My Dearest Syaikhan : Sudah Besar (2)

syaikhan-20161215

Syaikhan, apa yang Abi khawatirkan tentang dirimu, pada akhirnya terjadi juga. Kamu sudah besar.

Dahulu, Abi menulis sebuah catatan tentang sebuah kebersamaan kita yang kemudian Abi masukkan ke dalam naskah sebuah yang kemudian terbit menjadi sebuah sebuah buku dengan judul “Jejak-jejak yang Terserak” sekaligus sebuah pesan bagi para orang tua.

Beberapa kalimat di dalamnya berbunyi sebagai berikut :

Selagi masih ada kesempatan, suapilah si kecil sepenuh hati sebelum ia malu menerima suapan dari tangan kita. Ciumlah mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana yang dicontohkan oleh Suri Tauladan, Nabi Muhammad, sebelum si kecil enggan menerimanya karena merasa bukan anak kecil lagi. Peluklah dengan kehangatan cinta, sebelum si kecil merasa risih diperlakukan demikian.

Syaikhan, kamu sudah besar.

Ketika Abi datang menemui, seperti biasa, kamu mencium tangan Abi. Selanjutnya, Abi meraih tubuhmu dengan kedua tangan untuk memelukmu dan mencium kedua pipimu. Tapi kamu meronta dan berusaha untuk melepaskan pelukan Abi.

“Aku nggak mau, Bi!”

“Malu!”

“Aku sudah besar!”

Begitu kalimat yang terlontar dari mulutmu.

Ya, kamu memang sudah besar, Syaikhan.

Kamu sudah mulai memperhatikan penampilanmu. Salah satunya tentang penampilan rambutmu. Selama kebersamaan kita kemarin, beberapa kali Abi melihatmu merapikan rambut bagian depanmu dengan tangan kananmu dan mendengar komentarmu bahwa rambutmu agak sulit untuk disisir ke arah belakang. Wajar, rambutmu masih agak pendek untuk bisa kamu atur sesuai dengan keinginan. Tak mengapa. Kamu tetap terlihat ganteng denan rambut seperti itu.

Saat ini, kamu sudah duduk di kelas tiga. Jam belajarmu di sekolah lebih banyak dibandingkan saat dirimu duduk di kelas satu dan dua. Abi tak sempat bertanya tentang apa saja yang kamu pelajari di sekolah semisal apakah kamu mengalami kesulitan di dalam mata pelajaran tertentu. Abi hanya menanyakan apakah dirimu merasa senang ketika berada di sekolah. Kamu menjawab senang. Abi ulang pertanyaan Abi sekali lagi. Kamu memberikan jawaban yang sama.

Alhamdulillah. Abi berpikir, jika kamu merasa senang di sekolah, maka tak ada yang menganggu hati dan pikiranmu di sekolah, baik dalam hal pelajaran ataupun pertemanan. Seandainya ada kesulitan, Abi yakin kamu pasti bisa mengatasinya. Sebab kamu sudah besar.

Pertanyaan lain yang Abi lontarkan ketika dirimu asyik bermain dengan handphonemu adalah apakah kamu menjaga shalat lima waktumu. Alhamdulillah, kamu memberikan jawaban yang menenangkan hati Abi.

Kamu melakukan shalat berjamaah di mushalla di samping rumah bersama teman-temanmu yang tinggal di dalam satu komplek. Itu kamu lakukan karena menurut eyang lebih aman bagimu dibandingkan mengerjakan shalat di masjid yang berada di luar komplek mengingat maraknya berita penculikan.

Tak mengapa, Syaikhan. Jika kamu shalat bersama teman-teman sepermainanmu, kiranya cukup di mushalla komplek. Namun jika ada teman orang dewasa yang kamu kenal, Abi misalnya, akan lebih baik jika kamu melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Mungkin kita akan melakukannya nanti. Insya Allah.

Syaikhan, kamu sudah besar. Tetaplah menjadi hamba yang selalu mengabdi kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala! Dirikanlah shalat lima waktu dan jangan pernah meninggalkannya! Sebab kamu sudah besar. Tetaplah menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuamu. Rajinlah belajar di sekolah! Bergaullah dengan teman-temanmu yang baik yang akan menjadikanmu pribadi yang baik.


Tulisan Terkait Lainnya :