Sejatinya, yang namanya sebel atau membenci guru harus dihilangkan dari kamus kehidupan seorang pelajar. Karena untuk mendapatkan ilmu dari seorang guru, sang murid harus mendekatinya dan menghormatinya, bukan membencinya. Namun yang demikian, pernah saya rasakan.
Rasa kurang hormat atau sebel saya itu sepertinya bukan karena guru tersebut galak atau kejam. Sebab saya pernah diajarkan oleh seorang guru yang terkenal sangat galak semasa SMP/MTs. Namun saya tidak membencinya, takut sih iya.
Sekilas tentang guru killer tersebut, beliau mengajar mata pelajaran biologi. Hampir setiap kali datang mengajar membawa penggaris kayu panjang yang digunakan untuk mememberikan hadiah kepada para murid yang tidak bisa menjawab pertanyaannya.
Biasanya, di awal pelajaran, beliau memanggil beberapa murid secara bergantian ke depan untuk diberikan pertanyaan tentang pelajaran minggu sebelumnya. Sambil mengajukan pertanyaan, penggaris kayu yang sudah di tangan, beliau posisikan di belakang murid yang dipanggil, sejajar dengan betis sang murid. Jika sang murid tidak bisa menjawab pertanyaan, beliau akan memukulkan penggaris tersebut ke betis sang murid.
Cetaarrrrr!
Jujur saja, saya takut. Karena ketakutan itu saya mencoba untuk menguasai pelajaran beliau agar tidak terkena hukuman. Alhamdulillah, saya tidak pernah mendapat hukuman dari beiau.
Di SMA, saya tidak mendapatkan lagi guru yang segalak beliau. Namun, ada dua orang guru yang kurang mendapatkan ruang di hati saya, Pak guru kimia di kelas satu dan Pak guru fisika di kelas dua.
Akibatnya, seperti bagian awal di postingan ini, ilmu dari keduanya tidak pernah nyantol di otak saya. Selanjutnya, nilai saya anjlok di kedua pelajaran itu.
Foto di atas adalah foto buku raport saya di kelas satu SMA. Guru wali kelas saya yang mengjarkan mata pelajaran bahasa indonesia, tidak memberikan nilai pada mata pelajaran kimia. Namun jika dilihat dari total nilai dari semua pelajaran yang saya peroleh, maka dipastikan nilai kimia saya adalah lima. Nilai merah pertama kali yang saya dapatkan selama sekolah, dan juga satu-satunya.
Pernah saya mendengar selentingan kabar dari kakak kelas, bahwa untuk mendapatkan nilai tujuh dari pak guru biologi caranya gampang. Kalahin pak guru kimia ketika bermain catur 😀
Di kelas dua SMA saya diajarkan fisika oleh pak guru yang sudah tua. Kaca mata beliau sangat tebal, itu salah satu ciri yang masih saya ingat. Dari Pak guru fisika, saya pernah mendapatkan hukuman di depan kelas.
Suatu ketika, ketika Pak guru fisika menjelaskan pelajaran di depan kelas, tiba-tiba teman yang duduk di sebelah saya menggerakkan atau menggeser mejanya sedikit. Perlu diketahui, kondisi saat itu, saya dan teman sebelah mendapatkan satu bangku dan satu meja. Meja diletakkan secara berdempetan satu sama lain. Saat teman saya menggeser meja itu, jari tangan saya kegencet. Mulut saya pun berteriak aduh.
Pak guru fisika yang sedang memberikan penjelasan pun mendekati tempat duduk saya. Rambut saya pun dijenggut. Hiks!
Lalu saya diminta ke depan untuk mengerjakan soal. Karena emosi dan tidak terima atas hukuman tersebut, saya tidak bisa konsentrasi dan akhirnya tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Hiks lagi!
Dan begitulah, nilai fisika saya di raport pun termasuk rendah meski tidak sampai merah seperti nilai kimia di kelas satu. Dengan kondisi tersebut akhirnya saya memutuskan untuk memilih jalur IPS ketika naik ke kelas tiga, meskipun saya juga tidak banyak mengerti tentang mata pelajaran akuntansi 😀
kalau ditanya paling disuka: guru kelas 5 SD saya. dia membuat saya suka matematika… 😀
kalau yang gak disuka sebenarnya sih gak terlalu ada. tapi ditakuti itu ya guru kelas 4 SD. tiap hari pasti ada kena hukuman.
kalau yg berkesan sih banyak. terutama guru2 SD.
kalau di SMA itu ada guru bahasa indonesia kelas 2, beliau suka nyeritain novel…. yg saya ingat beliau pernah cerita di depan kelas “robohnya surau kami”
wah keren tuh mas. jarang yang seperti itu.
membahas novel di kelas di Indonesia masih jarang menurut saya, terbatas pada bacaan-bacaan yang ada di buku pelajaran saja, yang mana juga tidak lengkap seperti Siti Nurbaya dll
makanya saya salut sama beliau dan masih inget sampe sekarang, pak syahrir namanya
gimana kabarnya sekarang mas?
nah… itu yang saya nggak tahu 😀
Guru SMP semua saya suka, guru SMA cuma guru OR yg gak saya suka, krn ngasih nilai saya 4
hah…. 4? kebangetan 😀
emangnya nggak pernah ikut pelajarannya, teh?
ikutlaah.. cuma pas giliran renang males hehehe
😀
kalau pas renang, saya cuma ikutan hadir doank…. berenangnya nggak…. nggak bisa
wah, masih punya raport. raportku udah entah di mana…
saya masih nyimpen raport SD-SMP-SMA, mbak
Kalau saya mau tuh terima tantangannya bermain catur 🙂
sayanya juga nggak jago main catur 😀
hahahahhaha,,,nilainya Geo nya 6,,pasti ndak suka ngapalin nama2 pakaian adat nih…
saya buta yang namanya peta 😛
makanya disebut peta buta,,karena membutakan, hahahaha
sampe sekarang kalau ditanya kota A ada di mana…. pasti ngaco jawabnya 😀
aku donggg suka fisika dulu nya… *sombong.com.* padahal liat bapaknya suebell
😀
Makanya akhirnya saya pilih IPS. Eh… Ketemu akuntansi yg nggak ngerti