datang. Bahkan beliau sempat mengajak saya berbincang-bincang di bangku tamu.
Keinginan untuk datang ke rumah beliau sebenarnya sudah ada sejak lebaran tahun lalu. Sebab saat ini, rumah beliau tidak jauh dari rumah nenek istri saya. Mudah-mudahan, niat saya tersebut bisa terealisasi dalam waktu dekat ini. Amin.
21 Juli 2016
Salah seorang pemenang #MiniGASilaturahmiLebaran menyebut akun saya di twitter dan mengabarkan bahwa dirinya dan saya sama-sama mendapatkan hadiah sebuah seprei untuk tempat tidur single. Alhamdulillah.
Ternyata niat saya untuk berkunjung ke rumah Ibu Abadiah sudah memberikan berkah bagi saya. Padahal, saat itu saya belum melakukan kunjungan. Akhirnya, saya perkuat niat saya untuk mengunjungi rumah Ibu Abadiah di hari Sabtu atau Minggu berikutnya.
24 Juli 2016
Akhirnya saya dan Minyu bisa juga mengunjungi Ibu Abadiah, guru kami ketika duduk di bangku sekolah dasar.
Sebelumnya kami mendapat kabar bahwa Ibu Abadiah jatuh sakit dan sempat dirawat selama beberapa hari di rumah sakit. Ketika bertemu, Ibu Abadiah sudah bisa berjalan dengan alat bantu. Wajah beliau terlihat cukup segar.
Kami ngobrol bertiga tentang kondisi keluarga dan juga kenangan ketika saya dan Minyu bersttaus sebagai murid dan Ibu Abadiah sebagai guru. Sebenarnya Minyu yang lebih banyak bercerita. Salah satu penyebabnya adalah karena Minyu memiliki dokumen berupa foto bersama Ibu Abadiah dan teman-teman Minyu selama di SD. Sementara saya, tidak 😀
31 Juli 2016
Selepas berkujung ke rumah Ibu Abadiah, saya mengirimkan kondisi Ibu Abadiah ke grup teman-teman SD yang ternyata baru dibuat saat lebaran. Anggotanya belum banyak, baru sekitar belasan. Itu pun juga karena ada yang sudah masuk lalu keluar lagi.
Setelah kabar tersebut masuk di group, muncullah keinginan beberapa anggota group untuk menjenguk Ibu Abadiah. Lalu dipilih 31 Juli 2016 sebagai waktu berkunjung.
Kemarin sore, saya bertemu dengan lima orang teman semasa SD. Empat di antaranya bermaksud datang ke rumah Ibu Abadiah. Namun sayang, ketika saya menyusul merela yang sudah tiba di rumah Ibu Abadiah, teman-teman saya mendapatkan kondisi rumah yang kosong. Ibu Abadiah sedang pergi. Mungkin kemarin sore belum menjadi rezeki kami untuk bertemu Ibu Abadiah. Mungkin di lain waktu. Insya Allah.
Tulisan Terkait Lainnya :