Jangan Buang-buang Air Ketika Buang Air

Sebagai pembuka coretan kali ini, saya tulisankan sebuah anekdot yang pernah saya baca atau saya dengar sekian tahun silam. Saya tidak mengingat semuanya, tetapi mungkin tidak merubah muatannya 😀

Juki sangat marah ketika mengetahui bahwa kolam di kamar mandi kosong. Padahal sebelumnya sudah diisi penuh.

“Joko!” Juki memanggil teman satu kosnya. “Loe nguras air kolam yah?”

“Aku cuma pake buat nyiram habis buang air.”

“Kok sampe habis isinya?”

“Aku cuma ngikutin tulisan itu!” jawab Jono sambil menunjuk tulisan di tembok kamar mandi yang berbunyi “Habis Buang Air Harap Disiram”.

“Iya, tapi kok sampe habis? Kosong?”

“Begini,” Jono mulai memberikan penjelasan. “Setelah buang air, aku siram.”

“Bagus itu!”

“Nah, menyiram air itu kan artinya buang air, jadinya aku siram lagi.”

“…%^$##^&^%$%…”

—oOo—

Hari Kamis yang lalu, saya membuat sebuah status berupa sebuah pertanyaan yang berbunyi, “Saat BAB di toilet umum, apa yang Anda lakukan supaya “pengeboman” Anda tidak terdengar orang lain?”

Saya membuat status tersebut karena beberapa waktu sebelumnya saya masuk ke toilet kantor dan mendapati pintu salah satu biliknya tertutup rapat dan terdengar suara kran air yang terbuka dari dalam. Dengan kondisi tersebut, saya bisa memastikan bahwa orang di dalam bilik toilet tersebut sedang menuntaskan hajatnya.

Beberapa saat setelah saya update status, beberapa kontak memberikan jawaban. Salah satu di antara jawaban tersebut rupanya cocok dengan dengan kondisi yang saya temukan di toilet sebelumnya, yaitu dengan membuka kran sehingga mengeluarkan air dan menimbulkan suara yang cukup untuk menyamarkan suara “pengeboman”. Cara tersebut lumayan ampuh. Saya pernah mempraktekannya.

Namun demikian, cara tersebut memiliki efek samping jika “pengeboman” dilakukan dalam waktu yang cukup lama, sementara kapasitas ember terbatas. Jika kran tersebut terus dibuka dan air terus mengalir, maka ember akan penuh dan mungkin luber. Selanjutnya, bisa dipastikan bahwa banyak air akan terbuang percuma.

Seperti itulah yang terjadi di dalam toilet di hari Kamis lalu. Dari bagian bawah pintu yang agak tinggi, sebab daun pintu dipasang tidak menempel dengan bagian lantai, saya melihat genangan air yang berasal dari ember yang sudah penuh karena krannya terus dibuka oleh orang di dalam toilet yang masih menuntaskan hajatnya.

Jika yang terjadi adalah seperti itu, maka namanya adalah buang-buang air ketika buang air seperti yang saya jadikan judul coretan ini. Itu adalah sesuatu yang mubazir. Akan lebih baik jika tidak dilakukan, kecuali jika kran dimatikan jika ember sudah penuh.

Alternatif cara lain yang saya dapatkan dari jawaban status di facebook adalah :

  • “Pengemboman” dilakukan dengan pelan-pelan. Kekurangan cara ini adalah berkurangnya kenikmatan yang akan dirasakan oleh pelaku.
  • Nonton youtube dengan volume yang keras. Kekurangannya cara ini adalah membutuhkan kuota yang cukup besar dan koneksi internet yang baik dan stabil.
  • Menelpon dan ngobrol dengan suara yang keras. Kekurangan cara ini adalah dari sisi adab, sebab selama melakukan buang air, seseorang dilarang untuk berbicara.

Jadi, Anda akan memilih cara yang mana? Atau Anda punya cara sendiri yang lebih efektif?


Baca Juga Tulisan Tentang Mubazir dan Toilet Lainnya :