Telor Balado Dangdut

telor_balado_dangdut
Telor Balado Dangdut. Dua buah nama dari dua hal yang berbeda. Yang pertama adalah nama kuliner dan yang kedua adalah nama jenis aliran musik. Keduanya mewakili saya dan Minyu dalam satu hal.

“Kutahu yang kumau”. Kalimat tersebut pernah populer pada masanya. Sering terlihat di televisi. Sering terdengar di radio. Sering terbaca di halaman koran atau papan iklan di pinggir jalan. Kalimat tersebut adalah jargon dari sebuah produk minuman bersoda. Singkat. Padat. Mudah diingat. Mengena. Maka tak heran jika kalimat tersebut menjadi begitu populer.

“Kutahu yang kumau”, mungkin adalah hasil sebuah pengenalan diri. Bermula dari mengetahui siapa diri sebenarnya dan kemudian menemukan apa yang ke menjadi keinginan dan kemauan diri serta bagaimana langkah atau cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan keinginan dan kemauan tersebut.

“Kutahu yang kumau”, mungkin juga adalah hasil komunikasi dengan diri sendiri, ketika sebuah jawaban telah ditemukan atas pertanyaan yang diajukan kepada diri. Namun demikian, sejatinya, komunikasi tak terjadi hanya pada diri sendiri, melainkan antara dua orang atau lebih, sebab komunikasi memiliki arti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami.

Jika demikian yang disebut sebagai sebuah komunikasi, maka “kutahu yang kumau” belumlah cukup jika dianggap sebagai hasil dari sebuah komunikasi. Khususnya dalam komunikasi dengan pasangan. Dalam hidup berumah tangga. Sebab di dalamnya bukan hanya ada satu orang, melainkan dua orang, atau bahkan lebih.

Setelah mengenal diri sendiri, selanjutnya adalah mengenal siapa yang menjadi pasangan. Nyatanya, mengenal sosok pasangan tidak bisa dalam waktu singkat. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui pribadi yang menjadi pasangan hidup, baik luaran dan dalamannya. Mungkin butuh waktu seumur hidup. Sebab dalam kurun waktu yang dijalani bersama, akan ada banyak perubahan yang terjadi.

Karena berpasangan, maka akan ada dua individu yang memiliki perbedaan. Entah sedikit atau banyak. Salah satu perbedaannya mungkin dalam menyampaikan pesan kepada yang lain. Berkomunikasi. Sebagai contoh sederhana, untuk mengatakan “tidak setuju” terhadap keinginan pasangan, mungkin bagi sebagian orang, sebuah kata “tidak” sudah cukup membuatnya langsung menerima dengan lapang dada. Tetapi bagi pasangan yang lain, tak bisa mengatakan “tidak” secara langsung,  namun perlu sebuah pendahuluan, perlu berputar-putar dahulu, sebelum sampai kepada poin yang sebenarnya. Ada orang yang suka dengan kata-kata yang tegas dan to the poin, tidak bertele-tele. Namun ada pula orang yang lebih senang dengan sebuah diplomasi panjang sehingga tidak merasa dalam suatu paksaan.

Namun yang lebih penting daripada segala bentuk komunikasi itu adalah apa yang diterima oleh lawan bicara, bukan apa yang disampaikan. Dan bagi setiap pasangan, komunikasi akan menjadi baik jika masing-masing tahu apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasangannya.

Di tahap selanjutnya, tak perlu dengan kata-kata yang terucap, melalui mimik muka dan gerak tubuh pasangan, seseorang bisa mengerti apa di balik semua itu. Prinsipnya :
•    aku tahu yang kau mau
•    aku tahu yang kau tidak mau
•    kamu tahu yang aku mau
•    kamu tahu apa yang aku tidak mau
•    aku dan kamu tahu apa aku dan kamu mau
•    aku dan kamu tahu apa yang aku dan kamu tidak mau

Dalam kebersamaan selama sebulan ini bersama Minyu, dari sekian hal di atas, saya mencatat baru ada satu poin yang saya ingat. Entah Minyu, mungkin lebih banyak. Telor balado dangdut adalah hal yang saya catat untuk  poin kedua di atas, “aku tahu yang kau tidak mau”. Saya menyampaikan apa yang saya tidak suka dalam hal makanan kepada Minyu. Sedangkan Minyu menyampaikan ketidaksukaannya dalam hal musik.

Saya pernah mengatakan kepada Minyu, bahwa saya suka dengan hampir semua aneka menu makanan, asalkan halal. Hingga saat ini, hanya ada satu menu makanan yang saya tidak suka, yaitu telor balado. Minyu kemudian bercerita bahwa sejak saat itu, dirinya selalu ingat dengan saya ketika di hadapannya terdapat menu telur balado. Selanjutnya, Minyu tidak pernah memaksa saya untuk menikmati menu tersebut.

Sedangkan Minyu, tidak suka dengan lagu-lagu dangdut. Meskipun kata-kata dalam liriknya bagus, tetapi begitu dinyanyikan, Minyu langsung bete. Lagu berjudul “Gulali” adalah salah satunya. Minyu menyukai liriknya tetapi tidak suka dengan nadanya bila dinyanyikan.

Mungkin, seiring perjalanan waktu, akan banyak hal lain yang akan saya dan Minyu temukan di dalam diri masing-masing. Makin saling mengenal satu sama lain. Tak hanya “aku tahu yang kau tidak mau”. Bukan hanya sekedar telor balado dangdut.


Tulisan Terkait Lainnya: