My Dearest Syaikhan : Memimpikanmu

syaikhan-bobo-love

Syaikhan, untuk pertama kali dalam hidup Abi, Abi memimpikanmu. Itu terjadi dua hari yang lalu. Di dalam mimpi itu, Abi sedang menggendongmu menuju angkot. Di dalamnya sudah ada Ummi yang sedang menunggumu. Sepertinya, saat itu kita telah melakukan pertemuan untuk kemudian berpisah. Sesaat sebelum menaiki angkot, kamu menangis. Kamu meminta Abi untuk ikut juga.

Ketika Abi terjaga dari tidur, ada perasaan khawatir tentang dirimu. Apa yang terjadi denganmu? Hati Abi bertanya-tanya.

Abi pun mencari tahu tentang kabarmu. Alhamdulillah, kabarmu baik-baik saja. Abi juga mendapat berita bahwa dirimu mengikuti lomba saat perayaan Hari Kartini meski tidak mendapat predikat juara atau hadiah.

Tak apa, Syaikhan. Juara dan hadiah memang hal yang wajar dalam setiap lomba. Kalah dan menang adalah hal yang biasa dalam pertandingan. Predikat juara atau hadiah bukanlah segalanya di dalam sebuah lomba. Abi lebih menghargai keberanianmu dan kemauanmu untuk mengikuti lomba tersebut. Tetaplah berusaha di kesempatan yang akan datang.

Kembali ke soal mimpi, Abi jadi teringat dengan mimpimu yang pernah kamu ceritakan beberapa waktu yang lalu. Saat itu kita sedang dalam perjalanan pulang selepas melaksanakan shalat di masjid.

“Bi, Syehan buruk mimpi!” Tiba-tiba kamu berkata demikian saat kita berdua dalam perjalanan pulang dari masjid.

“Mimpi buruk,” Abi mencoba membetulkan kalimatmu yang terbalik.

“Iya,” kamu menerima koreksi Abi.

“Mimpi apa?” Tanya Abi kemudian.

“Serem, Bi. Hantu!” Jawabmu.

Syaikhan, kamu adalah anak yang suka sekali bercerita. Bahkan, terkadang tanpa ditanya ceritamu akan langsung mengalir meski Abi hanya memberikan respon berupa “Oooo,” “Iyah?” “Terus?” dan sejenisnya. Kali ini, karena kamu yang memulai, akhirnya Abi menimpali cerita Syaikhan dengan bertanya dan bertanya lagi. “Ngimpinya di mana?”

“Di rumah Syehan yang lama, Bi!” Jawabmu dengan penuh semangat.

Saat kamu bercerita, kamu sudah menempati rumah baru karena rumah lama kita sudah dijual.

“Terus, hantunya gimana?” Tanya Abi lagi.

“Hantunya lompat-lompat.” Jawabmu.

Pasti hantu yang kamu maksud dalam mimpi yang sedang kamu ceritakan adalah pocong. Tapi Abi coba mengalihkan kepada binatang yang suka melompat-lompat. “Bukan hantu kali, tapi kodok!”

“Hantu, Bi!” Kamu bersikeras bahwa di dalam mimpimu adalah benar-benar hantu.

“Kodok juga lompat-lompat,” Abi tak mau kalah berargumen.

“Beda, Bi!” Sanggahmu.

“Beda gimana?” Tanya Abi lagi.

Kamu menjawab pertanyaan Abi tersebut sambil mempraktekan dua lompatan yang berbeda.

“Kalau kodok, lompatnya gini, Bi!” Kamu menjawab sambil jongkok kemudian melompat, lalu jongkok kembali. “Kalau hantu, begini!” Kamu melanjutkan kalimatmu sambil berdiri kemudian melompat-lompat, tanpa jongkok.

“Warnanya hantunya apa?” Tanya Abi lagi.

“Putih!” Jawabmu mantap.

“Terus?” Abi memintamu agar melanjutkan cerita mimpimu.

“Ada hantu, terus ada Abi.”

“Ada Abi?” Tanya Abi penasaran.

“Iya. Abi mau digetok!”

Abi heran dengan jawabanmu. Abi ingin bertanya bagaimana caranya pocong yang kedua tangannya diikat itu mau menggetok Abi. Tapi Abi tidak menanyakannya. Abi hanya menanyakan alasan kenapa Abi mau digetok. “Lho, kok Abi mau digetok?”

“Iya, tapi nda jadi.” Jawabmu.

“Nggak jadi kenapa?” Tanya Abi lagi.

“Syehan lagi di atas, Abi di bawah,” kamu mencoba menjelaskan. Mungkin maksudmu, dirimu berada di atas tingkat sementara Abi dan si pocong itu ada di bawah. Rumah kita yang dulu memang berlantai dua. Kamu sering melihat Abi yang baru tiba dari kantor melalui jendela di lantai dua.

“Terus Syehan tembak dor dor. Kena, Bi. Baju hantunya bolong!” sambungmu.

“Terus?” Tanya Abi lagi.

“Hantunya mati!”

Cerita mimpimu membuat Abi tersenyum. Terima kasih, Syaikhan, karena sudah menyelamatkan Abi dalam mimpimu.