Ayah, Aku sering melihatmu duduk melepas lelah. Kemeja yang Ayah kenakan berubah fungsi menjadi kipas untuk menyejukkan tubuhmu yang berkeringat.
Di antara lelahmu, Ayah masih menyempatkan diri untuk menemaniku bermain bola yang terbuat dari kertas koran. Lima atau sepuluh menit.
Kita memang tidak selalu bersama, namun kau hadir di saat-saat penting hidupku. Ketika pengambilan raport , perpisahan sekolah, bahkan ketika aku menikah, Ayah berada di sampingku.
Semua itu bukti cintamu. Terima kasih, Ayah.
Ayah, aku belum bisa berbakti sepenuhnya. Dampingilah aku dengan doa-doamu, agar aku bisa berbakti dan membalas cintamu. Meski kuyakin, aku tak sanggup membalas semua cinta yang kauberi.
Tulisan Terkait Lainnya :
Jejak-jejak yang Terserak 